Ternyata, seribu kali pun melihat langit memang tidak pernah membuat saya bosan. Setelah subuh ketika sedang bertugas membuka kunci pagar rumah, tanpa sadar saya sudah menatap ke arah langit, “selalu terpesona dengan indahnya, MasyaAllah”, bisik hati ini.
Saya menganggap kalau langit itu memiliki sifat feminin dan maskulin.
Pagi ini langit terlihat maskulin, dia tinggi, kokoh, kuat apalagi dengan cahaya matahari yang mulai mengintip dari arah timur menambah keperkasaan langit di pagi itu.
Terkadang langit memunculkan sifat femininnya juga, dikala ia memberikan keteduhan, awan putih berbondong-bondong membentuk suatu barisan kemudian berpindah beriringan karena tertiup angin sepoi-sepoi, sungguh indah dan menenangkan.
Bagaimana bisa ia semenakjubkan itu?.
Ketika membuka Al Quran, selalu ada yang membuat saya tertarik dan membuat saya berhenti, ayat itu adalah ayat-ayat yang menyebutkan tentang semesta, siang, malam, gunung, laut, hujan, cahaya, pohon, dan langit tentunya. Melihat semesta, selalu menambah keyakinan bahwa dibalik itu semua ada satu kekuatan yang luar biasa perkasa dan bersamaan dengan itu ada rasa kasih sayang dalam pemeliharaannya.
Salah satu ayat itu adalah surat Ali Imran ayat 190 “Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam terdapat beberapa tanda bagi orang yang berakal”. Ayat yang sangat jelas menunjukan pada keagungan pada sang pencipta.

Dalam story morning subuh ke 5 NAK Indonesia ayat ini pernah di bahas oleh Kak Andi Pratama, beliau mendapatkan penjelasan dari Ustaz Nouman pada program Bayyinah TV.
Dikisahkan Rasulullah ﷺ menangis saat menerima surat Ali Imran ayat 190 ini ketika sholat bahkan ketika ia berdoa. Bisa dikatakan, ayat ini memiliki tempat yang istimewa bagi Rasullullah ﷺ. Beliau menyampaikan “alangkah rugi dan celaka orang-orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkan atau merenungkan maknannya.
Dalam bahasan Ustaz Nouman, ayat ini memiliki keyword yang penting, yaitu pada kata ayat dan ulul albab. Ayat dalam bahasa arab memiliki makna sesuatu yang memiliki tujuan, makna, nilai, tanda,dan membuat takjub.
Bahwa dengan adanya langit, bumi dan segala apapun yang Allah ciptakan itu harusnya menjadi tanda yang membawa kita kembali kepada Allah SWT dan menjadikan kita manusia yang ulul albab.

Maka dari itu, ketika Allah memberikan kita penglihatan, pendengaran dan hati seharusnya hal itu memberikan akal dan ruh kita asupan baik yang membawa kita kepada Allah.
Fitrah keimanan kita selalu mencari ruang untuk selalu terkoneksi dengan Allah dan Allah selalu memberikan sinyal yang kuat pada setiap ciptaannya.
Selalu minta ke Allah untuk selalu mindfulness akan tanda-tandanya. Yuk kuatkan koneksi kita dengan Allah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita.
Penulis: Tria Pratiwi
Sumber tulisan:
– Story morning ke 5 NAK Indonesia
– Tafsil Kemenag RI
– Tafsir Al Azhar karya Buya HAMKA