The Disbelievers (Part 5)


Mereka tidak mengingkari Allah. Tapi cara mereka mengekspresikan ‘ketidak-ingkaran’ mereka, cara mereka berperilaku di seputaran rumah mereka, sesungguhnya mencerminkan bentuk pengingkaran kepada Allah. Ini adalah masalah perspektif. Sepertinya tidak ingkar, padahal sungguh-sungguh ingkar. Ada orang yang menganggap dirinya orang yang beriman. Apakah dia sungguh-sungguh beriman? Wallahu ta’ala a’lam. Allah yang lebih tahu. Allah punya hak… Read More The Disbelievers (Part 5)

Wanita-Wanita Hebat : Edisi Hari Ibu


  Raisa Andriana suatu hari pulang ke rumah ortu. Setelah berbulan-bulan ga pernah pulang. Di rumah ketemu ayah dan kakak. Tapi ga ketemu ibu. Ibu lagi ke Bandung. Raisa kangen berat. Akhirnya video call. Kangen-kangenan. Selepas itu, Raisa masih merasa sedih. Belum puas karena belum ketemu sang ibunda face-to-face. Sisa rasa rindu Raisa berubah menjadi… Read More Wanita-Wanita Hebat : Edisi Hari Ibu

The Disbelievers (Part 2)


Masih tentang Buddhism. Bayangkan Anda bisa mewawancarai setan. Anda ingin tahu komen setan terhadap orang yang betah berjam-jam di depan patung. “Ya saya biarkan. Ngapain harus diusik. Sana. Konsentrasi aja terus. Sepuasnya. Berjam-jam, berhari-hari kek. Seterah. Aku ga bakal ganggu dia.” Mungkin maksudnya adalah ‘terserah’. Tapi Anda enggan mengoreksi kata-kata setan yang tidak standar. ‘Seterah’… Read More The Disbelievers (Part 2)