Sharing Subuh Ramadan #26
Tanggal: 8 Mei 2021
Kontributor: Faiza
Notulis: Vivin Andriani

Surah al-Muzzammil termasuk surah makkiyah. Ada ulama yang menyatakan ayat-ayat pertama Makkiyah, sedang ayat terakhir Madaniyah. Beberapa berpendapat surah ini turun di awal-awal dakwah ketika mendapat banyak kecaman. Konteks surat ini adalah tentang kesabaran menghadapi kaum musyrikin, juga sebagai penguat ketika surat ini turun di awal Rasulullah menempuh dakwah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ ١
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad)
Al-Muzzammil berarti membungkus diri dengan selimut, ada pula yang menyampaikan selubung kenabian. Al-Muzzammil juga menunjukkan kelembutan Allah. Sebuah panggilan mesra yang digunakan untuk menggambarkan kedekatan dengan Allah. Merupakan kebiasaan orang-orang Arab yang ingin berlemah lembut kepada seseorang, maka mereka akan memanggil orang tersebut dengan kondisi yang ia alami. Suatu hari Rasulullah datang ke rumah Fatimah namun tidak ada Ali di rumah. Beliau bertanya, “Kemana putra pamanmu?” Fatimah menjawab, “Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga ia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumahku.” Maka Rasulullah berkata kepada seseorang,”Carilah, dimana dia”. Kemudian orang itu kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur”. Maka Rasulullah mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia terkena pasir. Maka Rasulullah membersihkannya seraya berkata,”Bangunlah wahai Abu Thurab.” Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib dengan kondisinya saat itu yang penuh pasir, beliau memanggilnya dengan sebutan Abu Thurab. (HR Bukhari no 441 dan Muslim no 2409).
Ketika Allah memanggil dengan menyebutkan sifat “Wahai orang-orang yang berselimut”, maka panggilan ini juga berlaku bagi muslim, tidak hanya Rasulullah, untuk bangun salat malam.
Al-Muddatsir pada surah ke-74 juga berarti berselimut. Bedanya, muddatsir berarti berselimut karena ketakutan, was-was, gelisah. Sedangkan muzzammil bermakna mengenakan selimut untuk mendapat kenyamanan dan kehangatan.
قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلٗا ٢ نِّصۡفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلًا ٣ أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا ٤
2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit
4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan
Qum – bangun dengan sungguh-sungguh
Perintah yang wajib bagi Rasulullah dalam surah ini adalah tentang qiyamullail. Allah memerintahkan Rasulullah untuk meninggalkan selimut yang menutupi dirinya di malam hari, lalu bangun untuk menunaikan ibadah dengan melakukan qiyamullail. Sebagaimana dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS As Sajdah 16)
Tartil – membaca perlahan dan dengan tadabbur.
Tartil secara linguistik digunakan untuk penyebutan untuk gigi yang rapi dan lurus sesuai jalurnya. Membaca al-Qur’an dengan tartil akan membantu untuk memahami dan merenungkan makna ayat yang dibaca. Rasulullah bahkan bisa salat selama tiga jam hanya menyelesaikan satu juz. Bahkan terkadang Rasulullah hanya membaca satu surah yang diulang-ulang hingga masuk ke relung hati. Al-Qur’an yang dibaca ketika salat malam akan membangun keteguhan jiwa. Konteks surat ini adalah sebagai bekal untuk Rasulullah karena Rasulullah akan menghadapi beban berat.
إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلٗا ثَقِيلًا ٥
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat
Para ahli tafsir sepakat yang dimaksud dengan قَوۡلٗا ثَقِيلًا adalah ayat-ayat Allah (al-Qur’an). Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwasanya dzahirnya al-Qur’an jika diturunkan sungguh sangat berat. Nabi bercucuran keringat seperti orang di fashdu padahal sedang musim dingin (HR Bukhari no 2). Fashdu = pengobatan semacam hijamah (bekam) hanya saja dengan melukai salah satu urat nadi sehingga mengeluarkan darah dengan deras. Al-Qur’an jika diturunkan pada gunung, gunung itupun tidak akan mampu. Ayat ini merupakan peringatan agar Nabi bersiap-siap dengan melakukan salat malam untuk meneguhkan. Beban berat itu akan menjadi ringan jika dikembalikan kepada Allah.
إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡٔٗا وَأَقۡوَمُ قِيلًا ٦
6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu´) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan
Bacaan al-Qur’an pada malam hari itu lebih mengena. Antara lisan dan hati cenderung cocok, sehingga orang lebih mudah memahami, berkontemplasi, dan berkonsentrasi ketika al-Qur’an dibaca pada malam hari, terutama ketika salat. Pada malam hari seseorang telah tenang dan terlepas dari kesibukan dunia. Sehingga di malam hari seusai istirahat dan ia salat, ia bisas berkonsentrasi pada Allah.
إِنَّ لَكَ فِي ٱلنَّهَارِ سَبۡحٗا طَوِيلٗا ٧
7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)
Sabh – berenang
Siang hari adalah waktu untuk beraktivitas tanpa putus seperti orang yang berenang, tentu tidak bisa berhenti bergerak. Aktivitas yang tiada putus dilakukan di siang hari untuk menyelesaikan hajat, sedang malam adalah waktu untuk Allah melalui qiyamullail.
وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا ٨
8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan
Tabattal – pemutus segala hubungan
Dengan segala aktivitas di siang hari yang tiada hentinya, Allah memerintahkan salat malam yang dengannya dapat memutus segala keterikatan dengan urusan di siang hari.
رَّبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱتَّخِذۡهُ وَكِيلٗا ٩ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرٗا جَمِيلٗا ١٠ وَذَرۡنِي وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِي ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا ١١ إِنَّ لَدَيۡنَآ أَنكَالٗا وَجَحِيمٗا ١٢ وَطَعَامٗا ذَا غُصَّةٖ وَعَذَابًا أَلِيمٗا ١٣ يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبٗا مَّهِيلًا ١٤ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡكُمۡ رَسُولٗا شَٰهِدًا عَلَيۡكُمۡ كَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ رَسُولٗا ١٥ فَعَصَىٰ فِرۡعَوۡنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذۡنَٰهُ أَخۡذٗا وَبِيلٗا ١٦ فَكَيۡفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرۡتُمۡ يَوۡمٗا يَجۡعَلُ ٱلۡوِلۡدَٰنَ شِيبًا ١٧ ٱلسَّمَآءُ مُنفَطِرُۢ بِهِۦۚ كَانَ وَعۡدُهُۥ مَفۡعُولًا ١٨ إِنَّ هَٰذِهِۦ تَذۡكِرَةٞۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ سَبِيلًا
20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Para ulama menyebutkan bahwa sejak turunnya ayat di awal surah Al-Muzzammil, sejak saat itu Rasulullah wajib melaksanakan salat malam. Adapun berapa lama salat malam itu diwajibkan, ada hadits yang menyebutkan berlangsung satu tahun, ada pula yang menyebut enam belas bulan. Bahkan ada yang menyebutkan hal itu diwajibkan selama Nabi di Makkah yaitu sekitar sepuluh tahun. Ayat terakhir surah al-Muzzammil ini memansukhkan hukum awal, sehingga yang sebelumnya wajib menjadi sunnah. Akan tetapi ada khilaf di kalangan ulama bahwa salat malam tetap wajib bagi Nabi dan menjadi sunnah bagi para umatnya.
Pada ayat ini Allah memaparkan kenapa Allah memansukhkan salat malam. Allah melihat bahwa ada orang-orang yang memiliki uzur seperti sakit, bersafar mencari nafkah, dan orang yang berjihad di jalan Allah. Allah menyebutkan kebaikan lain selain salat malam misalnya membaca Al-Qur’an, salat, zakat, dan sedekah.
Allah menutup firman-Nya untuk beristighfar. Karena bagaimanapun seseorang dalam mengerjakan perintah Allah, pasti ada kekurangan seperti ujub, niat yang salah, dan yang lainnya yang membuat kita harus beristighfar. Maka Allah memerintahkan kita untuk beristighfar untuk menutup kekurangan amal kita.
Referensi:
BTV/Concise Commentary/Al-Muzzammil
[…] المصدر: [SSR1442] QS. Al-Muzammil – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike