[Transkrip Indonesia] Ayah Yang Bijak – Nouman Ali Khan


ٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ

Segala puji bagi Allah.

ٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ خَالِقِ الْوُجُودِ مِنَ الْعَدَمِ

Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta dari ketiadaan,

وَ جَاعِلِ النُّورِ مِنَ الظُّلَمِ

dan yang menjadikan cahaya setelah kegelapan,

وَمُخْرِجِ الصَّبْرِ مِنَ الْأَلَمِ

dan pemberi kesabaran dari rasa sakit,

فَمُلْقِيْ التَّوْبَةِ عَلَى النَّدَمِ

mengilhamkan taubat atas penyesalan (hamba),

فَنَشْكُرُهُ عَلَى الْمَصَائِبِ كَمَا نَشْكُرُهُ عَلَى النِّعَمِ

maka kami bersyukur atas musibah sebagaimana kami bersyukur atas nikmat

وَنُصَلِّي عَلَى رَسُولِهِ الْأَكْرَمِ

dan kami bershalawat atas nabi-Nya yang mulia,

ذِيْ الشَّرَفِ الْأَشَمِّ وَ النُّورِ الْأتَمِّ

yang memiliki martabat yang tinggi dan cahaya yang sempurna,

وَالكِتَابِ الْمُحْكَم

dan kitab yang muhkam,

وَكَمَالِ النَّبِيِّنَ وَالْخَاتَمِ

 dan penutup yang paling sempurna diantara para nabi,

سَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ

pemimpin anak adam,

الَّذِيْ بَشَّرَ بِهِ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمِ

yang Nabi Isa beri kabar tentangnya,

وَدَعَا لِبِعْثَتِهِ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيهِ السَّلَامُ

dan Nabi Ibrahim berdoa supaya beliau diutus,

حِينَ كَانَ يَرْفَعُ قَوَاعِدَ بَيْتِ اللهِ الْمُحَرَّمِ

ketika ia membangun pondasi baitullah Al-Haram.

وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 Dan shalawat dan salam Allah sampaikan padanya,

وَعَلَى أَتْبَاعِهِ خَيْرِ الْأُمَمِ

dan bagi para pengikutnya yang merupakan umat terbaik,

الَّذِيْنَ بَارَكَ اللهُ بِهِمْ كَافَّةَ النَّاسِ

yang Allah berkahi dengan mereka seluruh manusia,

العَرَبَ مِنْهُمْ وَ الْعَجَمِ

baik orang arab maupun asing.

ٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ

Segala puji bagi Allah,

الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ

yang tidak mempunyai anak,dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya).

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِن الذُّلِّ

dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong,

وَكَـبِّـرْهُ تَكْبِـيْـرًا

dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.

وَٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran).

وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا

dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya,

ٱلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي نَـحْمَدُهُ

Dan segala puji bagi Allah yang kami puji,

وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ

dan kami mintai pertolongan dan ampunan.

وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ

Kami beriman dan berserah diri kepada-Nya,

وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا

dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami,

وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

dan dari perbuatan buruk yang pernah kami lakukan.

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ

Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya,

وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

Dan barang siapa yang sesat maka tiada yang dapat memberi petunjuk baginya.

وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله

Dan kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

Ia semata, tiada sekutu bagi-Nya.

وَنَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُه

Dan kami bersaksi bahwa Muhammad  adalah hamba dan utusan Allah.

أَرْسَلَهُ اللهُ تَعَالَى بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ

Allah mengutusnya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak

لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ

untuk diunggulkan atas segala agama.

وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا

Dan cukuplah Allah sebagai saksi,

فَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْـلِيْمًا كَثِيْرًا كَثِيْرًا

shalawat dan salam Allah sampaikan padanya sebanyak-banyaknya

:أَمَّا بَعْدُ

‘Amma badu:

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ

Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah kitab Allah,

وَخَيرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ

dan petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Muhammad ﷺ.

وَإِنَّ شَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا

Dan seburuk-buruk perkara (dalam urusan agama) adalah yang diada-adakan,

وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ

dan semua yang diada-adakan itu adalah bid’ah,

وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

dan semua bid’ah itu sesat,

وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

dan semua kesesatan tempatnya di neraka.

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

Allah ‘azza wa jalla berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia,

بَعْدَ أَنْ أَقُوْلَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

setelah saya mengucapkan ‘Aku berlindung  kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk’:

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah

وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri

وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (QS. Luqman 31: 12)

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya

يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّ

Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Luqman 31: 13)

رَبّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي

Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku,

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُ قَوْلِي

dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka bisa mengerti perkataanku.

اَللّٰهُمَّ ثَبِّتْنَا عِنْدَ الْمَوتِ بِلَا إِلٰهَ إِلَّا الله

Ya Allah, teguhkanlah kami saat kematian dengan ‘Laa ilaha illallah’.

اَللّٰهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ

Ya Allah, jadikanlah kami dari orang-orang beriman dan beramal shaleh,

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

dan saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran

آمِين يَا رَبَّ العَالَمِينَ

Aamiin ya Rabbal ‘alamiin

Hari ini saya akan meneruskan pembahasan

ayat yang saya pilih untuk serial khutbah berikutnya.

yaitu ayat dari Surat Luqman,

surat ke-31 dari Al-Qur’an, mulai dari ayat 12,

yang bercerita mengenai seorang ayah yang telah disebutkan secara khusus dalam Al-Qur’an.

Sebagian besar pendapat mengatakan dia bukan seorang nabi.

Sebelumnya saya sudah menyampaikan bahwa Allah memberi kearifan padanya,

dan puncak kebijaksanaan itu adalah bersyukur dan merasakan pentingnya untuk bersyukur.

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana kearifan tersebut diturunkan (ke anaknya).

Jadi ayat ini berisi mengenai Luqman yang memberi nasihat ke putranya.

Sebelum saya membahas ayat yang dimaksud,

mungkin kita hanya akan membahas ayat ke-13 hari ini,

saya ingin Anda mengetahui bahwa ayat ini berkelanjutan hingga ayat ke-19.

Jadi ayat 13 hingga 19 berisi tentang nasihat yang diberikan sang ayah ke putranya.

Tapi di tengahnya, tepat setelah ayat ke-13,

yaitu di ayat ke-14 dan 15,Allah berhenti (menyela).

Jadi Luqman berbicara pada putranya di ayat 13,

dan kemudian melanjutkannya di ayat 16, 17, 18 dan 19.

Tapi ayat 14 dan 15 tidak termasuk dalam percakapan tersebut.

14 dan 15 Allah menghentikan (percakapan Luqman) dan Allah yang berbicara.

Seperti ketika seorang guru mengajar,

terkadang seorang guru memutar video di kelas,

Mereka memutar video  dan menyelesaikan sebuah adegan.

Kemudian mereka menghentikan videonya dan mengatakan sesuatu.

Mereka menjelaskan sesuatu dan kembali memutar videonya.

Jadi, Anda diperlihatkan sebuah adegan,

kemudian sang guru menjelaskan dan kembali meneruskan (video) yang sebelumnya.

Ada hal seperti ini di Al-Qur’an, Allah menjelaskan sebuah kejadian,

dimana seorang ayah memberi nasihatkepada putranya,

Kemudian Allah menekan tombol pause dan berbicara langsung pada kita di beberapa ayat.

Seolah-olah berkata, sebelum melanjutkan kamu harus mendengar ini dulu

Atau.. Aku harus membantumu memahami hal yang baru kau ketahui, dengan penjelasan ini.

Jadi penjelasan ini tidak dapat ditunda. Apakah Anda mengerti?

Kemudian baru kita lanjutkan ceritanya.

Jadi itulah keindahan struktur ayat ini.

Tapi sekarang mari kita bahas ayat 13.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِ (QS. Luqman 31: 13)

Ketika Luqman berkata pada putranya,

وَهُوَ يَعِظُهُ selagi ia menasihatinya

يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ

“Putraku”, atau “Putra kecilku..” يَٰبُنَىَّ

fu’ail (فُعَيْلٌ) adalah isim tasghir (اِسْمُ التَّصْغِيْرِ)

Jadi, “Putraku tersayang”, atau “Putra kecilku..”

لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ. “Jangan menyekutukan siapa pun dengan Allah.”

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Tak diragukan lagi,

penyekutuan semacam itu terhadap Allah adalah sesuatu yang sangat salah.”

Sebuah ketidakadilan.

Di ayat ini, yang harus kita garis bawahi

adalah Allah tidak begitu saja memberi komentar

mengenai Luqman berbagi kearifan dengan orang-orang di sekitarnya

atau seluruh keluarganya, atau istrinya, atau orang tuanya, dan lain-lain..

Ada berbagai macam orang yang dapa Anda ajak bicara dan berbagi kearifan.

Bahkan kita tak tahu, terkadang seseorang bisa mengatakan sesuatu yang bijak,

Jadi Luqman berkata, “Jangan berbuat syirik”.

Ayat ini tak hanya berisi mengenai Luqman berbagi kebijakannya,

tapi Luqman رَضِيَ اللهُ عَنْهُ berbagi kearifan kepada putranya.

Jadi Allah sengaja menyoroti percakapan

antara seorang ayah dan putranya

dan ini adalah sebuah perwakilan dari orang tua dan anaknya.

Tentu saja secara langsung,ayat ini ditujukan kepada para ayah

dengan asas generalisasi, ayat ini juga ditujukan\Nkepada para ibu dan anak perempuan

tapi dengan segera, Anda mendapat gambaran\Nseorang ayah berbicara pada putranya.

Dan ketika berbicara pada anaknyaia (Luqman) menggunakan bahasa yang sangat menarik.

Allah tak hanya berkata, “Luqman berkata pada putranya..”

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِ Ketika Luqman berkata pada putranya.

tapi ada tambahan lebih lanjut lagi, وَهُوَ يَعِظُهُۥ inilah yang menarik,

dan sesungguhnya Dialah (Allah) yang menasihati Luqman.

Nah, apa itu jumlah haaliyyah? (جُمْلَةٌ حَالِيَّةٌ), Dalam ilmu tata bahasa disebut jumlah haaliyyah.

Apa pengaruh (jumlah haaliyyah) pada maknanya?

Pertama, ini menunjukkan bahwa Luqman ingin berbicara pada putranya

mengenai sesuatu terkait agama Allah,

jangan berbuat syirik, keimanan,

sesuatu mengenai Islam, seperti yang sering saya katakan.

Dia ingin mengatakan hal-hal itu kepadanya,  tapi dia tidak mengatakannya begitu saja.

Dia mencari waktu dimana dia yakin bahwa putranya dalam kondisi siap menerima nasihat.

Putranya siap menyimak.

Ini adalah kesempatan baik, aku bisa melihatnya dari ekspresi wajah anakku

atau dari momen yang ada, dari ketenangan yang ada,

atau tidak adanya gangguan, ini adalah saat yang tepat untuk mengatakannya.

Dengan kata lain, dia sangat perhatian pada…

dan ini juga termasuk dalam kearifan di ayat sebelumnya,

yaitu dia mengerti bahwa para pemuda, anak-anak pada umumnya,

terutama anak lelaki, sangat mudah teralih perhatiannya.

teralih perhatiannya dengan video games, atau menonton sesuatu,

atau ngobrol dengan temannya, atau hanya dengan makan camilan,

atau mereka mudah melamun.

Mendapatkan perhatian seorang ana bukanlah sesuatu yang mudah.

Seorang guru harus bersusah payah untuk mendapatkan perhatian seorang anak,

dan melakukan berbagai macam cara untuk mempertahankan perhatian seorang anak.

Sedangkan orang tua,

sebagian besar hubungan kita dengan anak hanya berputar pada

“Apa yang sedang kau lakukan?””PR-mu sudah selesai?”

“Oke, waktunya makan malam!””Oke bersihkan kamarmu!”

“Ayo cepat, kita harus segera berangkat!\NKita terlambat!”

“Di mana sepatumu?”,”Kenapa kaus kakimu di sini?”

Itulah percakapan kita dengan anak.

Dan ketika kita benar-benar mencoba untuk berbicara dari hati ke hati,

“Bagaimana harimu?”Kita menanyakan pertanyaan terbuka seperti ini.

“Bagaimana harimu?”.Dan mereka berkata,”Yah.. Bagus…”

Anda dapat menanyakan hal yang sama seribu kali dan jawabannya tetap sama,

“Yah.. Bagus.”

“Dengan siapa kamu berbicara?” “Temanku..”

“Teman yang mana?”Mereka menjawab dengan satu kata.

Itu bukan percakapan sungguhan.

Tapi hanya sekedar,’Sudah belum ngobrolnya? Aku mau nerusin kerjaanku’.

Atau ketika orang tua mulai berbicara, mereka berpikir, “Ya ampun, waktunya inspeksi.”

Seperti ketika seorang sersan masuk ke kamp militer saat prajurit sedang bersantai

Dan ketika sersan itu masuk, mereka langsung berdiri

Bagi sebagian orang tua, seperti itulah jadinya hubungan mereka.

“Ya Tuhan, Ayah datang, Ibu datang. Aku mendengar langkah mereka. Cepet umpetin.”

Intinya adalah, percakapan sejati sulit dilakukan jika Anda dalam kondisi tegang. Iya, kan?

Dan percakapan sejati sulit dilakukan jika Anda memiliki…

Pada akhirnya hanya menjadi sebuah percakapan administratif mengenai makanan

atau PR, atau bersih-bersih, atau tugas lainnya.

Itu bukanlah percakapan yang sesungguhnya.

Atau yang paling mirip percakapan adalah “sepatu mana yang ingin aku beli”.

Mereka mendatangimu, ingin membicarakan sesuatu, seakan membuka diri,

“aku ingin ke restoran ini, atau ‘aku ingin es krim ini”,

atau “aku mau makanan itu”, atau “aku ingin…”

“kita sudah lama tidak bepergian, ayo ke sini, ayo ke sana”.

Jadi seputar aktifitas yang ingin mereka lakukan, atau ke mana Anda ingin mengajak mereka,

atau Anda ingin mereka mengerjakan sesuatu.

Percakapan seperti inilah yang terjadi, dan itu… tentu saja itu juga perlu,

Anda kan tinggal serumah.

Tapi tahukah Anda, hal-hal itu secara alami menimbulkan jarak.

Itu mencipatakan jarak antara kita dan anak kita.

Karena kita tidak benar-benar memiliki percakapan yang sesungguhnya.

Percakapan sungguhan mengenai perasaan mereka.

Percakapan sungguhan yang benar-benar membuat mereka berpikir

mengenai hal lain selain hal-hal yang selalu mengalihkan perhatian mereka.

makanan, games, sekolah dan jalan-jalan, itu semua adalah gangguan.

Itu semua akan selalu ada,

tapi.. “Bagaimana perasaanmu terhadap saudaramu? Kalian sering bertengkar, jadi..”

“Apa yang kau… Maksudku, apa yang paling kau suka dari saudaramu?”

“Apa yang paling kau benci dari saudaramu?”

“Dan.. Apa kenangan terbaik yang kau ingat tentangnya?”

Menanyakan hal yang membuat mereka jadi terbuka seperti itu

hingga mereka mulai mengatakan perasaan mereka yang sesungguhnya,

itu adalah saat-saat berharga.

Kata ya’izhuhuu (يَعِظُهُۥ) sangat penting di ayat ini, karena kata wa’z (وَعْظٌ) dalam bahasa Arab,

yang merupakan salah satu kata, ini termasuk mashdar (مَصْدَرٌ)

bentuk infinitifnya digunakan untuk menggambarkan Al-Qur’an itu sendiri,

قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ (QS. Yunus 10: 57)

Sebuah nasihat yang menyentuh hati telah datang padamu dari Tuanmu.

Jadi maksudnya, Anda bisa mengartikan ini dengan dia (Luqman) menasihatinya, dia memberi saran padanya.

Tapi sesungguhnya maksudnya di sini adalah

Luqman membawa anaknya ke sebuah momen

dimana dia merasa nasihatnya akan menyentuh hati anaknya.

Jadi, dia mencari sebuah kesempatan, sebuah momen

dan dia manfaatkan momen itu ketika ia ‘menyentuh hati’ anaknya.

Itu bukanlah percakapan semacam “apa kau sudah habiskan makananmu?”

Itu adalah jenis percakapan yang berbeda.

Percakapan itu mungkin harus,  bahkan mungkin memang tersirat dalam

إِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِ

Bahwa dia berbicara pada anaknya ketika tak ada orang lain di sekitar mereka.

Jadi mungkin ide yang bagus jika… Contohnya jika Anda mempunyai anak lebih dari satu,

Anda jalan-jalan berdua dan berbincang-bincang saja.

Karena terkadang anak juga merasa tersesat dalam keramaian.

Mereka tidak mendapat perhatian per orang dari orang tuanya.

Karena sudah jelas, banyak hal yang kita pikirkan,

Tapi menemukan waktu untuk berbicara langsung dengan satu anak

adalah hal yang sangat kuat.

Anda yang sudah dewasa, dan saya ingin membaca ini di komentar Anda…

Anda yang sudah dewasa dan memiliki kenangan indah dengan orang tua Anda

dari ketika masa kanak-kanak Anda,

Saya rasa Anda akan mengingat waktu khusus dengan ayah Anda

terkadang dia mengajak Anda jalan-jalan,terkadang mengajak Anda memancing,

terkadang mengajak Anda bepergian,terkadang dia mengajak Anda berkuda dengannya,

terkadang dia mengobrol dengan Anda atau Anda memperbaiki mobil bersama-sama,

waktu-waktu dimana Anda menyediakan waktu  khusus untuk satu anak Anda,

atau melakukan sesuatu bersama-sama,

Mereka menjadi kenangan tak terlupakan.

Mereka menjadi kenangan  yang dapat membentuk kepribadian.

Hal-hal seperti itu melekat dalam ingatan.

Anda tidak akan mengingat percakapan  yang terjadi saat Anda 11 tahun.

Anda tidak akan mengingatnya.

Anda tidak akan ingat hal-hal yang terjadi ketika Anda tujuh tahun. Hampir tidak ada.

Anda hanya ingat kilasan-kilasan.  Tapi salah satu kilasan yang akan Anda ingat,

adalah waktu spesial yang Anda habiskan bersama ayah dan ibu Anda.

Bukan sekedar ‘kita makan bersama’,karena Anda melakukan itu setiap hari.

Bukan sekedar ‘mereka membelikanku mainan’,karena toh setiap hari raya mereka membelikannya.

Bukan hanya ‘mereka membelikanku baju baru’,bukan itu,

membelikan barang, melakukan hal-hal biasa.

Tapi ada percakapan, ada momen tertentu.

Momen penuh pengajaran. Momen seperti itu adalah bagian dari bijaknya dunia pengasuhan.

Yaitu, mendapatkan momen seperti itu dengan anak kita.

Mungkin kita tidak menyadari pengaruh percakapan seperti itu terhadap seseorang.

Bahkan, hal-hal yang Anda ingattentang ayah dan ibu Anda,

percakapan itu, jika Anda menanyakannya,  “Ibu, ingatkah ketika Ibu mengatakan ini kepadaku?”

mereka akan berkata, “Tidak. Ibu bilang begitu? Masa sih? Pintar juga ya Ibu dulu.”

Tapi itu adalah momen yang sangat berarti bagi Anda. Iya kan?

Maksud saya adalah, mereka tidak akan mengingatnya.

Mereka tak akan mengingat betapa pentingnya momen itu.

Tapi Anda harus tahu.. Entah momen kebersamaan mana yang..

Saya harus.. Saya tak akan tahu momen mana yang benar-benar menjadi penting baginya.

Saya melihat dari sisi positif,  tapi kita juga harus melihat negatifnya.

Saya tak tahu percakapan mana, dimana saya berkata tidak bijak,

dimana saya mengatakan sesuatu yang menyakitkan, bisa jadi itu merusak (karakternya).

Dan jika itu terjadi, saya harus memiliki

cara untuk menghapusnya, atau mengatasinya dengan pengalaman positif.

Pengalaman-pengalaman inilah yang akan mereka ingat.

Itulah yang akan membentuk mereka.

Jadi di saat itu, ketika ia memiliki perhatian anaknya,

dan di saat itu, ketika anaknya terbuka untuk mendengarkan,

Anda bisa mengetahui bahwa mereka membuka diri dari tanggapan mereka yang berbeda.

Mereka benar-benar menjawab dengan kalimat penuh.

Mereka ingin bercerita pada Anda tanpa perlu Anda tanya-tanyai.

Merekalah yang ingin turut serta dalam percakapan itu.

Ketika momen itu terjadi, barulah sang ayah berkata,

يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ

“My beloved son, my little son..”

Sangat indah, ia tak sekedar memberi nasihat tentang agama,

tapi ia mengekspresikan kasih sayang pada anaknya terlebih dahulu.

Dan sekarang ia melihat bahwa hati anaknya melembut,

dan saya bisa melihatnya… Kitalah yang bisa membaca emosi anak kita.

Kita bisa melihat dari wajah mereka bila ada sesuatu yang salah.

Kita bisa melihat dari wajah mereka ketika mereka merasakan sesuatu.

Ketika mereka merasa rapuh.

Mereka sedang merasa untuk membuka diri mereka sedikit, karena…

terutama dengan remaja, biasanya mereka menjaga jarak.

Ketika mereka sedikit membuka diri, Anda akan tahu.

Anda cukup pintar untuk mengetahuinya.

Dan di momen itu, yang harus Anda lakukan pertama kali adalah membuat mereka merasa aman,

karena ketika anak-anak membuka diri mereka akan merasa takut.

dan mereka harus kembali siaga untuk merasa aman.

Tapi sebelum mereka kembali menutup diri,

Anda bisa memberitahu mereka bahwa Anda akan menjaga mereka.

Anda bisa melakukannya dengan cara…

saya bisa melakukannya dengan cara, tidak serta merta mengatakan apa yang ingin kita katakan.

nasihat apa yang ingin kita berikan,  apa yang kita ingin mereka ubah,

atau apa kesalahan mereka, apa yang bisa mereka lakukan dengan lebih baik.

Kita bisa kesampingkan dulu itu semua.

Yang pertama harus mereka dengar adalah kita menyayangi mereka

sama seperti kita menyayangi mereka ketika mereka masih kecil.

Jadi meskipun anak ini sudah agak dewasa,

kata yang digunakan Al-Qur’an adalah yaa bunayya (يَٰبُنَىَّ) “anakku yang mungil”. Hampir seperti ‘bayiku’.

Hampir seperti ‘bayiku’. “Kau sekarang seorang pemuda, tapi aku menyayangimu seperti ketika kau masih bayi.”

Dan Anda peluk anak ini, lingkarkan tangan Anda padanya.

Anda mendoakannya, dan mengecup dahinya.

Anda melakukannya seolah-olah usia mereka tiga tahun, meskipun sebenarnya 14 tahun,

sudah 16 tahun, 12 tahun.

Dan tahukah Anda? Di momen seperti itu…

Usia saya 40 tahun lebih, tapi ketika ayah mengecup dahi saya, saya merasa seperti 8 tahun.

Pada momen seperti itu,Anda juga akan merasa terharu.

Hal seperti itu memberikan dampak.

Jadi sebelum komunikasi terjadi, perhatikan waktu dan kesempatan yang tepat untuk melakukannya.

وَهُوَ يَعِظُهُۥ. Itu juga berarti وَهُوَ يَعِظُهُۥ

Itu menunjukkan bahwa apa pun yang akan ia katakan, ada percakapan yang lebih besar menanti.

Mungkin ia memberi nasihat tentang bagaimana mencari nafkah, mengelola bisnis.

mungkin nasihat tentang sekolah,

atau tentang permasalahannya dengan teman.

Dia memberi nasihat padanya, nasihat yang lebih luas.

Dan di tengah nasihat itu,ia ingin memberi nasihat mengenai Allah.

Tetapi sebelumnya, ia akan membuat anak ini merasa disayangi dan merasa aman..

Seperti anak kecil yang merasa aman di dekat orang tuanya.

Ketika mendengar suara keras,mereka berlari ke arah orang tuanya.

Mereka ingin bergelayut,atau tidur di kasur yang sama, karena ada suara petir.

Jadi kata yaa bunayya (يَٰبُنَىَّ) memberikan rasa aman itu.

memberi rasa aman secara emosional,rasa aman secara fisik mungkin sudah ada,

tapi ini adalah rasa aman secara emosional.

dan ketika yaa bunayya (يَٰبُنَىَّ) sudah diucapkan…

“Anak mungilku, anakku tersayang, putraku…”

يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ

“Jangan…” Saya terjemahkan secara sederhana dulu.

“Jangan menyekutukan Allah.”

Jadi bukannya berkata ‘hormati ayahmu’,

‘jadilah anak yang baik, dengarkan ayah,kalau ayah menyuruhmu melakukan sesuatu, lakukanlah’.

Itu merupakan momen menasihati juga kan?

Tapi dia berkata, “Nak, dengarkan… Mungkin ayah tak ada lagi suatu hari nanti…”

“Ayah bisa menyuruhmu sekarang,”

“Ayah bisa menyuruhmu salat, jangan mengakses website yang tidak baik,”

“atau situs-situs di internet,”

“ayah bisa menyuruhmu untuk menghindari  ini atau itu, atau lainnya,”

“jaga penglihatanmu,”

“jauhi anak-anak yang menggunakan narkoba,”

“jangan gunakan kata-kata buruk yang terkadang ayah dengar kau menggunakannya.”

“Ayah bisa menasehati dengan itu semua,tapi tahukah kau?”

“Suatu hari nanti ayah mungkin sudah tidak ada,”

“atau meskipun ayah masih hidup,tapi ayah akan bekerja seharian,”

“kau sendirian.Tapi tahukah kau siapa yang selalu ada?”

“Allah selalu ada, dan ketika kau pikir kau berkuasa,”

“kau bebas, tak perlu menuruti siapa pun,tak ada yang berkuasa atas dirimu,”

“maka kamu menempatkan dirimu (sama tingginya) dengan Allah.”

Karena Allahlah yang memiliki kekuasaan tertinggi. Jangan lakukan itu.”

“Ayah bukannya… Ayah sangat menyayangimu, ayah ingin kau tahu…”

Tahukah Anda apa yang ada di pikiran seorang anak?

Anak-anak akan berpikir bahwa orang tua ingin memaksakan kehendaknya terhadap anak.

Dan ayah yang sangat bijak ini,

Dia berkata, “Nak, mari kita kesampingkan dulu kekuasaan ayah atas dirimu,”

“Sekarang ayah hanya ingin kau mengenali kekuasaan Allah.”

“Ayah hanya ingin kau tahu Allah selalu ada.”

“dan tak ada yang akan menyayangimu seperti Allah.”

“Tak ada yang akan memberikan nasihat padamu seperti Allah.”

“Tak ada yang menginginkan kebaikan bagimu seperti Allah.”

“Tak ada yang akan melindungimu seperti Allah.”

“Tak ada yang akan mengurusmu seperti Allah.”

“Tak ada yang mengawasimu seperti Allah.”

“Tak ada yang merekammu seperti Allah.”

“Tak ada yang akan mengkoreksimu seperti Allah.”

“Tak ada yang dapat menghukummu seperti Allah.”

“Ayah ingin kau tahu bahwa kau tak bisa menempatkan apapun,”

“gagasan itu, yaitu menuruti seseorang, menyayangi seseorang,”

“mendapat petunjuk dari seseorang…”

“ingin menjadi seperti yang seseorang minta,”

Hal-hal itu hanya milik Allah. Jangan berikan ke orang lain.

Bukan sekedar jangan menyekutukan Allah, artinya jangan menyembah berhala,

atau jangan mempercayai trinitas, atau mempercayai ini… Ini bukan hanya teologi.

Pernyataan ini mengenai menempatkan   kepercayaan kita pada Allah, di atas semua hal lain.

Itulah yang dikatakan kepada anaknya.

Karena bagi seorang pemuda,  mereka bukannya dalam bahaya menyembah berhala.

namun mereka dalam bahaya ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُۥ هَوَىٰهُ (QS. Al-Furqan 25: 43, QS. Al-Jatsiyah 45: 43)

Emosi mereka, gairah mereka, hormon mereka, keinginan mereka, hal-hal yang mengalihkan mereka,

Hal-hal itu dapat menjadi semacam Tuhan.

Mereka menjadi satu-satunya hal yang Anda pedulikan.

Jika putra saya selalu membicarakan Marvel dan Avengers setiap saya berbicara padanya,

atau anime, atau dia berbicara tentang video games,

dan hanya itu saja yang dia bicarakan,

atau karakter ini, karakter itu, olahraga ini, olahraga itu,

pertandingan ini, pertandingan itu, pertarungan MMA, atau final NBA,

atau sepatu keluaran baru, atau… Anda tahulah, mobil…

Itu saja yang mereka bicarakan,  hal-hal tersebut menjadi semacam Tuhan.

Karena, yang orang dulu lakukan adalah duduk di depan berhala seharian dan bermeditasi.

Memikirkan semua dewa-dewa ini. Dan jika sekarang pikiran Anda…

Jika pikiran Anda terus-menerus dijajah olehbenda-benda duniawi ini,

benda-benda palsu ini,

berarti Anda bermeditasi pada hal-hal ini,itulah yang Anda pikirkan sepanjang waktu.

Mereka menjajah hati dan pikiran Anda.

Dan ada tempat di hati dan pikiran kita yang merupakan milik Allah.

Anda boleh mencari hiburan,  menonton olahraga, bermain video games,

Saya juga melakukan hal-hal itu.

Anda bisa melakukannya, tapi mereka berada di bawah… di rak terendah dalam hatimu,

Dan ada rak lebih tinggi yang hanya dimiliki Allah.

Hal-hal itu tak boleh mengambil tempat tertinggi.

Dan sang ayah berkata pada anaknya,”Jangan menyekutukan Allah.”

Anakku, ayah menyayangimu. Kemarilah, ayah ingin kau selamat.

Jangan melupakan kekuasaan Allah atas dirimu.

Jangan lupa alasan keberadaanmu.

Kau bukan hidup untuk bermain games.

Kau bukan hidup untuk menonton film.

Kau bukan hidup untuk terlihat keren.

Bukan ini alasan mengapa kau ditempatkan di bumi.

Kau hidup untuk mengakui siapa Tuhanmu.

dan untuk beribadah sesuai dengan pengakuanmu dan sementara kau melakukannya,

kau akan menikmati berbagai hal dalam hidup ini.

Tapi kau akan menikmatinya sebagai seorang hamba. Jangan lupa, kau adalah seorang hamba.

Itulah maksud dari لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ.

Dan jika kau melupakannya dan kau menikmati semua hal lainnya,

إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Tak diragukan lagi,

Syirik adalah sebuah kejahatan, ketidakadilan yang sangat mengerikan.”

Dalam bahasa Arab, zhulm (ظُلْمٌ), mereka menyebutnya wadh’u syai’in fi ghairi mahallihi (وَضْعُ شَيْءٍ فِيْ غَيْرِ مَحَلِّهِ)

Yaitu menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Zhulm, penutur Urdu, penutur Hindi dan penutur Bahasa Banglades,

Zhulm diserap oleh berbagai bahasa.

Di banyak bahasa, zhulm berarti ‘penindasan’.

Oke? Seperti zhalim, atau mereka mengatakannya zalim. Dalam bahasa Arab, zhalim (ظَالِمٌ).

Bisa berarti ‘penindas’.

Tetapi arti awal dari zhulm (ظُلْمٌ) adalah…

“sesuatu yang tidak Anda tempatkan di tempatnya yang benar.”

misalnya, jika Anda menaruh sepatu di rak buku.

Itulah zhulm (ظُلْمٌ). Anda mengerti?

Atau jika Anda menggunakan susu, bukannya bensin untuk mobil. Itu adalah zhulm (ظُلْمٌ).

Itu memang penindasan terhadap mobilnya, tetapi juga merupakan bentuk dari salah penempatan.

Kesalahan dalam menempatkan sesuatu adalah zhulm (ظُلْمٌ).

Dia berkata syirik adalah salah penempatan yang mengerikan.

Sebuah salah penempatan besar yang sangat mengerikan.

Apa maksudnya salah penempatan?

Ada tempat di dalam hati Anda yang hanya boleh dimiliki oleh Allah.

dan ketika Anda menempatkan hal-hal lain di sana, Anda salah menempatkannya. Mengertikah Anda?

Sekali Anda salah menempatkannya, semua hal dalam hidup Anda akan menjadi berantakan.

Semua hubungan berantakan, semua pengalaman berantakan.

Penilaian Anda berantakan. Semua jadi kacau balau, Anda tahu kenapa?

Anda tak lagi memiliki Allah di hatimu yang seharusnya,

yang artinya Anda tak memiliki cahaya, dan jika seseorang tak memiliki cahaya,

maka mereka berjalan dalam gelap, dan mereka terantuk berbagai macam hal,

dan mereka tak tahu ke arah mana mereka berjalan.

Anda akan kehilangan tujuan hidup Anda jika Anda menyekutukan Allah.

Anda akan salah menempatkan diri Anda.

Kesalahan dan kesalahpenempatan terbesar adalah menyekutukan Allah.

Itulah yang dikatakan sang ayah (Luqman) kepada anaknya. Seolah-olah berkata,

Mungkin ayah tak ada kesempatan lain lagi  untuk mengatakan ini kepadamu,

Hanya Allah yang tahu umur seseorang, ayah tak tahu umur ayah.

Tapi kau akan membuat keputusan sendiri.

Dan setiap kau dihadapkan dengan sebuah pilihan,

tanyalah pada dirimu, apa yang Allah inginkan.

Apakah Allah yang menjadi pertimbangan utama Anda

ketika Anda membuat keputusan, ketika saya membuat keputusan?

Ataukah Allah… Allah ingin Anda mendengar ini, tetapi Anda malah…

“Tidak, itu prioritas kedua atau ketiga, bukan sekarang. Bukan di akhir minggu, Ya Allah…”

“Hari Jum’at saja. Engkau prioritas di hari Jum’at. Tapi sekarang hari Sabtu.”

Atau, “Ini Jum’at malam, biarkan aku bebas melakukan yang aku mau.”

Jadi kita menempatkan Allah di tempat yang salah.

Dan kita menempatkan hal lain di tempat yang salah.

Itulah nasihat pertama yang diberikan Luqman kepada anaknya.

Sebuah nasihat yang sangat hebat.

Itu merupakan nasihat yang sangat penting.

Di satu ayat, kita diajarkan untuk mempersiapkan generasi berikutnya,

agar menjadi mandiri.

Berpikir untuk diri mereka sendiri.

Dia (Luqman) tidak menyuruh anaknya, “Pertama, salat. Jauhi hal haram.”

Berpakaian dengan baik.

Padahal itulah nasihat yang kita berikan pada anak kita, kan?

Jangan gunakan kata-kata buruk, berhati-hatilah dalam berteman.

jangan makan itu, jauhi ini,

jangan keluar larut malam.

Ada jutaan nasihat yang kita berikan pada anak kita.

Tapi ia memberi satu nasihat ini,

yang membuat nasihat-nasihat lain tampak tidak penting.

atau… semua nasihat lain sekarang masuk akal bagi anak Anda, karena satu nasihat ini.

Karena ketika Allah berada di tempat yang benar, di hati orang beriman,

maka seluruh nasihat lain yang berasal dari Allah

nasihat untuk menjaga diri, menjaga kesucian Anda,

menjaga pemasukan Anda, tubuh Anda,

menjaga hati Anda, karakter Anda,

semua itu masuk akal, karena sekarang Allah berada di tempat yang benar.

Ketika Allah tidak di tempat yang benar, “Kenapa aku harus salat? Iya deh… Okeee…”

Karena nasihat pertama itu tidak diberikan di waktu dan momen yang tepat,

dengan cara yang tepat.

Dan itu.. Itu sangat penting.

Orang tua harus melakukannya.

Dan itu adalah salah satu kebijakan terbaik yang diberikan kepadanya.

Dan ini adalah seseorang yang terisolasi, Luqman, yang Allah beri kebijakan untuk bersyukur.

Itu yang kita pelajari kemarin dulu, dan saya akan mengakhirinya dengan ini.

Allah memberikannya kebijakan, yaitu ia bersyukur.

Hal pertama yang kita pelajari mengenainya,

kita bisa saja belajar hal lain tentangnya,

Bisa saja Allah mengajarkan hal lain tentang dia.

Tapi yang Allah pilih untuk diajarkan pada kita adalah

dia memiliki kebijakan untuk bersyukur, yang pertama kali ia lakukan adalah menunjukkannya,

dengan menggunakan kesempatan yang ada untuk berbagi sesuatu yang indah dengan anaknya.

Tahukah Anda apa artinya itu?

Bahwa usaha kita untuk memberikan arahan yang baik kepada anak kita dengan penuh kasih sayang,

adalah bentuk bersyukur kepada Allah.

Seperti itulah tinggi kebijaksanaannya.

Itulah kebijaksanaan. Dan jika kita memberi nasiha kepada anak dengan keras,

atau tanpa memperhitungkan waktu dan tempat,

atau keadaan temperamental mereka,

atau tanpa memperhitungkan bahwa mereka tidak merasa aman.

bahwa mereka tidak… Mereka masih memiliki\Ndinding emosional mereka.

Kita belum melembutkan mereka dengan yaa bunayya (يَٰبُنَىَّ)

Kita tidak memperhitungkan hal-hal itu…

Berarti kita tidak memiliki kebijaksanaan.Kita melewatkan kebijaksanaan.

Semoga Allah عَزَّ وَجَلَّ membuat kita bijak dalam menghadapi anak kita.

Dan semoga Allah mengampuni kekurangan kita,dan apa yang tidak bisa kita berikan ke anak kita.

Semoga Allah melembutkan hati putra dan putri kita.

Agar mereka menjadi hamba Allahyang lebih baik dari kita.

Dan hidup mereka lebih berarti dan memiliki tujuan lebih dari kita.

dan mereka menjadi assadaqah jariyyah (اَلصَّدَقَةُ الْجَرِيَّةُ)

bagi kita dan orang tua kita, dan orang tua mereka.

Dan semoga mereka menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan di dunia lebih dari kita.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الحَكِيمِ

Semoga Allah memberi kita keberkahan dari Al-Qur’an yang penuh hikmah,

ونَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ

dan semoga Allah memberi kita manfaat dari ayat-ayat dan pengingat yang bijak.

الْحَمْدُ للهِ وَكَفَىٰ،

Segala puji bagi Allah, dan cukuplah bagi-Nya.

وَالصَّلّاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَىٰ

shalawat dan salam bagi para hamba-Nya yang terpilih,

خُصُوْصًا عَلَى أَفْضَلِهِمْ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ

khususnya pada yang terbaik diantara mereka dan penutup para nabi,

مُحَمَّدٍ الأَمِينِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

Nabi Muhammad yang amanah, dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya.

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

Allah ‘azza wa jalla berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia.

بَعْدَ أَنْ أَقُوْلَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

setelah saya mengucapkan ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk.’:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab 33: 56)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad,

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ

sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.

فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia,

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad,

كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ

sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim.

فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

عِبَادَ الله، رَحِمَ كُمُ الله، اِتَّقُوا اللهَ

Wahai hamba-hamba Allah, yang dirahmati Allah, bertakwalah kepada Allah.

إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ

Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan kebaikan,

وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ

dan memberi bantuan kepada kerabat,

وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji dan kemungkaran.

وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya).

واللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Dan sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

أَقِمِ الصَلَاةَ

Dirikanlah salat.

إنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى المُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوقُوتًا

Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(QS. An Nisa 4: 103)

Tim Subtitle NAK Indonesia

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s