[MFA2023] Bekerja dengan Syakilah – Primandaru


Kurang lebih baru tiga tahunan saya mengenal khutbah Ustadz Nouman Ali Khan. Saya mengenal khutbah beliau saat masih di Papua melalui Youtube. Tempat saya lahir hingga dewasa bahkan anak kedua saya lahir di sana. Di pulau terbesar Indonesia ini, mayoritas penduduknya beragama Kristen. Saya tidak dibesarkan dalam keluarga religius. Saya hanya merasa bahwa saya Islam karena saya lahir dalam keluarga Islam. Bahkan untuk sholat saya baru mulai sejak SMA. Bisa membaca Al Qur’an pun baru sejak SMA. Maka belakangan ketika tahu tentang latar belakang Ustadz Nouman yang hidup dalam mayoritas non muslim Amerika dan bahkan mulai sholat – setelah lama tak sholat – pada masa kuliah, saya merasa relate.

Saya adalah generasi televisi dan bioskop. Jadi budaya yang terasa di zaman itu adalah budaya film-film barat. Mungkin buat generasi sekarang tidak tahu film laga berjudul ‘Rambo’ dengan aktornya Sylvester Stallone atau cerita seru serial TV The A Team. Film-film itu, juga musik berbahasa Inggris begitu mempengaruhi alam bawah sadar saya. Memang sejak SD tertarik dengan bahasa, jadi selain keseruan cerita dari film-film itu, bahasa yang dipakai di dalamnya sangat membekas kuat dalam diri saya. Saya tertarik dengan Ustadz Nouman karena saat khutbah, beliau seperti sedang mengulang-ulang dialog-dialog film Amerika yang ada dalam memori saya. Tentu isi khutbahnya juga menarik. 

Pada usia 43 tahun saya menyelesaikan kuliah di Universitas Terbuka, Program Studi Sastra Inggris, Bidang Minat Penerjemahan. Dengan kuliah ini, saya tidak merasa menjadi expert bahasa, tapi setidaknya saya mulai mendalami yang saya suka dari dulu. Juga saya menjadi sedikit tahu tentang betapa proses penerjemahan adalah proses yang tidak sederhana. 

Sampai kemudian di suatu hari saya harus ikut kelas online tentang homeschooling (HS). Dari kelas HS saya mendapatkan rujukan kepada beberapa guru. Salah satunya adalah penggagas Fitrah Base Education (FBE), Alm. Ustadz Harry Santosa. Dari beliau saya berkenalan dengan konsep Talents Mapping (TM) dari Abah Rama. Lalu dari sebuah video Youtube tentang TM, beliau menyertakan cuplikan ceramah Ustadz Nouman Ali Khan tentang Surat Al Isra’ ayat 84 dalam video tersebut. Ini adalah khutbah pertama Ustadz Nouman yang saya tonton. 

Dengan tetap menghormati Abah Rama yang menurut saya ‘hanya’ memadankan kata ‘syakilah’ dengan ‘personality yang produktif’, saya rasakan apa yang dibahas Ustadz jauh lebih luas dari ‘sekadar’ personalty manusia. Ayat ini kemudian menjadi ayat favorit saya.

Tangkapan layar khutbah Nouman Ali Khan yang dicuplik ke dalam video pembahasan tentang bakat versi Abah Rama ‘Talents Mapping’

Menurut Ustadz Nouman, syakilah berasal dari kata ‘syakl’ yang berarti form atau shape. Nah ini… kadang saya terheran-heran sendiri menonton ceramah-ceramah beliau waktu menjelaskan arti sebuah kata bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris. Tak jarang beliau berkata, ‘this word is hard to translate’ atau ‘that’s the hard word of this ayah’. Ada kata-kata yang sulit diterjemahkan! Wooow! Selama ini yang saya pahami, terjemahan dari suatu ayat Al Qur’an cukuplah kita ambil dari kitab terjemahan dari Departemen Agama RI saja. Sungguh memalukan untuk seorang sarjana sastra, tapi memang pikiran saya sesempit itu. 

Ada video lain tentang pembahasan surat Al Isra ayat 84 ini. Bahkan di sini arti kata ‘syakl’ masih beliau tambahkan yaitu appearance (tampilan) dari sesuatu dan masih ditambah: mould (cetakan) dari sesuatu. Beliau juga gunakan senjata lain, yang dalam ilmu Semantik (Cabang Ilmu Linguistik) dikenal sebagai figurative sense, untuk mengartikan ‘syakl’. Figurative sense yang memakai perspektif Ilmu Psikologi, yaitu ‘syakl’ adalah predisposition (kecenderungan seseorang untuk mengalami atau melakukan sesuatu, baik karena faktor genetik, lingkungan, atau psikologis). 

Di video kedua ini lagi-lagi beliau menyertakan variasi padanan kata, yang terkait dengan bidang teknologi informasi atau ilmu komputer, ‘syakl’ adalah sebuah preprogram. Preprogram adalah program atau perangkat lunak yang sudah dipersiapkan sebelumnya sehingga pengguna dapat langsung menggunakan program tersebut tanpa perlu melakukan pengaturan atau konfigurasi tambahan. Preprogram seringkali digunakan untuk mempercepat atau mempermudah proses tertentu, seperti instalasi atau pengaturan perangkat lunak atau sistem. Jadi ‘syakl’ di sini seperti sebuah ‘program bawaan’ yang menempel dalam diri kita sejak lahir. 

Penjabaran kata syakilah tak berhenti di sini. Beliau lalu meneruskan…

“Tubuh kita secara fisik berbeda. Warna kulit kita berbeda. Suara kita berbeda. Komposisi dan susunan genetik kita berbeda. Ini secara biologis. Sidik jari kita berbeda. Personality kita juga berbeda. Ada sesuatu di dalam diri kita yang berbeda. Yaitu ruh. Jadi kita dibentuk oleh Allah, baik dari luar dan maupun dari dalam kita dibentuk secara berbeda. Ruh saya berbeda dengan ruh Anda,” demikian jabar Ustadz Nouman.

Ini jelas tidak sesimpel ‘personality yang produktif’. Ada peran ruh di sini. Dan kita tidak punya pengetahuan tentang ruh, kecuali sangat sedikit.

Ustadz menambahkan, “Cara kerja pikiran saya berbeda dengan cara kerja pikiran Anda. Apa yang saya suka belum tentu Anda suka. Apa yang membuat saya tertarik, belum tentu membuat anda juga tertarik. Saya punya kelebihan sendiri, demikian juga Anda. Setiap diri manusia Allah ciptakan punya beberapa kelebihan juga beberapa kekurangan.” Dan pembahasannya masih panjang.

Penjelasan Ustadz Nouman juga melebar pada pembahasan grammar, menurut Ustadz, “ya’malu” pada ayat 84 ini merupakan bentuk Present Tense, selain menyatakan fakta atau keadaan saat ini, juga digunakan untuk membuat kalimat perintah secara halus. 

Dari penjabaran arti kata syakilah hingga pembahasan grammar ini, akhirnya mengantarkan saya pada video-video ceramah Ustadz yang lain. Hingga hampir tiga tahun saya mengikuti video-video Ustadz, tapi saya tak pernah bosan. Alhamdulillah sekitar setahun yang lalu saya bisa bergabung dengan Tim Subtitle NAK Indonesia. 

Akhir-akhir ini saya semakin bersemangat lagi ketika bisa belajar bahasa Arab dengan mudah melalui serial Dream. Masih perlu diulang-ulang sih. Tapi dengan mindset bahwa belajar bahasa Arab itu bisa mudah, saya berharap suatu saat bisa mengajarkannya kembali dengan bahasa Indonesia secara mudah kepada anggota keluarga. Mungkin ini syakilah saya. Atau dengan umur yang sudah mendekati 50 tahun ini saya harus berani berkata, inilah memang syakilah saya – bukan ‘mungkin’ lagi. Insya Allah saya bisa mengoptimalkannya untuk tabungan amal saya. Aamiin.

Sumber tulisan: YouTube

One thought on “[MFA2023] Bekerja dengan Syakilah – Primandaru

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s