
Teman-teman, apakah pernah merasakan kondisi di mana kalian tak mampu lagi berbicara, tak mampu lagi merangkai kata demi kata untuk menggambarkan apa yang sedang kalian rasakan? Kalian hanya bisa menangis untuk meluapkan isi kepala dan hati kalian.
Saya pernah merasakan hal tersebut.
Baru-baru ini saya tertimpa sebuah masalah yang sukses membuat saya lelah secara mental dan pikiran.
Semua terasa tak jelas lagi di pandangan saya. Mana yang baik mana yang buruk, mana yang bisa dimaklumi mana yang tidak sehingga saya kebingungan dan tidak tahu tindakan apa yang harus saya ambil.
Isi kepala terasa seperti benang kusut.
Hati terasa sangat kacau dan sedih.
Saya merasa tak akan ada yang bisa mengerti dan memahami apa yang saya rasakan.
Sampai suatu saat saya mencoba mencari kajian singkat menyentuh untuk seseorang yang sedang dilanda kesedihan, kebingungan, dan rasa putus asa bahwa tidak akan ada satupun yang bisa mengerti apa yang dia rasakan.
Alhamdulillah wa syukurillah, Allah pertemukan dengan kajian singkat Ustadz Nouman Ali Khan yang benar-benar membuat saya terisak.
Dalam kajian singkat itu beliau mengutip sebuah ayat yang nanti ayat inilah yang akan menjadi salah satu ayat favorit yang akan saya ulas secara singkat dalam tulisan ini.
Ayat itu diambil dari QS Yusuf ayat 86 yang berbunyi:
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Ya’kub menjawab:
“Sesungguhnya aku hanya mengeluhkan duka dan kesulitanku kepada Allah dan aku mengetahui sesuatu tentang Allah yang tidak kalian ketahui.”
Anak-anak Nabi Ya’kub kesal dengan sikap ayahnya yang terus menerus sedih setelah kehilangan Yusuf.
“Wahai Ayah, apakah engkau akan terus-terusan mengingat Yusuf? Sampai engkau mati? Sampai hal itu membunuh dirimu sendiri?”
Lalu Nabi Ya’kub menjawab dengan jawaban luar biasa bermakna yang jawaban tersebut tercantum dalam QS Yusuf ayat 86:
“Aku hanya mengeluhkan duka dan kesulitanku kepada Allah.”

Terkadang untuk meringankan sedikit beban pikiran dan kesedihan, kita akan mencoba menceritakan masalah pada orang terdekat atau orang-orang yang kita percayai. Namun, kita harus tahu bahwa sebaik apapun mereka, tetap saja mereka tidak bisa merasakan bagaimana persisnya kesedihan yang sedang kita rasakan.
Dari jawaban Nabi Ya’kub kita diberitahu bahwa hanya Allah yang paling dan benar-benar mengerti apa yang sedang kita rasakan saat ini. Maka seharusnya Allah-lah yang menjadi pendengar pertama atas semua luapan isi hati. Karena kesedihan, rasa sakit, kepedihan yang sedang kita rasakan, Dia-lah yang paling memahami itu bahkan sebelum kita mengungkapkannya.
Lalu Nabi Ya’kub melanjutkan,
“Aku mengetahui sesuatu tentang Allah yang tidak kalian ketahui.”
Maksudnya adalah “aku tahu bahwa Allah mengenalku tidak seperti kalian mengenalku.”
Dari jawaban ini setidaknya ada dua hal yang perlu kita garis bawahi:
1. Mengetahui bahwa pemahaman-Nya pada kita tidak bisa disamai dengan yang lain.
2. Mengetahui bahwa Dia-lah yang paling bisa merasakan apa yang kita rasakan. Simpati Allah kepada kita tidak bisa disetarakan dengan yang lain.
Subhanallah …
Terkadang merasa bahwa “tidak ada satupun yang bisa memahami apa yang kita rasakan” itu menjadi kesedihan tersendiri, termasuk saya pribadi. Tapi setelah mendengarkan tafsiran dari ayat di atas, saya merasa sangat lega.
Sesedih apapun saya, sebesar apapun masalah saya, serumit dan sekompleks apapun perasaan yang saya rasakan, ternyata ada satu sosok yang paling mengerti dan paling bisa memahami semua luapan perasaan itu bahkan sebelum saya mengucapkannya. Dia-lah Allah.
Semoga kita menjadi hamba yang selalu kembali dan berserah diri kepada-Nya.
Barakallaahu fiikum.