Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-563
Topik: Pearls from Ali Imran
Rabu, 5 Januari 2022
Materi VoB Hari ke-563 Pagi | Bighairi Hisab
Oleh: Vivin Ardiani
#WednesdayAliImranWeek81Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ada enam refleksi yang bisa kita dapatkan dari kalimat watarzuqu man tasyā-u bighairi hisab, Allah berikan rezeki kepada siapa yang Allah kehendaki tanpa hisab.
1. Hisab berarti muhasabah, meminta pertanggungjawaban seseorang. Seperti misalnya, “Mengapa Anda berbuat seperti itu?”
Makna yang pertama, Allah tidak ditanya atas apa yang Allah kerjakan.
Laa yus’alu ‘ammaa yaf’alu. (QS Al-Anbiya, 21:23)
Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan.
Kita tidak bisa mempertanyakan kehendak Allah.
“Ya Allah, mengapa Engkau berikan kekuasaan kepada Fir’aun?”
“Ya Allah, mengapa Engkau mengambilnya dari mereka? Mereka itu orang baik.”
“Mengapa mereka tidak punya rumah?”
“Mengapa mereka mengungsi?”
Bighairi hisab… Aku memberi kepada siapa pun yang Aku kehendaki, pada waktu yang Aku kehendaki. Aku tidak bisa ditanyai atas apa yang Aku lakukan.
Kami mengakui hal itu, ya Rabb, bahwa kami tidak tahu apa-apa.
2. Hisab bermakna perhitungan
قُل لَّوْ أَنتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَآئِنَ رَحْمَةِ رَبِّىٓ إِذًا لَّأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ ٱلْإِنفَاقِۚ
Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” (QS Al-Isra’, 17:100)
Bayangkan kalau kita memiliki seluruh rahmat Allah. Kita punya seluruh kekayaan. Tetap saja, ketika akan memberi, kita akan melakukan perhitungan terlebih dahulu. Berhitung atas harta yang tersisa kalau dikurangi dengan apa yang diberikan. Sulit bagi kita memberikan harta tanpa melakukan hisab (perhitungan). Karena rasa khawatir akan menjadi bangkrut.
Rasa takut akan bangkrut itu membuat kita tidak bisa terus memberi. Maka kalau kita memiliki seluruh perbendaharaan rahmat Allah, kita akan menahannya. Sedang Allah berfirman, Ia memberikan sesuatu tanpa hisab, tanpa perhitungan.
3. Ihtisab/husban, imajinasi.
Apa yang Allah berikan kepada kita, bagaimana caranya, itu semua tidak bisa terbayangkan oleh kita. Beyond imagination. Hal ini senada dengan ayat Wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib dalam surah Ath-Talaq. Dia (Allah) memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Insyaallah bersambung.
〰️🔸〰️🔸〰️🔸
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 10. ‘Ali ‘Imran – Ayah 26-27 Ramadan 2018 (49:27 – 52:22)
〰️🔸〰️🔸〰️🔸
Materi VoB Hari ke-563 Siang | Bighairi Hisab (2)
Oleh: Vivin Ardiani
#WednesdayAliImranWeek81Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
4. Tidak tergantung performa
Misalnya ada dua anak datang mengadu,
“Nilai ujianku dapat 100, Ayah.”
Yang satu berkata, “Ujianku gagal, Yah.”
Si ayah akan berpikir, apa yang pantas diterima dua anak ini yang sepadan dengan usahanya. Lalu yang berhasil diberi coklat Twix, yang gagal cuma mendapat bungkusnya.
Berdasar performa. Demikianlah orang tua. Adapun Allah, memberi tanpa melihat performa. Kalau hanya berdasar performa lantas apa yang pantas didapat Fir’aun, kaum Quraisy?
Seringkali manusia, ketika melihat sesamanya mendapat nikmat, “Mengapa Allah mencintai mereka, mengapa Allah tidak mencintaiku?”
Bukan begitu formulanya.
Allah memberi tanpa hisab.
Kita mengeluhkan, “Dia kok bisa mendapatkannya, padahal dia nggak layak.” Oke, kita pasang standar kita buat orang lain. Harusnya, standar itu pula yang pantas kita terima, bukan? Maka kalau yang kita terima benar-benar berdasar standar kelayakan kita, jangan-jangan kita justru bersiap menuju kematian. Allah berfirman,
وَرَبُّكَ ٱلْغَفُورُ ذُو ٱلرَّحْمَةِۖ لَوْ يُؤَاخِذُهُم بِمَا كَسَبُوا۟ لَعَجَّلَ لَهُمُ ٱلْعَذَابَۚ بَل لَّهُم مَّوْعِدٌ لَّن يَجِدُوا۟ مِن دُونِهِۦ مَوْئِلًا
(QS Al-Kahfi, 18:58)
Allah Maha Pengampun dan memiliki kasih sayang yang luar biasa. Kalau saja Ia mau meminta pertanggungjawaban atas apa yang kita perbuat, Allah bisa menyegerakan azab.
Alih-alih mendapat pengampunan, kita justru bisa lebih cepat kena azab.
Tapi Allah memberikan penangguhan. Sampai waktu itu tiba, Allah masih melimpahi kita dengan kasih sayang-Nya.
Kita seringkali mempertanyakan formula Allah. Menggunakan kalkulator versi kita. Lalu berhitung-hitung dan bertanya-tanya, “Dia tu pantesnya gini, kalo dia gini.”
Itu sama sekali bukan urusan kita.
5. Allah memberi tanpa bisa kita hitung. Allah tidak berhitung ketika memberi, dan kita tidak akan dapat menghitungnya.
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآۗ
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. (QS Ibrahim, 14:34)
6. Allah memberi tanpa batas. Maknanya, balasan itu tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Balasan yang tidak terhitung sudah disiapkan di akhirat.
Dunia ini seperti pergiliran siang dan malam. Mati dan hidup. Dalam urutan kata ini, kata terakhirnya Allah menyebut hayyi:
Wa tukhrijul hayya minal mayyiti.
Wa tukhrijul mayyita minal hayyi.
Maka di kehidupan setelah kematian itu, di akhirat nanti, Allah sediakan balasan tanpa batas.
Senada dalam surah Al-Baqarah, Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ فَوْقَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِۗ وَٱللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (QS Al-Baqarah, 2:212)
Insyaallah bersambung.
〰️🔸〰️🔸〰️🔸
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 10. ‘Ali ‘Imran – Ayah 26-27 Ramadan 2018 (52:23 – 56:19)
〰️🔸〰️🔸〰️🔸
Materi VoB Hari ke-563 Sore | Hanya Titipan
Oleh: Vivin Ardiani
#WednesdayAliImranWeek81Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kita bisa lebih mengapresiasi deklarasi QS Ali ‘Imran 26-27 dengan menengok kembali QS Ali Imran 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
Manusia terobsesi dengan apa yang dijadikan indah di dunia: uang, wanita, kekayaan, status.
Maka pada ayat 26-27 ini seakan kita menyatakan:
“Iya ya Allah, kami menginginkan semua itu: harta, pasangan, kendaraan, status. Tapi semua itu adalah milik-Mu. Kami tak akan bisa mendapatkan mulk sekecil apa pun tanpa kehendak-Mu. Kalau Engkau memberinya, maka kami berkesempatan mencecapnya. Kalau Engkau cabut, maka seketika akan terlepas pula dari kami.
Tetapi sesungguhnya semua itu akan lekang oleh waktu. Khail (kuda) akan mati. Mobil bisa datang dan pergi. Harts (sawah ladang) pun bisa datang dan pergi.”
Dua ayat yang menyeimbangkan sudut pandang kita akan dunia. Benar, kita menginginkan perhiasan dunia. Namun kita harus memahami deklarasi ini di hadapan Allah.
〰️🔸〰️🔸〰️🔸
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 10. ‘Ali ‘Imran – Ayah 26-27 Ramadan 2018 (56:20 – End)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah