[VoB2021] Arti Kata ‘Alaq


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-454

Topik: Historical Order

Sabtu, 18 September 2021

Materi VoB Hari ke-454 Pagi | Arti Kata ‘Alaq

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayHistoricalOrderWeek65Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

📖📖📖

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.(QS Al-‘Alaq, 96: 1)

خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ

Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu yang menempel atau bergantung kepada yang lain. (QS Al-‘Alaq, 96: 2)

Pada ayat pertama surat Al-‘Alaq, Allah berkata, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.”

Allah tidak mengatakan secara spesifik apa yang Dia ciptakan dan itu meninggalkan sebuah pernyataan terbuka tentang apa yang diciptakan oleh-Nya. Seperti meninggalkan sebuah misteri.

Tentu saja kita tahu yang Allah ciptakan itu meliputi segala hal. Langit, bumi, manusia, malaikat, surga, neraka, dan lain sebagainya yang kita sudah tahu. 

Lalu, di ayat kedua, Allah memberikan jawaban dari pernyataan misteri itu. Allah menciptakan manusia.

Jadi, di ayat pertama Allah buka selebar-lebarnya kemungkinan jawaban tentang apa yang Dia ciptakan, seperti ingin membuat kita sebagai pembaca memiliki imajinasi yang beraneka ragam. Kemudian, di ayat kedua, Allah berikan pernyataan tertutup.

Dari sekian banyak yang Allah ciptakan, Allah ingin pembaca kitab-Nya (manusia, pen) mengetahui bahwa yang paling pertama dan utama untuk dipikirkan adalah bagaimana Dia menciptakan kita.  

Di ayat kedua, Allah sampaikan bahwa manusia diciptakan oleh-Nya dari ‘alaq.

‘Alaq di dalam bahasa Arab memiliki penjelasan yang panjang, tapi secara singkatnya, ia memiki arti “untuk berpegang pada sesuatu” (to hang on to something).

Ta ‘allaq, terjebak pada sesuatu (to stuck in to something), baik terjebak antara satu dengan yang lain atau saling berhubungan.

Kata ‘alaq juga digunakan dalam kehamilan. Ketika bayi bergantung pada dinding rahim ibu selama di kandungan, itu disebut ‘alaqa yang artinya, secara harfiah, seperti seekor lintah yang menempel dan tidak mau pergi atau terlepas.

Bayi yang menempel di dalam rahim, seiring berjalannya waktu, akan bertumbuh. Pertumbuhannya disebabkan karena ia mengisap (mengambil) nutrisi dari ibunya. Sama seperti seekor lintah yang menempel dan mengisap darah dari manusia, tubuhnya pun akan bertambah besar.

Buat kita, apapun yang bergantung, menempel, mengisap, dan mengambil sesuatu dari tempat lain adalah hal yang menjijikan, menyedihkan, tidak memiliki harapan, dan membutuhkan bantuan yang lain untuk bisa hidup. Dan, Allah gunakan kata itu, untuk memberikan rujukan dan gambaran asal muasal manusia. 

InsyaAllah bersambung.

📖📖📖

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Concise Commentary / 96. Al-‘Alaq / 02. Al-‘Alaq (Ayah 1-19) – A Concise Commentary (16:12-18:15)


Materi VoB Hari ke-454 Siang | Al-Qur’an Adalah Percakapan Ilahi

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayHistoricalOrderWeek65Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Pada tempat yang lain di dalam Al-Qur’an, Allah mengatakan bahwa penciptaan manusia adalah dari nutfah yaitu air mani. 

Akan tetapi, makna harfiah yang berkesinambungan dari surat sebelumnya lebih menekankan fakta bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan.

Dari kelanjutan tersebut, sekarang Allah benar-benar menyebutkan proses evolusi biologi dari kehamilan. 

📖📖📖

ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. (QS Al-Alaq, 96:3)

“Bacalah” di ayat ini merupakan perintah kedua dari surat Al-‘Alaq. 

Pengulangan perintah “Bacalah!” ini memunculkan banyak pendapat di kalangan ahli tafsir.

Sebagian berpendapat bahwa perintah “Bacalah” yang pertama di awal surat merujuk pada sebuah perintah membaca untuk keuntungan diri sendiri, sedangkan perintah kedua di ayat tiga menunjukkan perintah membaca untuk orang lain atau mengajarkan orang lain.

Sebagian lagi mengatakan bahwa perintah “Bacalah” pertama berarti membaca untuk belajar, sedangkan perintah kedua membaca untuk mengajar.

Ada juga yang berpendapat bahwa ayat pertama berarti membaca di dalam shalat, sedangkan ayat kedua membaca di luar shalat.

Dari sekian banyak pendapat para ahli tafsir, tidak ada pendapat yang benar-benar eksplisit. Semua pendapat tersebut adalah hasil kontemplasi orang-orang di masa lalu tentang kemungkinan arti dari dua perintah yang sama di surat Al-‘Alaq ini.

📖📖📖

Secara pribadi, ustaz berpendapat bahwa beliau menyukai tafsir dari Bintusy Syathi tentang perintah ini.

Ketika kita berbicara secara natural, kemudian kita memberikan sebuah perintah di dalam pembicaraan tersebut, lalu kita mengulang perintah itu sebanyak dua kali, maka pengulangan itu bertujuan untuk memperkuat sebuah ide yang ingin disampaikan atau bisa juga untuk memberikan keberanian kepada seseorang atau mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu karena mereka enggan untuk melakukannya.

Dan itulah keadaan yang sebenarnya terjadi di masa lalu, Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam enggan untuk membaca apa yang diperintahkan Allah karena ia shalallaahu ‘alayhi wa salam tidak tahu apa yang harus dilakukan pada situasi aneh dan baru pertama kali ia rasakan. Kemudian, Allah sampaikan perintah lagi supaya sang Rasul mau membacanya.

Jadi, perintah membaca berulang-ulang, “Bacalah!” “Bacalah!”, merupakan sebuah hal yang alami dan natural.

Al-Qur’an bukan sekadar sebuah teks-teks-percakapan dan menjadi buku semata, Al-Qur’an berisi percakapan Ilahi yang telah direkam. 

Itulah bagaimana seharusnya kita terkadang berpikir tentang Al-Qur’an.

InsyaAllah bersambung.

📖📖📖

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Concise Commentary / 96. Al-‘Alaq / 02. Al-‘Alaq (Ayah 1-19) – A Concise Commentary (18:15-19:55)


Materi VoB Hari ke-454 Sore | Apresiasi Al-Qur’an sebagai Kitab dan Percakapan Ilahi

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayHistoricalOrderWeek65Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Al-Qur’an memegang kedua peran dalam metode penyampaiannya.

Urutan, struktur, dan organisasi di dalam Al-Qur’an mirip seperti buku, tapi gaya bahasa dan narasinya lebih kepada percakapan. Kedua peran ini sama-sama perlu kita ketahui dan apresiasi.

Kita harus ingat bahwa Al-Qur’an pertama kali diturunkan, paling utama, adalah sebagai sebuah percakapan.

Hal ini berbeda dengan wahyu-wahyu sebelumnya. Taurat dan Injil merupakan kitab yang lebih ke arah tulisan atau buku. Bahkan Nabi Musa ‘alayhis salam diberikan Taurat oleh Allah dalam format aslinya sebagai satu buku.

Adapun wahyu terakhir yang diberikan lewat Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam, diawali dari bentuk lisan terlebih dahulu, baru kemudian dalam bentuk tulisan.

Kenapa lisan dahulu?

Karena lisan memengaruhi hati. Lisan dapat menyentuh dari satu hati ke hati yang lain. Ketika kita mendengar ucapan seseorang, itu akan memengaruhi hati sekaligus pikiran kita, sedangkan buku terkadang hanya dapat memengaruhi pikiran, tetapi belum tentu hati.

Ucapan memiliki efek yang berbeda-beda pada setiap orang yang mendengarnya.

Sebagai contoh, Ustaz bisa saja memberikan transkrip kajiannya kepada para jemaah dan menyuruh mereka membacanya di rumah, tetapi pengalaman membaca transkrip akan sangat berbeda dengan mendengarkan kajian secara langsung. Pengalaman lisan dan tulisan adalah dua hal yang berbeda.

InsyaAllah bersambung.

📖📖📖

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Concise Commentary / 96. Al-‘Alaq / 02. Al-‘Alaq (Ayah 1-19) – A Concise Commentary (19:55-21:20)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2021] Arti Kata ‘Alaq

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s