0:00:01.82 – 0:02:05.20: Mukadimah
اَلْحَمْدُ لِلّٰه
اَلْحَمْدُ لِلّٰه خَالِقِ الْوُجُودِ مِنَ الْعَدَمِ،
وَ جَاعِلِ النُّورِ مِنَ الظُّلَمِ
وَمُخْرِجِ الصَّبْرِ مِنَ الْأَلَمِ
فَمُلْقِيْ التَّوْبَةِ عَلَى النَّدَمِ
فَنَشْكُرُهُ عَلَى الْمَصَائِبِ كَمَا نَشْكُرُهُ عَلَى النِّعَمِ
وَنُصَلِّي عَلَى رَسُولِهِ الْأَكْرَمِ
ذِيْ الشَّرَفِ الْأَشَمِّ وَ النُّورِ الْأتَمِّ
وَالكِتَابِ الْمُحْكَمِ
وَكَمَالِ النَّبِيِّنَ وَالْخَاتَمِ
سَيِّدِ وَلَدِ آدَمِ
الَّذِيْ بَشَّرَ بِهِ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمِ
وَدَعَا لِبِعْثَتِهِ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيهِ السَّلَامُ
حِينَ يَرْفَعُ قَوَاعِدَ بَيْتِ اللهِ الْمُحَرَّمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى أَتْبَاعِهِ خَيْرِ الْأُمَمِ
الَّذِيْنَ بَارَكَ اللهُ بِهِمْ كَافَّةَ النَّاسِ
العَرَبَ مِنْهُمْ وَ الْعَجَمِ
والْحَمْدُ لِلّٰه
الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِن الذُّلِّ
وَكَـبِّـرْهُ تَكْبِـيْـرًا
وَالحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا
وَالْـحَمْدَ لِلّٰهِ الَّذِي نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ
وَ نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ،
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَنَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُه
أَرْسَلَهُ اللهُ تَعَالَى بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ
لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا
فَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْـلِيْمًا كَثِيْرًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ
وَخَيرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ
وَ إِنَّ شَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
بَعْدَ أَنْ أَقُوْلَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (QS. 31:17)
رَبّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُ قَوْلِي
اَللّٰهُمَّ ثَبِّتْنَا عِنْدَ الْمَوتِ بِلَا إِلٰهَ إِلَّا الله
اَللّٰهُمَّ ٱجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
آمين يَا رَبَّ العَالَمِينَ
أما بعد
0:02:05.20 – 0:03:32.55: Kita Mengharapkan Sikap Paling Sopan dari Anak-Anak Saat Azan Berkumandang
Sebelum memulai khutbah. Anak-anak, saya ingin kalian duduk di sini, jadi bisa melihat kalian. Kamu juga. Hmm… Saya tahu banyak dari kita tidak salat Jumat di masjid. Tapi jika datang, dan Anda membawa anak-anak. Maka penting sekali Anda memastikan mereka tidak bersandar di dinding, tidak duduk di pinggir. Mereka duduk di depan, dan duduk dengan sopan.
Hmm… sering kali, orang tua membiarkan anak-anaknya berkumpul bersama di masjid. Jadi ketika orang tua salat Jumat, anak-anaknya… Memang tak mengapa mereka bermain, berbicara, dan semacamnya. Kita mengharapkan sikap paling sopan dari anak-anak kita. Mereka bebas bertingkah sesukanya, tetapi begitu azan berkumandang, kita harus menerapkan bimbingan tertentu.
Bimbingan itu adalah ketika azan berkumandang. Semua percakapan tentang video games, permainan, sekolah, teman-teman, atau misalnya, pertandingan apa yang ditonton? Film apa yang ditonton? Semua itu harus berhenti. Semua itu selesai.
Ketika azan berkumandang, maka tidak ada bedanya antara kalian dan dewasa di dalam masjid. Ini waktu untuk Allah dan kalian harus menghormatinya. Bagian dari menghormatinya kalian harus menyimak dengan baik di sini.
Kalian tidak datang untuk bersantai. Kalian tidak datang untuk menghadap khatib. Kalian tidak datang untuk menghadap imam. Tetapi datang untuk menghadap Allah, kalian datang ke rumah-Nya, karena Allah mengundang kalian.
Sebenarnya arti azan… salah satu bagian dari artinya yaitu, اللهُ اَكْبَرُ (Allahu Akbar). Allah prioritas yang lebih besar daripada apa pun. Begitu azan dikumandangkan, kalian mengakuinya, dan mengulangi kalimat yang diucapkan muazin.
0:03:32.55 – 0:04:15.66: Salah Satu Arti Azan
Allahu Akbar, Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Artinya lebih besar dari… Salah satu artinya… lebih besar dari semua yang saya lakukan. Lebih besar dari apa pun di ponsel saya. Lebih besar dari obrolan apa pun yang saya lakukan. Lebih besar dari lelucon apa pun. Lebih besar dari apa pun.
Jadi itu artinya kita harus… Saya meluangkan waktu mengatakan ini karena ingin anak-anak yang mendengarkan, mengetahui lain kali kalian ke masjid, – insyaAllah, krisis pandemi ini berakhir, dan kita akan meneruskan hidup kita kembali di dalam masjid, kita akan kembali, dan bisa menghabiskan waktu di rumah Allah. –
Saat kalian datang ke masjid, apa pun salatnya itu, sebelum salat, Anda ingin bermain-main dengan teman-teman, tidak masalah. Tapi begitu azan dikumandangkan, maka itu waktu untuk Allah, dan kalian harus memperlihatkan displin terbaik.
0:04:15.66 – 0:05:41.88: Di Mana Lagi Melihat Keteraturan Semacam Salat?
Omong-omong, salatnya muslim itu safnya sempurna, bukan? Semua gerakannya serempak. Semua orang menyamakan gerakannya, bergerak di saat yang sama. Di mana lagi di dunia ini kalian melihat keteraturan semacam ini? Keteraturan semacam itu ada di ketentaraan, bukan?
Di ketentaraan, tentara berbaris serentak. Mereka melangkah serentak, berhenti serentak, maju serentak, berbicara serentak, bukan? Di ketentaraan seperti itu karena ketentaraan dianggap organisasi yang tertinggi. Di ketentaraan, ada rantai komando.
Di tingkat teratas jenderal, komandannya, siapa pun dia, dia memerintahkan, para prajurit langsung menaatinya. Tidak ada diskusi dulu atau apa pun, benar? Setiap orang berbaris ketika komandan ada di sana. Semua berbaris dan disiplin, benar?
Karena mereka… mereka diajarkan di ketentaraan tentang rantai komando dan disiplin. Tidak ada yang mengacau ketika komandan memerintahkan, oke? Karena bagi mereka, ini soal hidup dan mati ketika perang yang sebenarnya terjadi.
Jadi tidak ada ketentaraan di dunia ini yang disiplinnya longgar karena itu sama artinya dengan mati. Jadi tentara memahami rantai komando dari komandan, jenderal, kapten, siapa pun itu.
Bagi kita dalam Islam, komandannya adalah Allah sendiri. Allah memerintahkan, “Berbarislah.”
Allah memerintahkan, “Ke sinilah dan tinggalkan apa pun!” Benar?
Jadi kita harus memperlihatkan disiplin itu saat kita berada di rumah-Nya, saat kita ada di hadapan-Nya.
0:05:41.88 – 0:06:56.29: Topik Khutbah Surat Luqman Ayat Ke-17
Sekarang, ini tidak hanya bersinggungan dengan khutbah yang saya sampaikan hari ini karena topiknya ayat… Topik khutbah hari ini ayat ke-17 dari surat Luqman. Ini kembali melanjutkan nasihat Luqman (رضي الله عنه) kepada putranya.
Di sinilah kita memasuki, mungkin inti dari masalahnya. Semua yang telah dibahas hingga sekarang terhimpun di sini. Beberapa ayat kesimpulan ini saya anggap bagian paling menarik dari pembicaraan mereka. Inilah inti permbicaraan mereka.
Luqman berkata, “يَا بُنَيَّ”
“Putraku tercinta.”
“Putra kecilku.”
“أَقِمِ الصَّلَاة َ”
“Tegakkanlah salat.”
Mereka biasanya menerjemahkan itu dengan tegakkan salat. Mari saya jelaskan tentang “إِقَامَةٌ”.
“إِقَامَةٌ” dalam bahasa Arab berasal dari kata “قِـيَامٌ”.
“قِـيَامٌ” artinya berdiri.
Bila kata itu kita jadikan “إِقَامَةٌ”.
Ini dari keluarga “إِفْعَالٌ”.
Sehingga artinya berubah, menjadi mendirikan sesuatu, paham? Jadi apabila seseorang membangun menara, ia akan menyusun bata di atas satu sama lainnya lalu membangun menaranya, benar?
Jadi ia telah melakukan “إِقَامَةٌ” sebuah bangunan. Itulah “إِقَامَةٌ” sebuah bangunan. Untuk membuatnya tegak, membuatnya berdiri.
“إِقَامَةٌ الصَّلَاةِ”, Anda bisa membayangkannya… karena kita menggunakan kata-kata ini, tegakkan salat.
0:06:56.29 – 0:08:01.01: Apa Arti Tegakkan Salat?
Memangnya apa arti tegakkan salat? Salah satu cara memahaminya adalah, peliharalah salat. Pastikan salat terus ditegakkan.
Saat Anda melakukan “إِقَامَةٌ” terhadap sesuatu, sama halnya dengan menancapkan sebuah tiang, pilar, di tanah, dan Anda pastikan tiang itu tidak apa? Tidak miring, benar? Anda terus menjaganya. Anda selalu… Jadi Anda menjaga dan memelihara salat.
Itu termasuk dalam makna “إِقَامَةٌ الصَّلَاةِ”.
Jadi Allah tidak sekedar memerintahkan, “Salat!”
Sang ayah tidak sekedar menyuruh putranya, “Salat!”
Tetapi dia menyuruh, “Peliharalah salat.”
“Jagalah salat.”
Anda tahu apa artinya? Artinya salat itu sesuatu yang sangat mudah rusak. Karena jika ada sesuatu yang peka dan mudah rusak, maka ia perlu dijaga, dan dipelihara.
Sama seperti tanaman yang peka, Anda harus pastikan tanaman-tanaman itu, tanaman yang tidak bisa tegak sendiri. Jadi Anda harus letakkan tonggak di tanah dan memasang teralis, sehingga tanaman itu akan menjalarinya, dan Anda harus terus memeriksanya karena jika anginnya terlalu kencang, atau matahari terlalu terik. Tanaman itu bisa layu, bukan?
0:08:01.01 – 0:10:01.81: Tarbiyyah
Jadi ini tarbiyyah, pemeliharaan tanaman, ini untuk memastikannya tetap tumbuh. Memastikan ia terpelihara dan terjaga. Itu juga yang harus Anda lakukan dengan salat Anda.
Ada hal-hal yang kita miliki dalam hidup kita yang tidak membutuhkan pemeliharaan semacam itu, benar?
Misalnya Anda memiliki mobil, Anda tidak perlu mengganti olinya terlalu sering, mobilnya akan tetap berjalan, dan itu bukan masalah, benar? Kadang orang tidak memelihara mobilnya cukup lama hingga akhirnya mobil itu rusak, benar? Ada hal lain yang harus Anda lakukan, yakni rutin memeriksa mobil Anda. Jika tidak, mobil Anda tidak akan bertahan lama.
Contohnya es, jika Anda butuh es untuk suatu hal, waktu Anda untuk menggunakannya terbatas. Jika es itu mulai mencair, Anda harus memasukkannya kembali ke lemari es karena jika suhunya tidak Anda jaga, esnya akan mencair, benar?
Dengan menggunakan kata Aqim, ” أَقِمْ “, apa yang diajarkan Allah kepada kita dan apa yang diajarkan si ayah kepada putranya, “Salat saja tidak cukup karena kamu bisa punya bangunan rusak dan hancur yang disebut salat.”
“Kamu sekedar menunaikan kewajiban, dan hanya seperti itulah salatmu.”
Orang tuamu bisa saja bertanya, “Kamu sudah salat?”
“Iya, saya sudah salat. Sudah salat.”
“Sudah Maghrib?” -“Sudah.”
Bila Anda diam-diam merekam putra atau putri Anda salat. Anda dapati salatnya lebih mirip… olahraga kardio daripada salat. Karena rukuknya secepat kilat, dan sujudnya lebih mirip dengan burung mematuk tanah daripada sujud. Mengapa? Karena salatnya hanya sekedar menunaikan kewajiban. Hanya sekedar ditunaikan.
Anda pernah melihat orang seperti teman saya yang sangat menyukai mobil. Dia selalu memperbaiki mobilnya. Dan apa yang dilakukannya? Dia selalu memeriksa mesinnya, “Aduh, bagian itu sudah mulai berkarat.”
“Saya harus melumasinya.”
“Saya harus melonggarkan bagian ini.”
“Saya harus memperbaiki ini.”
“Saya perlu memperbaiki itu.”
“Mobilmu sempurna, Bung!”
“Tidak, tidak, tidak. Kamu tidak mengerti.”
0:10:01.81 – 0:11:49.02: Levelnya Sudah Berbeda
Di situlah perbedaannya.. Ini levelnya sudah berbeda, bukan? Jika Anda hobi merawat dan menjaga sesuatu, maka Anda akan terus melakukan perbaikan.
Ada orang yang suka memperbaiki interior rumah mereka, atau ada juga yang sangat suka berkebun, yang selalu mencek setiap bunga.
“Duh, yang ini agak lemah.”
Ada perawatan yang begitu hati-hati. Benar? Ada sebagian Anda berkata, “Anak-anak, ayah ajarkan kalian berkebun.”
“Ayah ajarkan kalian memelihara mobil,” tapi ini tidak bisa dikaitkan dengan yang semacam itu.
Namun bila saya bicara tentang koleksi Anda. Koleksi Anda apa saja, kartu… Koleksi mainan tertentu Anda, lalu, “Siapa yang menyentuh koleksiku?”
“Siapa yang mengusili sepatuku?”
Beberapa orang memiliki sepatu yang mereka jaga seakan sepatu itu milik museum yang sedang dipamerkan, benar?
“Sepatuku yang kiri agak terlalu ke kiri. Siapa yang tadi memegangnya?” Benar?
Karena Anda ingin menjaganya dengan sempurna. Anda ingin… hanya dengan melihatnya saja Anda bahagia. Tapi tahukah Anda?
“Salat,” si ayah menasihati putranya,
“Adalah sesuatu yang harus kamu jaga dengan sungguh-sungguh.”
“Jika kamu tidak menjaganya, ia akan hancur berkeping-keping.”
Ia akan seperti… berikut ini analoginya.
“Salatmu ibarat sebuah pohon, yang dari luar terlihat seperti pohon. Tapi sebenarnya ia hanya kayu berongga, bagian dalamnya hampa.”
Anda tahu, pohon yang kokoh, bisa saja ditabrak mobil. Pohon itu tidak akan jatuh, tapi mobilnyalah yang ringsek, benar? Namun pohon yang bagian dalamnya berongga, bila mobil menabraknya. Mana yang akan jatuh? Pohon itu yang akan jatuh, karena bagian dalamnya kosong. Terlihat seperti pohon, tetapi bukan pohon.
Nah, apa yang dilakukan salat pada kita, ia mengisi bagian dalam (jiwa) kita. Ia menguatkan jiwa Anda dan saya, tapi salat tidak akan bisa melakukannya, jika kita tidak menjaganya. Jika Anda tidak menjaganya. Jadi itu topik pembahasan tersendiri.
0:11:49.02 – 0:12:54.30: Bagaimana Cara Memelihara Salat?
Bagaimana cara memelihara salat? Ibaratnya bagi sebagian orang, jika Anda tidak sehat itu satu hal, benar?
Lalu seseorang berkata. “Jaga kesehatanmu.”
Tidak. Bila pada awalnya saja saya sudah tidak sehat. saya perlu memperbaiki kesehatan saya dulu, mengikuti terapi tertentu, perlakuan medis, atau proses tertentu sebelum saya benar-benar sehat.
Lalu begitu saya sehat, barulah saya harus menjaga kesehatan, kan? Jadi tidak bisa begitu saja dikatakan, “Jaga kesehatanmu.”
Padahal awalnya saja saya sudah tidak sehat. Pertama saya harus sampai pada level sehat dulu. Jadi pertanyaan yang lebih sulit ketika si ayah menasehati putranya, “Peliharalah salatmu,” si putra itu sendiri harus bertanya pada dirinya, si putri juga harus bertanya pada dirinya, “Sudahkah salat saya sebagaimana seharusnya? Sehingga saya harus memeliharanya, karena memelihara berarti terus melakukan apa yang sedang dilakukan.”
Tetapi jika salat Anda belum sempurna, lalu Anda berkata, “Peliharalah salat.”
“Oke, saya akan terus melakukannya.”
Anda belum memperbaiki sesuatu. Maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah apakah salatnya sudah benar atau belum?
0:12:54.30 – 0:14:54.00: Kata “صَلَاةٌ” dalam Bahasa Arab
Kata “صَلَاةٌ” dalam Bahasa Arab berasal dari kata “صِلَةٌ”, ini yang kita sebut salat, bukan? Lalu ada kata lain untuk salat yakni, “دُعَاءٌ” (doa). Doa juga salah satu istilah untuk salat. Oke? Dan sebenarnya kata ” عِبَادَةٌ” (ibadah) juga bisa dianggap semakna dengan salat.
Namun Allah secara khusus menggunakan istilah “صَلَاةٌ”, dan kata “صَلَاةٌ” berasal dari kata “صِلَةٌ”, “صِلَةٌ” atau “وَصْلٌ” sebenarnya berarti hubungan. Hubungan.
Salat bukan sekedar kata-kata yang Anda ucapkan. Bukan sekedar gerakan yang Anda lakukan. Bukan hanya arah tertentu tempat Anda menghadap. Bukan hanya proses bertahap.
Semua hal yang telah Anda pelajari itu. Apakah Anda pelajari dari orang tua Anda atau seseorang. Orang tua Anda meminta seorang guru mengajari Anda, atau Anda ikut TPA Pekanan, atau belajar di Sekolah Islam, Intinya Anda sudah mempelajari cara salat.
Baiklah. Begitulah wujud dari salat. Namun tujuan dari semua itu adalah satu hal: untuk menegakkan dan memelihara hubungan dengan Allah di dalam salat. Mari saya ingatkan kembali diri saya dan Anda, tentang apa sebenarnya salat itu. Begitu saya mengucapkan, “اللهُ اَكْبَرُ” (Allahu Akbar).
Bolehkah saya bicara pada seseorang? – Tidak.
Apakah saya boleh melihat berkeliling? – Tidak.
Apakah segala sesuatu di dunia ini, apakah itu hape Anda yang mati, atau seseorang menelpon Anda, benar? Atau Anda telat mengikuti rapat, atau apa pun yang terjadi di luar selain kondisi darurat yang mengancam jiwa. Tidak satu pun dari hal itu ada ketika Anda sedang apa? Salat.
Segala sesuatu berakhir. Segala sesuatu dihentikan. Selama beberapa menit yang Anda gunakan untuk salat itu, kehidupan Anda yang lainnya tidak ada. Tak satu pun prioritas lain ada. Bahkan Anda tidak pegang kendali, tidak punya kuasa atas tubuh Anda saat itu.
Anda tidak boleh berjalan seperti yang Anda mau. Anda tidak boleh meletakkan kaki di mana pun Anda mau. Anda tidak boleh meletakkan tangan di mana pun Anda mau. Anda tidak boleh menggerakkan mulut semau Anda. Anda tidak boleh menggerakkan mata semau Anda. Benar?
Segala sesuatu telah diserahkan kepada Allah seutuhnya, sejak Anda mengucapkan, اللهُ اَكْبَرُ hingga Anda mengucapkan, السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Iya atau tidak?
0:14:54.00 – 0:15:33.50: Salah Satu Cara Mengganggap Salat adalah Sebagai Sebuah Latihan
Tahukah Anda apa yang Anda lakukan itu? Itu sebuah latihan. Salah satu cara Anda mengganggap salat adalah, sebagai sebuah latihan. Latihan apa? Sebuah hari yang akan tiba ketika kita tidak lagi bisa mengendalikan tubuh kita.
Allah akan benar-benar memperlihatkan pada kita, betapa jauh lebih besarnya Dia dibanding kita. Kita tidak akan mampu mengucapkan apa yang kita mau. Kita hanya akan mengatakan apa yang Allah inginkan untuk kita katakan. Kita tidak akan bisa bergerak seperti yang kita inginkan.
Allah akan menguasai anggota tubuh kita, sedangkan sistem pengendali (otak) yang ada di dalam tengkorak kita saat ini, akan dinonaktifkan. Tubuh kita akan berfungsi dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan. Ia melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan. Ia bersaksi, ia berbicara dengan cara yang tidak kita inginkan.
0:15:33.50 – 0:17:04.44: Salat adalah Pengingat
Salat adalah pengingat bagaimana akhirnya kita akan berakhir dengan menyerahkan diri di hadapan Allah pada hari kiamat. Renungkanlah itu.
Pada hari kiamat, tidak peduli pakaian apa yang pernah Anda miliki. Mobil macam apa yang pernah Anda punyai. Tidak peduli di mana Anda dulu tinggal. Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda punya.
Semua argumentasi Anda. Semua orang yang Anda cintai. Semua orang yang Anda benci. Semua itu musnah. Yang ada hanya Anda dan Allah, itu saja! Hanya Anda dan Allah. Dan Anda berdiri di hadapan Allah, bukan?
Omong-omong nama lainnya “يَوْمُ الْقِيَامَةِ,” (yaumul qiyamah)
“Hari berdiri lama.”
Dan bagian mana yang paling lama dalam salat kita?
“قِيَامٌ” (Qiyam)
Jadi ini ada alasannya. Kita memulai salat dengan mengingatkan diri kita, karena bila seseorang berdiri dalam salat, mereka sedang berdiri di hadapan Allah, bukan?
Mereka harus menghubungkan diri dengan hari kiamat, mereka juga harus menghubungkan diri dengan Allah seakan-akan saya ada di hadapan Allah, dan hari kiamat sudah dimulai bagi saya.
Ini sebuah rekap. Sebuah pratinjau tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat. Dan pada hari kiamat, saya ingin mengatakan hal-hal yang menguntungkan karena saya tidak punya kendali atas lidah saya. Saya ingin bisa mengucapkan hal-hal yang benar. Dan hal terbaik yang bisa saya katakan adalah kebenaran.
Allah sendiri mengajari kita kata-kata dari-Nya untuk diucapkan ketika berdiri di hadapan-Nya nanti. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara otomatis. Jika Anda mengucapkan, “Allahu Akbar.”
“Subhanaka allahumma wabihamdika…”
Anda ucapkan dengan kecepatan tinggi. Lalu,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿2﴾ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ﴿3﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿4
Jika itu Anda lakukan, Anda bisa menyelesaikan salat.
0:17:04.44 – 0:18:37.64: Sudah Salat tetapi Sama Sekali Tidak Terhubung
Dari segi fikih Anda sudah salat, tetapi Anda sama sekali tidak terhubung. Anda sama sekali tidak terhubung dengan Allah. Anda tidak terhubung dengan Allah. Anda tidak mengingatkan diri tentang apa tujuan salat ini. Menjaga hubungan Anda dengan Allah melalui salat, itulah “أَقِمِ الصَّلَاةَ”.
Sekarang Allah mengatakan pada kita manusia mengatakan hal-hal seperti… Anda sendiri mungkin mengatakan pada diri Anda, “Saya ingin merasa lebih dekat kepada Allah.”
“Saya ingin terhubung secara spiritual dengan Allah.”
Allah telah memberi kita program terbaik untuk terhubung dengan-Nya. Itulah salat. Bila salat tidak melakukan apa yang mesti dilakukannya, maka Anda akan berusaha menemukan cara alternatif lain agar merasa religius. Karena Anda tidak memberikan hak koneksi yang sebenarnya, bukan?
Jika Anda tidak makan makanan yang benar-benar sehat, maka Anda akan merasa lebih baik setelah makan makanan cepat saji. Lalu Anda berkata, “Setidaknya saya dapat sedikit gizi.”
Betul, makanan cepat saji pun ada gizinya. Tapi bukan gizi semacam itu yang Anda butuhkan. Bukan itu yang benar-benar akan menutrisi tubuh Anda. Memang Anda akan merasakan enak beberapa saat. Anda memperoleh sesuatu dari makanan itu.
Sama halnya nasihat pertama si ayah kepada putranya ini yaitu jaga, pelihara salat yang sebenarnya, yaitu hubunganmu dengan Allah. Itulah kegunaan salat. Itulah tujuan dari salat. Jadi sebenarnya membutuhkan waktu saat ada yang berkata, “Saya ingin belajar Islam,” benar?
“Saya ingin belajar agama saya.”
Saya berpendapat Anda bisa saja mempelajari agama, dan bisa mempelajari ratusan ilmu berbeda dalam Islam.
0:18:37.64 – 0:19:40.94: Jika Tujuan Anda Belajar Islam agar Lebih Dekat dengan Allah
Tetapi jika tujuan Anda belajar Islam agar lebih dekat dengan Allah. Semua orang akan mengatakan itu. Semua muslim akan mengatakan, “Saya ingin lebih dekat dengan Allah,” maka mestinya prioritas utama Anda salat itu sendiri.
Wow! Lalu saya sudah tahu apa saja tentang salat? Saya tidak bicara tentang wujud salat. Bagaimana berwudu? Di mana harus berdiri? Bukan tentang teknis mengerjakan salat. Tapi, bagaimana menggunakan salat agar terhubung dengan Allah? Itulah dialog yang seharusnya Anda lakukan dengan diri Anda.
Pelajarilah hal itu. Ingatkan diri Anda akan hal itu. Bahkan bila Anda pelajari itu, mengambil semacam kursus, membaca materi tentang itu. Tebaklah apa? Pemeliharaan tetap akan dibutuhkan.
Anda bisa saja seorang ulama yang paham semua Bahasa Arab dalam salat, sudah mempelajari segala sesuatunya, dan Anda bisa membuat artikel tentang setiap komponen salat, tapi masih belum terhubung dengan Allah dalam salat Anda karena semua itu tergantung pada hati.
Begitu Anda mengucapkan, “Allahu Akbar.”
Hati ini harus terhubung. Hati ini harus bebas dari urusan apa pun. Dan hati ini harus diliputi dan disibukkan dengan Allah. Itulah yang harus terjadi dalam salat.
0:19:40.94 – 0:21:11.55: Nasihat Orang Tua untuk Anaknya
Si ayah memberi putranya nasihat, “Aku tahu perasaaanmu akan berpencar ke segala arah.”
“Akan ada bermacam-macam hal yang akan menimpamu.”
“Akan ada… seraya kamu beranjak dewasa, kamu akan mulai banyak berpikir bagaimana kamu terlihat.”
“Kamu akan banyak berpikir tentang rambutmu.”
“Kamu akan berpikir tentang apakah kumismu terlalu besar atau terlalu kecil, atau apakah kamu harus mencukurnya atau tidak?”
“Kamu akan berpikir tentang T-Shirt mana yang bagus dengan celana jins mana?”
“Apakah saya pilih sepatu yang ini atau yang itu?”
“Kamu akan berpikir tentang hal-hal itu.”
“Kamu akan berpikir tentang lawan jenis.”
“Pikiran-pikiran seperti itu akan berseliweran di kepalamu.”
“Kamu akan berpikir tentang teman-temanmu.”
“Kamu akan berpikir tentang siapa teman-temanmu, dan siapa yang bukan temanmu.”
“Kamu akan berpikir tentang menghibur dirimu.”
“Otakmu akan berputar dengan pikiran-pikiran sepanjang waktu.”
“Kamu akan terhubung dengan manusia, perangkat, benda, dengan perasaanmu sendiri.”
“Kamu akan terus terhubung dan terhubung, dan akan mudah bagimu untuk terputus dari Allah, karena kamu terlalu sibuk terhubung dengan segala sesuatu yang lain.”
Jadi dia menasihati putranya, “Ini bukan sesuatu yang otomatis.”
“Semakin kamu terhubung dengan hal-hal ini, semakin mudah kamu terputus dari Allah.”
“أقِمِ الصَّلَاةَ”
“Jagalah hubunganmu dengan Allah melalui salat.”
Pelihara hubungan itu, jaga hubungan itu. Mengapa ia berkata begitu pada putranya? Ia mengatakan itu karena ia tidak mengatakan, “Nak, biar kupelihara salatmu untukmu.”
“Kamu harus salat!”
Karena si ayah bisa saja menyuruh, “Salat!” Benar?
“Ayo cepat salat Maghrib!”
“Cepat…!”
0:21:11.55 – 0:22:04.15: Orang Tua Menyadari Sesuatu
Tidak… si ayah menyadari sesuatu. Putra kecilku, dia takkan kecil selamanya. Ia akan tumbuh menjadi pemuda. Saat putraku sudah jadi pemuda, putriku sudah jadi gadis. Pendapat saya takkan berpengaruh pada pilihan mereka, meski mereka bersikap seakan pendapatku penting.
Mereka akan menjadi dirinya sendiri. Mereka akan memiliki pikirannya sendiri. Mereka akan memiliki perasaannya sendiri. Mereka memiliki dunianya sendiri, yang hinggap di kepalanya.
Maka si ayah berkata, “Dengar Nak, aku takkan bisa memelihara salatmu untukmu.”
“Aku hanya bisa mengajarimu apa yang harus dilakukan, tapi jika kamu tidak menjaganya, memeliharanya.”
“Tidak seorang pun akan bisa menolongmu.”
“Sekarang, jika aku bisa memberimu itu, jika aku bisa membuatmu merasa kamu akan terhubung dengan Allah dalam salat, maka kamu akan punya ‘kekuatan super’ tertentu.”
“Kamu akan punya kemampuan yang tidak dimiliki orang lain.”
“Kamu akan punya bakat dan kekuatan yang tidak dimiliki orang lain.”
0:22:04.15 – 0:24:50.20: Satu-satunya yang Berpengaruh
Jadi pada khutbah berikutnya saya akan membahas kekuatan itu. Tapi saya akan memberi Anda satu bagian darinya. Satu bagian darinya. Saat kamu berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat, apakah kamu akan takut oleh apa pun yang lainnya? Tidak.
Satu-satunya yang kamu takuti hanyalah… Allah. Saat kamu berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat, apakah kamu akan berpikir tentang amalan orang lain? Orang lain, apa yang mereka pikirkan tentangmu? Atau apa yang tidak mereka pikirkan tentangmu? Apakah mereka menyukaimu? Atau tidak menyukaimu? Atau apakah kamu terkenal? Atau tidak terkenal? Atau apakah kamu dicintai? Atau apakah kamu dicintai atau dibenci?
Apakah ada satu di antaranya akan berpengaruh padamu di hari kiamat? Tidak. Semua itu akan hilang. Satu-satunya yang berpengaruh adalah… Apakah Allah rida? Apakah Allah tidak rida? Iya atau tidak? Itulah satu-satunya yang akan berpengaruh.
Bila kamu berdiri di hadapan Allah dengan sebenar-benarnya pada waktu Zuhur, Asar, Maghrib, Isya. Kamu akan hidup tanpa perlu mempedulikan apa yang dipikirkan atau diharapkan orang lain, kecuali apa? Kecuali apa yang dipikirkan dan diharapkan Allah.
Dan bila nanti kamu selesai salat, lalu temanmu mengharapkanmu begini. Budayamu mengharapkanmu begitu. Keluargamu mengharapkanmu begitu. Masyarakatmu mengharapkanmu begini. Perasaanmu terdalam mengharapkanmu begini.
Kamu akan belajar untuk menempatkan semua itu, dan berkata, “Tunggu, aku tahu kalian semua ingin dituruti.”
Dan bahkan tubuhmu punya tuntutan tertentu. Namun kamu akan bisa mengatakan, “Tidak bisa, aku harus memenuhi harapan Allah dulu.”
“Dan bila aku sudah memenuhi harapan Allah, kalaupun itu berarti akan mengecewakan sebagian kalian.”
“Buatku itu tidak ada masalah karena aku harus berdiri di hadapan Allah.”
“Dan aku bahkan tidak harus menunggu sampai hari kiamat untuk berdiri di hadapan Allah. Aku punya janji dengan Allah dua jam lagi saat Asar.”
“Aku harus kembali berdiri di hadapan-Nya.”
“Bagaimana mungkin aku bisa menghadap-Nya jika aku mendengar kalian dan bukan Allah?”
Anda lihat apa yang dihasilkan? Ia akan membuat Anda tidak lagi takut pada manusia. Anda tidak lagi mempertimbangkan siapa pun. Betul Anda boleh peduli pada orang lain, namun hanya sebatas mereka tidak melanggar keinginan Allah.
Ini akan membuat Anda semakin kuat. Seseorang akan benar-benar kuat jika berdiri di posisi yang benar. Dan Anda tidak akan berkata, “Duh, bagaimana menjawab pertanyaan Allah di hari kiamat?”
Tetapi mulai berpikir, “Bagaimana aku akan menjawab Allah saat Maghrib?”
“Bagaimana aku akan menjawab-Nya, padahal aku harus berdiri di hadapan-Nya, bukan?”
“Aku akan berdiri di hadapan-Nya dan aku akan menjanjikan-Nya sesuatu.”
“…إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ”
“Kami hanya menyembah Engkau.”
Benarkah? Mulut macam apa yang akan saya bawa ke hadapan Allah dan mengatakan itu, jika aku melakukan perbuatan tercela? Jika aku mengucapkan sesuatu yang tercela? Jika aku berlalu secara tercela?
Bila Anda benar-benar terhubung dengan Allah, maka itu akan menghubungkan segala hal, atau Anda akan segera melihat pengaruhnya terhadap segala hal yang terjadi di antara salat. Ia akan mempengaruhi perkataan Anda, perilaku Anda, prioritas Anda, apa yang Anda takutkan, apa yang Anda harapkan. Segala sesuatunya mulai berubah.
0:24:50.20 – 0:26:06.82: Ayah Memberi Nasihat yang Hebat
Jadi si ayah memberi putranya nasihat yang hebat, karena pada intinya si ayah memberi tahu putranya, “Kamu tidak perlu memenuhi harapan ayah, tapi tentunya kamu harus memenuhi harapan Allah.”
Seorang ayah, seorang putra, seorang putri, dan seorang ibu. Kita semua hanyalah manusia. Kita mungkin hidup hari ini. Kita mungkin mati esok hari. Kita mungkin hidup sejam ke depan. Kita mungkin mati jam berikutnya.
Jadi ayah yang dulu sering mengomelimu agar salat, sekarang sudah tidak ada lagi. Semoga Allah menjaga semua orang tua kita. Benar? Ibumu biasanya ada di situ, sekarang tidak lagi. Putra Anda dulu ada di situ, tetapi tidak lagi. Allah bisa mengambilnya. Hidup itu milik Allah. Dia bisa mengambil, memberi, dan mengambilnya kembali. Benar?
Tetapi tahukah Anda? Siapa pun yang datang dan pergi, Anda bisa berujar, “Sekarang tidak ada lagi yang menyuruhku berhenti begadang.”
“Tidak ada lagi yang membangunku saat subuh, aku bisa tidur dengan tenang.”
“Aku tidak lagi tinggal dengan ibuku.”
“Jadi tidak perlu khawatir lagi.”
Padahal si ayah ini menasihati putranya, “Ini bukan tentang aku, Nak.”
“Sama sekali bukan.”
“Di mana pun kamu berada…”
(QS. 2:115) فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ
“Ke mana pun kalian palingkan wajah kalian, di sana kalian akan menemukan Allah.”
Di sana kalian akan menemukan Allah. Ini tentang menghadap kepada Allah (عَزَّ وَجَلَّ). Itulah nasihat pertama yang si ayah berikan sebelum berbicara tentang apa yang akan putranya hadapi dalam hidup.
0:26:06.82 – 0:26:35.70: Penutup
Jadi itulah hal pertama yang ingin saya bahas. InsyaAllah kita akan membahas ayat ini beberapa minggu ke depan. QS. 31:17 (Luqman ayat 17)
Saran saya untuk Anda, bagi yang mengikuti seri ini untuk mendapatkan manfaat. Surat ini tidak panjang. Ini surah nomor 31, dan ini ayat nomor 12, sampai 19. Itu sebenarnya satu halaman dan tidak terlalu sulit menghafalnya. Akan bagus bagi Anda menghafal dan mengamalkannya, insyaAllah taala untuk Anda sendiri dan keluarga.
0:26:35.70 – 0:27:30.80: Doa Penutup
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي القُرْآنِ الحَكِيمِ
ونَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ
اَلْحَمْدُ لله وَكَفَى
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى
خُصُوصًا عَلَى أَفْضَلِهِمْ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ الْأَمِيْنِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
بَعْدَ أَنْ أَقُوْلَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
عِبَادَ الله، رَحِمَ كُمُ الله، اِتَّقُوا اللهَ
إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، واللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
أَقِمِ الصَلَاةَ إنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى المُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوقُوتًا
[…] المصدر: [Transkrip Indonesia] Integritas Kehidupan Seorang Muslim – Nouman Ali Khan – Nouman Ali Khan In… […]
LikeLike