Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-547
Topik: Pearls from Juz ‘Amma
Senin, 20 Desember 2021
Materi VoB Hari ke-547 Pagi | Ketika Allah Menegur
Oleh: Vivin Ardiani
#MondayJuzAmmaWeek79Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰٓ
Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), (QS ‘Abasa, 80:3)
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكْرَىٰٓ
Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? (QS ‘Abasa, 80:4)
Mari perhatikan bagaimana Allah menekankan apa yang ada di dalam hati ‘Abdullah bin Ummi Maktum melalui dua ayat di atas. Allah tidak berkata, “Itulah yang ada di hatinya.” Tapi Allah berkata, “Bagaimana engkau (Muhammad) bisa tahu? Bisa jadi ia ingin menjadi orang yang lebih baik, bisa jadi ia ingin mendapat manfaat dari yang engkau ajarkan. Maka ini cukup membuat engkau memberinya waktu dan perhatian.”
Di sisi lain, bisa jadi para pemuka Quraisy pun ingin menjadi lebih baik, bukan? Tapi Allah menutup kemungkinan itu,
أَمَّا مَنِ ٱسْتَغْنَىٰ
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), (QS ‘Abasa, 80:5)
Istighna, berasal dari kata ghina.
Bermakna seseorang yang tidak butuh orang lain. Orang lain membutuhkannya, tapi dia tidak. Seseorang yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan orang lain. Tapi dia tidak membutuhkan orang lain untuk memutuskan.
Dan dalam ayat ini, Allah tidak berkata ammal ghaniy, tapi amma man-istaghna orang yang merasa dirinya tidak membutuhkan sesuatu/orang lain.
Allah menyoroti tentang apa yang ada di hati audiens Rasulullah dengan “sisi kamera” yang kita tidak tahu. Kita tidak tahu, sedang Allah Maha Mengetahui. Ironisnya Allah seakan menunjukkan, ‘Abdullah bin Ummi Maktum mungkin buta, tapi bisa jadi di dalam hatinya baik. Dan engkau (Muhammad), buta terhadap keburukan yang ada di hadapanmu (pemuka Quraisy).
Insyaallah bersambung.
🌻🌻🌻🌻🌻
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 80. Abasa / 01. ‘Abasa (Ayah 1-10) – A Concise Commentary (32:50 – 35:02)
Materi VoB Hari ke-547 Siang | Tiga Kebutuhan Manusia
Oleh: Vivin Ardiani
#MondayJuzAmmaWeek79Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Man-istaghna
Ustaz teringat pernah bertemu seseorang dan ia bertanya, “Mengapa saya butuh Islam? Apa yang Islam akan bawa untuk kehidupan saya? Saya punya pekerjaan, keluarga, dan saya sudah bahagia. Tidur nyenyak, makan nikmat. Saya merasa tidak butuh agama.”
Secara definisi, sikap ini termasuk istighna. Merasa bahwa kebutuhan material dan emosionalnya sudah terpenuhi. Padahal ada satu kebutuhan lagi yang ia ingkari.
Apakah itu?
Manusia terdiri dari tiga unsur. 1. Fisik, sehingga kita memiliki kebutuhan fisik, 2. Makhluk emosional, maka kita memiliki kebutuhan emosional, dan 3. Kita juga makhluk spiritual, kita memiliki kebutuhan spiritual. Ketiga kebutuhan ini saling terkait satu sama lain.
Misalnya:
Saya belum makan siang. Akibatnya, lapar. Kalau lapar, kebutuhan apa yang tidak terpenuhi? Kebutuhan fisik.
Efek dari lapar, merembet menjadi mudah marah. Kebutuhan apa yang bermasalah? Kebutuhan emosional. Efek berikutnya, tidak bisa khusyuk dalam salat. Artinya kebutuhan spiritual ternyata juga terganggu. Semuanya bermula dari kebutuhan fisik yang tidak terpenuhi karena belum makan.
Kita harus bisa memahami ketiga macam kebutuhan ini untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Jangan sampai kita punya masalah emosional tapi yang dicari solusi spiritual. Bermasalah dengan kebutuhan fisik, yang dicari solusi spiritual. Yang bermasalah kebutuhan spiritual, yang dicari solusi kebutuhan fisik.
Sakit perut yang dicari doa menyembuhkan sakit perut. Padahal kalau ternyata penyebabnya keracunan makanan, solusinya ya pergi periksa ke dokter dulu. Tentunya kemudian juga sembari diiringi doa.
Sisi spiritual itu baru akan bekerja setelah prinsip-prinsip dari masing-masing tiga kebutuhan itu terpenuhi.
Misalnya dalam kasus hubungan kekerasan, solusinya bukan dengan doa. Yang kita penuhi dulu seharusnya yang bermasalah lebih dahulu, kebutuhan emosional.
Puncaknya, ada doa.
Peran spiritual akan membimbing kebutuhan emosional dan fisik. Agar kebutuhan tersebut tidak saling setir dan bisa seimbang.
Maka seseorang yang berkata, “Saya tidak butuh apa pun”, itu tanda bahwa ia tidak menyadari ada sesuatu jauh di dalam dirinya yang haus akan pemenuhan kebutuhan spiritual.
Insyaallah bersambung.
🌻🌻🌻🌻🌻
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 80. Abasa / 01. ‘Abasa (Ayah 1-10) – A Concise Commentary (35:02 – 38:57)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah