Adulting is Hard?
Tips Menghadapi Ketidakpastian Hidup
Apa tantangan yang dirasakan oleh teman-teman seiring bertambahnya umur?
Kalau saya, perasaan akan ketidakpastian (feeling uncertainty).
Pada momen kebingungan di masa itu, saya sering bertanya:
“hidup dituntut jalan terus.. tapi saya harus ke mana?”
“banyak pilihan.. tapi mana pilihan yang perlu diambil?
Orang-orang menyebut fase yang saya lalu sebagai quarter life crisis..

Topik tulisan ini mengajak saya flashback beberapa tahun lalu, saat saya baru lulus dan pertama kali kerja. Saya mengalami fase kebingungan, dan shock dunia kerja.
Saya teringat saya pernah curhat kepada seorang senior saya tentang uncertainty:
“Dunia selepas kerja itu lebih challenging. Karena saat di bangku sekolah, kita sudah tau next-nya akan seperti apa.
Dari SD, lalu SMP, terus sampai kuliah. Kurikulum jelas..Kita sudah tahu mau ke mana dan mau apa..Nah, selanjutnya? Selepas lulus… ini harus ngapain?”
Lalu senior saya mengomentari: “Selamat datang di kehidupan manusia dewasa!”
Dalam hati saya membantin: “Sekeras itukah kehidupan? Tidak ada petunjuk dan manual sama sekali?”
Saya teringat di masa itu, perasaan akan ketidakpastian dan lost memenuhi pikiran saya setiap waktu.
Saya berupaya untuk berkonsultasi dan meminta saran, mulai dari teman, senior, mentor hingga psikolog.. Namun semuanya temporer.. Menenangkan, tapi hanya sesaat.
Selesai bercerita, beberapa jam kemudian saya kembali kepada rasa akan ketidakpastian, dan kegelisahan panjang.
Hingga akhirnya saya menemukan jawaban tersebut di dalam kajian sebuah masjid,
strategi coping untuk menghadapi ketidakpastian dan kecemasan hidup..
Dan rupanya..coping ini sudah diajarkan dari 1.500 tahun lamanya, jauh sebelum itu.
Apakah itu?
Surat Al Fatihah.
Disebutkan 17 kali dalam shalat. Bahkan jika ditotalkan dengan shalat sunnah lainnya, dimohonkan mencapai 29 kali dalam sehari.
Allah is greater..
In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful.
It is You we worship and You we ask for help.
Guide us to the straight path..

Semakin saya meresapi, semakin saya tertegun dengan maknanya..
Ihdinas Siratal Mustaqim..
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Al-Fatihah:6)
Surat ini adalah obat dari perasaan bingung, lost, dan ketidakpastian.
Surat ini adalah pembuka.. dari kebuntuan..
Surat ini adalah perlindungan.. dari ketidaktahuan dan keterbatasan kita dalam melihat dan menjalankan hidup..
Pantas bahwa menjadi wajib untuk dibacakan setiap periode waktu mulai dari pagi, siang, hingga malam. Karena manusia membutuhkan petunjuk setiap saat.
Allah sebagai Sang Pencipta sangat mengetahui sifat dari ciptaan-Nya… manusia yang mudah was was, mudah terbolak balik.. hingga Al Fatihah menjadi penjaga agar selalu dalam petunjuk-Nya.
Dengan sifat kasih dan penyayang-Nya, Allah tidak akan membiarkan kita bingung, menjalani ombang-ambing hidup, tanpa petunjuk..
Refleksi buat saya pribadi, ayat ini mengingatkan posisi saya yang seorang hamba. Tugas saya adalah berikhtiar dan meminta terus petunjuk dari Allah. Mengenai masa depan, ada Allah yang akan menjaga dan melindungi.
Ayat ini mengingatkan saya juga, akan keterbatasan yang saya miliki.. tidak apa untuk tidak tahu semua, dan justru peran sebagai hamba adalah terus meminta kepada Allah untuk dibimbing dan ditunjukan jalan.
Penting untuk selalu meminta petunjuk dari Allah, karena kemampuan manusia dalam melihat sesuatu adalah sangat terbatas.
Kini, di saat saya merasa lost, maka saya selalu mengingat dan mengulang Al Fatihah ayat 6. Saat hati saya terasa sempit, saat shalat, saya kadang mengulang ataupun memelankan bacaan ayat tersebut.
Lebih lanjut, saya coba mengutip isi kajian Ustad Nouman Ali Khan.
Makna “ïhdina”dari Al Fatihah ayat 6. Petunjuk yang dimaksud, bukan hanya petunjuk yang bersifat informasi saja, yang dibutuhkan sesekali saja. Ibarat kita yang sedang mencari jalan, lalu mencari Pak Polisi untuk diarahkan. Namun “”ihdina” yang dimaksud adalah petunjuk yang dibutuhkan setiap saat. Ibarat keluarga yang mengecek keadaan dan posisi, saat kita akan berkunjung ke rumahnya. “Ihdina” adalah kondisi dimana Allah akan mengawasi, mendampingi, dan memberikan arahan dari di setiap perjalanan hidup kita.
Selain itu, ada refleksi tambahan dari ceramah Ustad Nouman Ali Khan terkait makna “shiraath” yang artinya “jalan”.
Dalam bahasa Arab, jalan bisa menggunakan berbagai opsi kata lainnya, yakni thariiq dan sabiil. Kata tersebut memiliki bentuk jamak plural, yang bisa jadi ada lebih dari satu jalan untuk sampai ke tujuan. Adapun kata shiraath tidak memiliki bentuk jamak, yang maknanya hanya ada satu jalan yang dapat mengantarkan kita ke tempat tujuan.
Penggunaan kata shiraath dalam ayat di atas menunjukkan bahwa hanya ada satu jalan yang dapat mengantarkan kita kepada-Nya, jalan itu adalah jalan Islam.
Islam digambarkan sebagai sebuah jalan.
Ihdinas Siratal Mustaqim..
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Al-Fatihah:6)
Ayat ini menyadarkan juga bahwa yang terpenting dalam hidup adalah berada di jalan tersebut. Ayat tersebut mengingatkan saya bahwa yang perlu difokuskan adalah jalan hidup yang berpegang pada ajaran Islam.
Kebingungan dan ketidakpastian dalam menentukan arah, bisa jadi karena terlalu memasukan berbagai parameter dunia, semisal ketakutan akan masa depan, atau membandingkan diri dengan orang lain dalam pengambilan keputusan. Padahal fokusnya cukup satu, apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam.
Maka ketika muncul perasaan uncertainty, mungkin saya patut bertanya dan mencurigai diri sendiri: parameter apa yang saya ukur dan jadikan acuan hidup?
Karena yang disebut lost justru saat menjauh dari Allah.. menjauh dari Islam.
Dalam penjelasan Ustad Nouman.. Ayat ini juga mengingatkan akan perspektif hidup..
Tentang sebuah jalan..
Mungkin terkadang, ada perasaan ingin membandingkan dengan orang lain.. ada juga perasaan tertinggal.. ataupun merasa kalah bersaing dengan progres hidup orang lain..
Namun, karena ini sebuah jalan.. Ada orang yang bergerak sangat lambat, dan ada orang yang bergerak super cepat.. Karena ini sebuah jalan. Ada yang tertinggal di belakang, ada orang yang jauh di depan.. Karena ini sebuah jalan. Ada yang berjalan cepat. Ada juga yang baru mulai, dengan kemajuan cuma satu inci per hari..
It’s OK..
Perjalanan hidup dinilai dari jalan yang dilalui, bukan destinasi/sudah di titik mana..
Allah tidak menetapkan bagi kita, seberapa cepat kita maju, karena setiap orang berbeda..Selama kita sudah di jalan-Nya.. Bagi Allah, semua itu adalah sebuah kesuksesan.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah doa..
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَلَا تَجْعَلْهُ مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلَّ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan bantulah kami untuk menjauhinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk, memberikan kecondongan hati, hingga kekuatan untuk mengikuti petunjuk tersebut.. Aamiin
Sumber:
Ustad Nouman Ali Khan – Re-discovering Al Fatihah
Ustad Nouman Ali Khan – Qur’an for Young Adults (A Thematic Overview) Islam itu Mudah, Kita yang Membuatnya Sulit https://youtu.be/YsCAODsbZ2o