[SSR1442H] Q.S Al-Kaafirun


Sharing Shubuh Ramadhan #19

Tanggal 1 Mei 2021

Kontributor : Heru Wibowo

Notulen : Alp Arslan

Asal mula munculnya surat Al-Kafirun karena usaha kaum Quraisy untuk mengejek, mencemooh, mengolok-olok, mengucapkan kata kasar kepada Rasulullah SAW, ada pula usaha untuk menyakiti Rasulullah SAW secara fisik. Dan semua usaha itu gagal dilancarkan untuk menghadang dakwah dan kalimat Tauhid tumbuh subur di tanah Mekkah. Makanya kaum Quraisy mencari cara dengan menggunakan cara yang halus untuk menghadang dakwah Rasulullah SAW sebagaimana dilukiskan dalam QS qalam ayat 9, wadduu law- tudhinu fayud-hinuun, mereka bernegosiasi dengan nabi Muhammad SAW dengan cara akan menyembah apa yang nabi Muhammad SAW sembah, tapi mereka juga meminta agar Nabi Muhammad SAW menyembah tuhan mereka. Dari sini kita bisa melihat bahwa mereka tidak berniat untuk melakukan ibadah karena Allah SWT namun untuk menunjukkan bahwa mereka seolah-olah mengikuti cara ibadah rasulullah. Padahal aslinya mereka berniat untuk menumbangkan dakwah rasulullah melalui pendekatan yang lebih halus/lembut. Mereka membujuk rasulullah dengan cara yang halus, ibarat mereka mengatakan ‘apapun yang bagus dari agama kamu, kami akan mengambilnya. Apapun yang bagus dari agama kami kamu juga boleh mengambilnya, kita sama-sama dapat kebaikan, kita sama sama untung’. Dibalik negosiasi yang sama sama menguntungkan terdapat usaha tersembunyi dari kaum kafir quraisy untuk mencegah dakwah rasulullah SAW. Lalu jibril datang bersama surat Al-kafirun sebagai respon atas mereka yang berharap bisa bernegosiasi, Rasulullah SAW pun membaca keseluruhan surah al-kafirun sebanyak enam ayat termasuk satu ayat yang diulang 2 kali.

Saat ini ketika orang berkunjung ke ka’bah maka kita bisa mengetahui dan memastikan bahwa mereka adalah orang islam, namun ketika zaman jahiliyah, kita tidak bisa memastikan seperti itu, karena di ka’bah terdapat berhala berhala yang menjadi sesembahan orang orang kafir Quraisy. Ketika itu Rasulullah SAW Sholat menghadap ka’bah, orang orang kafir pun sholat menghadap ka’bah, lalu jika seperti itu apakah berarti agamanya sama? Tidak, tentu agamanya BERBEDA, karena tatacaranya berbeda, agamanya berbeda, yang disembah juga berbeda, Hal ini dijelaskan dalam surat Al-kafirun ayat 2 dan Ayat 3. Dalam ayat tersebut dengan tegas menjelaskan bahwa beda cara penyembahannya dan beda juga yang disembah.

Ada kaitan yang unik antara surat al-kafirun (109) dengan surat- surat sebelumnya yaitu, yaitu surat al-kautsar (108) dan juga surat al-ma’un (107). Ketiga surat tersebut terdapat ayat yang sama sama membahas tentang sholat, dalam surat Al-ma’un membahas tentang sholat yang dilaksanakan dengan tujuan riya’, pamer, popularitas, pencitraan atau tujuan Sholatnya bukan untuk Allah SWT, dalam surat al-kautsar sholat nya dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yang mana berarti sholat tersebut dilakukan untuk Allah SWT, nah dalam al-kafirun ayat 2 dan ayat 3, menjelaskan dengan tegas siapa yang sholat menyembah Allah dan siapa yang sholat tidak menyembah Allah SWT. Implementasi dari kaitan 3 surat diatas bisa saja terjadi di zaman sekarang, beribadah di tempat yang sama namun yang disembah berbeda, karena beribadah dengan tujuan yang berbeda.

Kata Ayyuhal Kaafiruun tidak ditemukan di bagian lain di Al-qur’an. Hanya ditemukan dan mengarah ke satu ayat yaitu dalam surat Al-Kafirun. Panggilan lain nabi untuk kaumnya yang terdapat dalam al-quran adalah yaa qawmi atau yaa ayyuhannaas, Maknanya adalah kata-kata tersebut merupakan penanda kebencian yang memuncak. Ekspresi tersebut merupakan cara yang sangat kuat untuk menyatakan bahwa ‘aku tidak peduli dengan kamu dan kamu sudah tidak perlu peduli lagi dengan aku’, semakin dikuatkan lagi dengan statement akhir ayat dalam surat al-kafiruun, lakum diinukum waliya diin. Benar benar menunjukkan bahwa akhir, karena tidak ada ceritanya lagi aku menyembah Tuhanmu dan kamu menyembah Tuhanku.

Percakapan Rasulullah SAW dengan kafir Quraisy, membuat ustadz Nouman Ali khan teringat percakapannya dengan seseorang tentang Buddihsm. Perlukah seorang muslim belajar dari orang budha? Orang budha itu terlihat super khusyu’ dan bisa duduk berjam-jam lamanya dengan penuh konsentrasi, sednagkan kita umat muslim jika sholat, masih di fatihah sudah mikir ntar mau makan apa, susah buat khusyu’, sepertinya kita perlu belajar dari orang budha, belajat tentang cara konsentrasi, belajar tentang cara menciptakan suasana damai dalam diri, Sepertinya begitu. Dan respons dari ustad nouman ‘ya pantas lah kalau orang budha tidak diganggu setan, karena apa yang mereka lakukan, berbeda dengan orang yang ingin mendekat ke Allah ingin mngejar khusyu’ jadi wajar kalau godaanya bukan main’

Dalam surat al-kafirun sebenarnya siapa yang dihadapi Rasulullah SAW? Mereka adalah orang yang paling dihormati, mereka adalah jendral-jendral nya kaum kafir Quraisy, mereka menyebut diri mereka jawara soal keimanan, mereka orang-orang yang merasa dirinya pemenang dalam agama mereka, maka ketika mereka dipanggil tentang kafirun, mereka merasa direndahkan, mereka merasa diserang, seakan-akan mereka sama sekali tidak memiliki keimanan, kata kafirun bagi mereka, seperti silet yang menyayat nyayat harga diri mereka.

Yang penting untuk kita pahami bahwa dalam surat Al-kafirun rasulullah SAW tidak sedang berbicara dengan semua orang NON MUSLIM, tidak setiap NON MUSLIM adalah AL-KAFIRUUN. Kenapa bisa seperti itu? Apa Perbedaanya? Menurut tafsir Al-qurtubi, fungsi alif lam pada surat al-kafirun adalah untuk specific grup of disbelievers bukan All disbelievers. Jadi orang orang kafir yang dihadapi oleh rasulullah ini bukan orang kafir diluar ini, jadi bukan semua orang kafir. Oleh karena itu kita tidak boleh menyebut non muslim yang hidup bersama dengan kita saat ini sebagai Kafir, karena kita tidak mengetahui akhir hidup mereka seperti apa. Jadi Al-kafirun itu bermakna mati dalam keadaan kafir, lalu mengapa orang Quraisy yang saat itu disebut dengan kafir? Bukankah mereka juga masih hidup? Iya mereka memang masih hidup, tapi yang menyuruh Rasulullah SAW untuk mengatakan mereka kafir adalah Allah, Dzat yang maha tahu, mereka akan mati sebagai orang kafir, mereka itu kafir permanen, kafir abadi, tidak akan menyembah Allah SWT, makanya istilah AL-KAFIRUN tidak bisa digunakan sebagai label untuk semua orang, apalagi di zaman sekarang yang kita tidak tahu akhir kehidupannya. Karena non muslim saat ini berpotensi untuk berhijrah dan menjadi seorang muslim. Yang boleh memberi label AL-KAFIRUN hanya ALLAH, hanya ALLAH yang memiliki hak preogratif untuk mengatakan seseorang itu KAFIR.

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=SF891-Lsrs8

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s