[MFA2023] Orang Baik yang Ideal – Himetimur


“Dan demikianlah kami memberikan kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S Yusuf : 56)

“Jangan terlalu baik lah, nanti diinjek-injek”
“Tenang aja dia baik kok, tinggal minta maaf pasti dimaafin”
“Orang baik itu gampang dimanfaatin”


Sudah sejak lama saya memiliki kegelisahan tersendiri tentang image orang baik. Bermula dari buku-buku dongeng sejak masa kanak-kanak seperti “Cinderella” atau “Bawang Merah Bawah Putih”. Membuat saya bertanya-tanya, kenapa tokoh yang baik seakan-akan selalu ada di posisi lemah, tersakiti dan menderita? Ditambah lagi framing dari sinetron yang nampak seperti menggaungkan hal serupa. Gemas sekali!


Akhirnya di acara Quran Story 12 November 2022 lalu, saya menemukan titik terang ketika Ustadz Nauman Ali Khan membahas quran surah Yusuf. Saya seperti menemukan potret yang pas tentang bagaimana sebetulnya menjadi orang baik yang ideal.


Berkisah dari perjalanan hidup Nabi Yusuf as yang ketika masih kecil dibuang ke sumur oleh saudara-saudara tirinya. Lalu bertahun kemudian saat sudah dewasa, Nabi Yusuf diangkat menjadi petinggi Mesir. Pada masa kepemimpinannya terjadi musim paceklik sehingga orang berbondong-bondong datang untuk mendapatkan bahan pangan, termasuk di antaranya saudara-saudara tiri yang dulu pernah berbuat jahat dan menyakitinya.


Tentulah hal yang sangat wajar ketika kita mendengar nama atau bahkan melihat langsung orang yang dulu pernah menggoreskan luka men-trigger memori di masa lalu timbul ke permukaan, mungkin saja membuat overwhelming dibanjiri beragam emosi negatif seperti sedih, takut, tegang, panik, kecewa, marah, dan sejenisnya.


Lalu respon seperti apakah yang Nabi Yusuf pilih?
Apakah membiarkan emosi menguasai dirinya?


Rupanya Nabi Yusuf memiliki regulasi emosi yang baik pun memiliki kesadaran yang tinggi bahwa ada amanah yang lebih besar dan perlu diutamakan dibanding urusan personalnya. Apa jadinya jika seorang pemimpin tidak mampu mengelola emosinya dengan baik dan bijaksana?


Saat itu Nabi Yusuf mengenali saudara-saudaranya karena tentu saja sebagai pemimpin yang terjun langsung mengatur berbagai hal akan sangat mudah untuk mendapatkan akses database mengenai sesiapa saja yang keluar dan memasuki negeri Mesir. Namun saat itu saudara-saudara Nabi Yusuf as tidak mengenalinya.

“Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya.”.
(Q.S Yusuf : 58)

Sebetulnya sebagai seseorang dengan kedudukan yang lebih tinggi mudah saja bagi Nabi Yusuf untuk memperkenalkan diri dan mengatakan, “Wahai saudara-saudaraku apakah kalian tidak mengenaliku? Aku Yusuf yang ketika kecil diperlakukan tidak baik dan dibuang ke sumur oleh kalian. Sekarang kalian akan menerima balasan yang setimpal dariku.”


Tapi Nabi Yusuf tidak melakukan itu.


Pun pilihan lainnya Nabi Yusuf bisa saja langsung memperkenalkan diri dan memaafkan mereka begitu saja. Tapi Nabi Yusuf memikirkan sebuah strategi yang tidak bisa dibilang mudah bagi saudaranya. Seperti meminta mereka mengajak serta Bunyamin jika datang kembali, tentu saja ayah mereka (Nabi Yaqub as) tidak akan semudah itu mempercayakan Bunyamin setelah apa yang terjadi pada Yusuf kecil. Perjalanan yang perlu mereka tempuh dari Kan’an ke Mesir juga cukup jauh dan berisiko (misal adanya penyamun di tengah jalan).


Dari ayat ini saya belajar bahwa Nabi Yusuf adalah sosok yang baik lagi cerdas. Jauh di lubuk hatinya sejak awal tentu Nabi Yusuf sudah memaafkan saudara-saudaranya meski tanpa diminta karena seorang Nabi tentulah memiliki kejernihan hati. Tapi memberi maaf bukan berarti kita tidak boleh memberikan pelajaran pada orang –orang yang berbuat lalai, kerusakan, dan keburukan. Namun lakukan hal tersebut atas dasar cinta kasih bukan balas dendam.


Saya juga belajar tentang alangkah baiknya jika orang-orang yang baik mengambil posisi dan peran penting di ranah apapun sesuai bidang dan keahlian masing-masing (tidak hanya di ranah pemerintahan) sehingga memiliki kuasa untuk mengambil keputusan yang adil dan bijaksana bagi banyak orang.


Jangan jadi orang baik yang lemah, yang mudah ditindas, diinjak-injak dan diperlakukan semena-mena. Jadilah orang baik yang berani bersuara. Orang baik yang cerdas, yang bertindak dengan penuh ketelitian, pertimbangan, dan strategi. Orang baik yang memiliki power.


Jadilah orang baik yang ideal!

Link video Ustadz Nouman Ali Khan:
https://www.youtube.com/live/Ee3lJspov4M?feature=share

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s