[VoB2021] Muftarayaatin


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-443

Topik: Pearls from Al Baqarah

Selasa, 7 September 2021

Materi VoB Hari ke-443 Pagi | Muftarayaatin

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek64Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

The way in which the Qur’an speaks was unprecedented. Cara Al-Qur’an berbicara belum pernah terjadi sebelumnya. Rasulullah tidak pernah berbicara seperti cara Al-Qur’an berbicara.

Perbendaharaan kata (vocabulary) yang biasa digunakan Rasulullah pun berbeda dengan vocab yang digunakan di Al-Qur’an.

Jika semua manusia, jika semua jin bahkan, disatukan dalam sebuah proyek. Yakni proyek untuk menghasilkan sesuatu seperti Al-Qur’an.

Laa ya’tuuna bimitslihi (لا يأتون بمثله). Mereka tidak akan mampu menghasilkan sesuatu seperti Al-Qur’an.

Bahkan meskipun mereka call a friend, mereka memanggil para jin yang memiliki akses ke langit.

أَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ١٣

Bahkan, apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS Hud, 11:13)

Mereka telah mengatakan law syi’na laqulnaa mitsla hadzaa. Jika mereka mau, mereka bisa membuat yang serupa Al-Qur’an. Itu kata mereka.

Mirip orang yang suka meremehkan sesuatu dan bilang, “Kalau cuma main kayak Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, lalu dapat medali emas olimpiade, kalau aku mau, mudah saja sebenarnya …”

Kalau yang ikut olimpiade adalah anak-anak TK atau anak playgroup, mungkin mereka bisa mendapatkan medali emas … tapi kalau yang ikut adalah atlit-atlit pelatnas unggulan dari berbagai negara …

Mereka yang ingkar dan sok pintar itu juga seperti itu. “Aku tahulah Al-Qur’an itu seperti apa. Membuat yang seperti Al-Qur’an … aku ga mau aja … tapi kalau aku mau …”

Surah Hud ayat 13 adalah respons atas sikap mereka itu. “Kalau menurutmu mudah, buatlah 10 surat saja, ga usah banyak-banyak …”

Muftarayaatin. Something fabricated. Sesuatu yang dibuat-buat. Rekaan. Karangan. 

Ternyata “tantangan 10 surah” ini gagal mereka penuhi. Lalu di surah Yunus, Allah memberikan tantangan yang lebih mudah.

Tantangan apakah itu?

Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 09. Al-Baqarah (Ayah 23-25) – A Deeper Look (16:37 – 19:00)


Materi VoB Hari ke-443 Siang | Tantangan Satu Surah

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek64Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Tantangannya kali ini lebih mudah. Bukan “tantangan 10 surah”. Allah beri diskon sepuluh persen, menjadi “tantangan 1 surah”.

أَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗ قُلْ فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّثْلِهٖ وَادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣٨

Bahkan, apakah (pantas) mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat (Al-Qur’an) itu”? Katakanlah (Nabi Muhammad), “(Kalau demikian,) buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah siapa yang dapat kamu (ajak) selain Allah (untuk menolongmu), jika kamu orang-orang yang benar.” (QS Yunus, 10:38)

Saat surah Yunus ini turun, sebelumnya sudah turun surah yang paling pendek dari Al-Qur’an: surah Al-Kautsar. “Tantangan 1 surah” ini tidak dibatasi panjang atau pendeknya.

Surah Al-Kautsar itu tidak ada sepertiga halaman. Bahkan seperempat halaman pun tidak. Tapi mereka tidak punya ilmu untuk membuat yang serupa itu. Meski sesedikit itu.

Mereka tidak mungkin bisa menjawab tantangan itu. Mengapa?

Salah satu alasannya adalah ilmu linguistik tingkat tinggi dari Al-Qur’an yang tak tertandingi.

Belum lagi ilmu kesejarahan. Al-Qur’an bicara tentang sejarah yang orang-orang Arab belum pernah mendengarnya sama sekali sebelumnya.

Para akademisi dari Barat mencoba untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an itu adalah karangan manusia, beberapa bagiannya diambil dari Alkitab, beberapa bagiannya diambil dari sejarah Yunani, beberapa bagiannya diambil dari Romawi, comot sana comot sini …

Tidakkah mereka berpikir, kalau begitu kenyataannya, seberapa sering Rasulullah traveling keliling dunia?

Kalau pun yang mereka pikirkan itu benar, tidakkah mereka justru mengakui kehebatan seorang “manusia dari padang pasir” yang punya akses ke begitu banyak literatur hebat dari berbagai belahan dunia?

Ada sebuah contoh sederhana, saat turunnya surah Yusuf. Saat itu Rasulullah ada di Makkah. Rasulullah tidak punya kontak dengan komunitas Yahudi sama sekali. Komunitas Yahudi adanya di Madinah.

Tapi Rasulullah bisa menyampaikan kisah yang cukup detail tentang Nabi Yusuf yang merupakah figur penting dalam tradisi komunitas Yahudi.

Melalui lisan Rasulullah, Qur’an justru hadir mengoreksi berbagai kesalahan dan kontradiksi yang ada di naskah alkitabiah.

Subhaanallaah

Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 09. Al-Baqarah (Ayah 23-25) – A Deeper Look (19:00 – 21:21)


Materi VoB Hari ke-443 Sore | Faqaala Li-ahlihi Imkutsuu

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek64Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Orang-orang Arab yang mendengar kisah Nabi Yusuf pun bertanya-tanya. “Yusuf itu siapa? Kami belum pernah mendengar tentang dia.”

Lalu, begitu banyak Al-Qur’an bicara tentang Nabi Musa ‘alayhis salaam. Dan lagi-lagi, Rasulullah tidak ada kontak dengan orang-orang Yahudi untuk bicara tentang Nabi Musa.

Surah Thaha adalah makki. Surah Al-Qashash juga makki. Keduanya turun di Makkah. Keduanya bicara tentang Nabi Musa.

Seluruh ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan tradisi Yahudi seharusnya turun saat Rasulullah sudah hijrah ke Madinah. Tapi ternyata tidak demikian. Ayat-ayat itu ternyata sudah turun saat Rasulullah masih di Makkah.

Subhaanallaah.

Ustaz Nouman pernah duduk bersama seorang rabi. Kepada pendeta Yahudi itu, Ustaz bertanya tentang Moses. Tentang Nabi Musa, versi mereka. Karena sekitar 80 persen dari kitab mereka adalah tentang Nabi Musa.

“Dia sedang bepergian saat itu. Sedang traveling. Lalu Dia melihat api,” kata pendeta Yahudi itu.

“Apakah Beliau sendirian saat itu?” Ustaz bertanya.

“Dia bersama domba,” jawab sang Rabi.

Beda sekali dengan apa yang kita pelajari dari Al-Qur’an.

إِذْ رَءَا نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوْٓا إِنِّيْٓ ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ ءَاتِيْكُمْ مِّنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى ١٠

(Ingatlah) ketika dia (Musa) melihat api, lalu berkata kepada keluarganya, “Tinggallah (di sini)! Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau mendapat petunjuk di tempat api itu.” (QS Thaha, 20:10)

Musa sedang bersama keluarganya saat itu. Al-Qur’an menegaskan itu. Sementara yang dikatakan sang Rabi, beda versi.

Faqaala li-ahlihi imkutsuu. Maka dia (Musa) berkata kepada keluarganya, “Tetaplah kalian di sini.”

Mengapa mereka tidak menyebutkan keluarganya? Karena Nabi Musa menikah di Madyan. Dan Madyan adalah Arab. Sehingga keluarganya adalah orang Arab. 

Apa konsekuensinya?

Anak-anak Nabi Musa adalah orang Arab. Karena menurut tradisi Yahudi, ethnicity comes from the mother. Garis keturunan itu berasal dari jalur ibu.

Jika mereka menerima kenyataan itu, maka anak-anak Nabi Musa adalah orang Arab dan hal ini menjadi masalah buat mereka.

Jadi mereka memilih untuk bercerita bahwa saat itu Nabi Musa sedang bersama domba, saat melihat api itu. 

Subhaanallaah.

Qur’an datang untuk mengungkapkan itu semua. Qur’an datang untuk meluruskan apa-apa yang mereka usahakan untuk dibengkokkan.

Bahkan ada satu lagi fakta di Qur’an yang menarik. Yakni di bagian cerita tentang “calon mertua” Nabi Musa.

قَالَ إِ نِّيْٓ أُرِيْدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى أَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ أُرِيْدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ إِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ٢٧

Dia (ayah kedua perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu adalah (suatu kebaikan) darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” (QS Al-Qashash, 28:27)

Kata-kata apa yang digunakan oleh Al-Qur’an untuk menyatakan “delapan tahun”? Tsamaaniya hijaj (ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ). Bukan tsamaaniya sanawaat (ثماني سنوات).

Dari mana asal kata hijaj? Dari kata bahasa Arab: hajj. Delapan tahun. Delapan musim haji.

Bahkan ayat ini membuat referensi ke Ka’bah saat bicara tentang Nabi Musa ‘alayhis salaam.

Subhaanallaah.

Insyaa Allaah kita lanjutkan pekan depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 09. Al-Baqarah (Ayah 23-25) – A Deeper Look (21:21 – 23:43)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s