[VoB2021] Sesuatu yang Bengkok


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-446

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Jum’at, 10 September 2021

Materi VoB Hari ke-446 Pagi | Sesuatu yang Bengkok

Oleh: Muchamad Musyafa

#FridayAlKahfiWeek64Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَا  

Di ayat ini, Allah ﷻ berkata bahwa kitabullah itu tidak ada kebengkokan di dalamnya. Tidak ada keraguan di dalam kitabullah. Tidak ada deviasi. Ia berlaku sepanjang zaman.

Ketauhidan yang diajarkan beberapa ribu tahun lalu, masih berlaku di zaman sekarang. Seluruh masyarakat muslim yang berpegang dengan Al-Qur’an pasti akan memiliki standar yang sama pada apa yang baik dan apa yang buruk.

قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ 

Qayyiman, kata yang muncul setelahnya ini menggambarkan bagaimana kitabullah berfungsi untuk meluruskan manusia.

Jadi kitabullah sendiri tidak bengkok, dari situ ia berfungsi meluruskan umat manusia.

Jika sebuah penggaris bengkok, maka ia tidak akan bisa digunakan untuk membuat garis lurus, bukan?

Jika alat ukurnya bermasalah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan hasil pengukuran yang bagus.

Jika buku aturannya sendiri bermasalah, bagaimana bisa buku itu digunakan untuk menyelesaikan masalah orang lain?

Kembali kepada kata ‘iwajan Kata al-‘awaj memiliki arti membelok, kelengkungan, simpati. 

Dikatakan juga simpati, karena ketika kita bersimpati pada seseorang, maka kita memiliki kecenderungan perasaan pada orang tersebut. Ada bias yang terjadi pada perasaan kita.

Kelengkungan yang ada itu berasal dari sesuatu yang awalnya lurus. Apa yang awalnya lurus itu lambat lain bengkok seiring waktu.

Seperti sebuah pohon yang awalnya tumbuh tegak lalu ketika tua batangnya menjadi bengkok. Atau seperti batang besi yang awalnya dibuat lurus, lalu karena terpapar panas dan dingin berkali-kali, maka menjadi bengkok. Atau juga seperti tombak lama yang bengkok.

Tanah yang ‘awaj adalah tanah yang bergelombang. Jalan yang awaj adalah jalan yang awalnya lurus di beberapa kilometer, lalu di suatu tempat berubah menjadi jalanan berkelok-kelok.

Dalam bahasa Arab, seorang wanita dipanggil ‘awja. Karena seorang wanita ketika menjadi ibu, ia akan mencondongkan tubuhnya ketika menyusui anaknya. Seorang ibu juga memiliki perasaan sayang yang condong pada anaknya.

Semua hal yang terdeviasi dari kondisi awalnya, maka ia bisa disebut ‘awaj. Apapun yang awalnya lurus, tetapi menjadi berbelok seiring waktu, maka ia disebut dengan ‘awaj.

Kata ‘awaj juga bisa digunakan untuk sebagai makna kiasan. Misalnya bagaimana seorang politisi yang biasanya mengubah pendapatnya, mengubah keputusannya untuk mengamankan posisinya.  Itu juga bisa disebut sebagai ‘awaj dalam ucapannya.

Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Surah/ Deeper Look/ 13. Al-Kahf  (Ayah 1d)  (22.35-28.00)


Materi VoB Hari ke-446 Siang | Sifat Rasulullah

Oleh: Muchamad Musyafa

#FridayAlKahfiWeek64Part2

Part 2

Ada sebuah Hadits Bukhari yang bisa kita pelajari kali ini.

Dari ‘Atho’ bin Yasar berkata; Aku bertemu dengan ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radliallahu ‘anhuma lalu aku katakan:

“Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam kitab At-Taurah?”

Dia berkata: “Baik. Demi Allah, sungguh Beliau telah disebutkan dalam kitab At-Taurah sebagian dari sifat-sifat Beliau seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Dari sini, disebutkan bahwa sifat seorang nabi Muhammad ﷺ disebutkan dengan kualitas yang sama antara Taurat dan Al-Qur’an.

(Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan),

Ini adalah tugas seorang nabi pada umumnya.

menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak baca tulis).

Pada bagian ini sudah masuk kepada definisi di Taurat.

Engkau adalah hambaKu dan RasulKu,

Maksudnya adalah nabi Muhammad ﷺ.

Aku memberimu nama Al-Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi memaafkan dan mengampuni,

Jadi seorang nabi tidak akan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia akan membalasnya dengan kebaikan atau memaafkannya.

dan Allah tidak akan mematikannya hingga Beliau meluruskan agama-agama yang bengkok

Ini adalah bagian yang penting, karena ada kaitannya dengan pembahasan kita sebelumnya.  Allah ﷻ tidak mengambil nabi Muhammad ﷺ dari kaumnya, sampai beliau benar-benar telah meluruskan millah yang ‘awja, agama-agama yang bengkok. Tugas seorang nabi Muhammad ﷺ adalah meluruskannya.

Jika kita ingat lagi, bahwa awaj itu asalnya lurus, tetapi di kemudian hari ia menjadi bengkok.

agar hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah

Asalnya mereka tahu dan paham apa itu Tauhid. Tapi saat nabi Muhammad datang, mereka sudah dalam kondisi yang menyimpang.

yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup”.

Dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, maka Allah ﷻ berharap mata, telinga dan hati mereka terbuka.

Pada penjelasan lain dari hadis ini, disebutkan bahwa kata “agama yang awja” ini merujuk ajaran nabi Ibrahim yang awalnya lurus. Akan tetapi sepeninggalan nabi Ibrahim dan anak-anaknya, ajaran itu menjadi bengkok/menyimpang. 

Jadi berdasarkan Taurat, tujuan nabi Muhammad ﷺ adalah untuk meluruskan kembali apa yang dulu telah diwariskan oleh nabi Ibrahim.

Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Surah/ Deeper Look/ 13. Al-Kahf  (Ayah 1d)  (28.00-32.00)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s