Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-459
Topik: Divine Speech
Kamis, 23 September 2021
Materi VoB Hari ke-459 Pagi | Ketika Allah Bersumpah
Oleh: Vivin Ardiani
#ThursdayDivineSpeechWeek66Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sumpah secara umum digunakan seseorang ketika ia marah. Misalnya, “Sumpah, kamu lebih baik diam!”
Yang kedua, ketika lawan bicara tidak percaya atau menganggap berbohong. Misalnya terlambat kerja tiga jam karena macet. “Sumpah, tadi saya telat karena macet!”
Kasus yang ketiga, sumpah digunakan di pengadilan. “Saya bersumpah demi Allah akan menyampaikan keterangan yang benar.”
Sedangkan old arabic, sumpah juga digunakan untuk ketiga kondisi di atas, dengan satu kondisi tambahan: untuk mendapat perhatian.
Kalau orang Inggris untuk mendapat perhatian dia berkata, “Hey, you!”
Orang Arab akan bersumpah atas sesuatu untuk mendapat perhatian seseorang.
Sumpah terdiri dari dua bagian:
1. Objek sebagai fakta/bukti dari subjek.
2. Subjek adalah inti pembicaraan.
Misalnya QS Al-‘Asr, 103:1-2
وَٱلْعَصْرِ
Demi masa,
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
Yang menjadi objek adalah masa, sedang subjeknya adalah manusia berada dalam kerugian.
Sesuatu/apa pun yang menjadi sumpah berperan sebagai objek. Kalimat berikutnya akan menjadi subjek dan inilah yang ingin dibicarakan. Objek bukanlah topik pembicaraan.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
🍂🍃🍂🍃🍂
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Divine Speech / 10. A Quranic Way of Thinking (00:00 – 05:58)
Materi VoB Hari ke-459 Siang | Keterkaitan Objek dan Subjek Sumpah
Oleh: Vivin Ardiani
#ThursdayDivineSpeechWeek66Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sumpah pasti terdiri dari dua bagian, objek dan subjek. Tidak bisa seseorang hanya berkata, “Demi Allah!” Lalu berhenti berbicara. Tentunya ada subjek, misalnya, “Demi Allah, aku seneng banget sama es krim!”
Ada perbedaan budaya terkait sumpah atas nama Allah. Di Arab dari dulu hingga sekarang, hal ini bukanlah suatu masalah besar karena hanya sebagai penguat kata. India, Pakistan, Bangladesh menyebutnya sebagai sesuatu yang sangat buruk dan menyuruh pelaku beristighfar. Syria, Jordania, Mesir justru sebaliknya, sering sekali mengucap Wallahi.
“Wallahi, hari ini panas. Wallahi I love football!”
Allah menjelaskan dalam QS Al-Baqarah, 2:225:
لَّا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغْوِ فِىٓ أَيْمَٰنِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.
Yang menjadi budaya dan bukan sengaja bersumpah seperti itu, tidak masalah. Yang bermasalah adalah, sumpah yang sungguh-sungguh ingin dilakukan.
Ustaz dengan candaannya menyebut contoh: ada orang-orang sedang berkumpul. Tiba-tiba ada yang tidak sengaja menyikut. Lalu si korban berkata, “Wallahi, stop! I will kill you, man!”
Esok harinya dia datang dengan membawa belati dan berkata, “Maaf kemarin aku sudah bersumpah demi Tuhan, maaf ya sekarang aku harus memenuhi sumpah itu.”
😵
“You don’t have to do that. Relax”, kata Ustaz. Audiens tertawa.
🍂
Objek dan subjek sumpah menjadi studi yang menarik. Objek sebagai jembatan atas subjek, menjadi penghubung dari apa yang ingin dibicarakan.
Misalnya pada surah Al-‘Ashr. Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Waktu yang terus berjalan menjadi bukti bahwa sungguh, manusia berada dalam kerugian.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
🍂🍃🍂🍃🍂
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Divine Speech / 10. A Quranic Way of Thinking (05.59– 09:21)
Materi VoB Hari ke-459 Sore | Badai Pasti Berlalu
Oleh: Vivin Ardiani
#ThursdayDivineSpeechWeek66Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ustaz memberikan contoh lain tentang keterkaitan objek dan subjek dalam QS Al-Insyiqaq, 84:16-19
فَلَآ أُقْسِمُ بِٱلشَّفَقِ
Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja,
وَٱلَّيْلِ وَمَا وَسَقَ
Demi malam dan apa yang diselubunginya,
وَٱلْقَمَرِ إِذَا ٱتَّسَقَ
Demi bulan apabila jadi purnama,
Allah menyebut tiga sumpah. 1) Cahaya merah senja yang membuka malam. 2) Malam yang semakin larut. 3) Bulan yang penuh cahayanya karena purnama. Lalu masuk ke subjek sumpah:
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ
Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).
Ketiga sumpah itu menggambarkan sebuah progres. Cahaya merah senja akan berganti malam. Warna jingga memudar menjadi gelap malam yang sempurna. Ketika langit sepenuhnya gelap, Allah menyebut rembulan yang bersinar di tengah malam. Rembulan pun ada fase-fasenya. Kadang ia sangat kecil, kecil, sabit, hingga akhirnya purnama.
Ketiga hal tersebut adalah penghubung ke subjek sumpah. Bahwa seperti itulah gambaran manusia menjalani satu fase ke fase berikutnya dalam kehidupan.
Mulai dari bayi, segala kebutuhan kita dipenuhi orang tua. Ia pun bertumbuh. Berjalan, makan, main sendiri. Dewasa, ia bertanggung jawab atas pilihan sendiri. Tibalah ajalnya. Semudah Allah mengeluarkan manusia dari perut ibu, semudah itu pula Ia akan membangkitkannya dari kubur. Semua itu adalah proses yang harus kita lalui. Tak ada pilihan lain yang bisa dipilih.
🍃
Sisi lain dari ayat ini adalah turunnya ayat ini di Makkah. Kala itu masih sedikit orang yang menerima Islam. Sementara perlakuan musuh Allah semakin memburuk. Seakan tak ada progres sama sekali yang tampak bagi Rasulullah ﷺ. Ayat ini menjadi pengingat sekaligus hiburan Rasulullahﷺ. Bahwa masa sulitnya pun akan berlalu. Akan ada masanya rembulan itu purnama. Akan ada masanya kemenangan itu nyata.
Menjadi hiburan pula bagi umatnya atas segala kesulitan yang dihadapi. Pandemi, ekonomi, korupsi, kejahatan yang semakin menjadi. Kesemuanya adalah suatu fase kehidupan yang harus dilalui. Berat, tapi this too shall pass. Ada masa yang akan datang silih berganti.
Dan rembulan, tak selamanya purnama. Ada kalanya ia hanya remang-remang memantulkan cahaya. We are not always on the top of victory. Tapi kita memiliki Allah yang tak pernah menuntut kesempurnaan. Allah hanya ingin melihat kita berusaha untuk lebih baik pada setiap fase kehidupan.
That’s life, naik dan turunnya.
Kalau lupa, coba pandang bergantinya hari melalui senja. Tataplah selengkung bulan sabit tipis hampir memudar, suatu hari nanti, ia akan menjadi purnama.
Insyaa Allaah kita lanjutkan pekan depan
🍂🍃🍂🍃🍂
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Divine Speech / 10. A Quranic Way of Thinking (09:21 – 15:06)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2021] Ketika Allah Bersumpah – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike