[VoB2021] Tiga Dimensi Wallaahu Bashiirun Bil ‘Ibaad


[VoB2021] Tiga Dimensi Wallaahu Bashiirun Bil ‘Ibaad

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-416

Topik: Pearls from Ali Imran

Rabu, 11 Agustusi 2021

Materi VoB Hari ke-416 Pagi | Tiga Dimensi Wallaahu Bashiirun Bil ‘Ibaad

Oleh: Heru Wibowo

#WednesdayAliImranWeek60Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Kalau mau mengkritik seseorang, berhati-hatilah. Pikirkan efektivitasnya. Periksa lagi, dengan baik-baik, niat kita.

Apakah, dengan mengkritik itu, kita ingin memuaskan harga diri kita? Atau karena kita begitu sayang sama orang itu, dan benar-benar ingin dia berubah menjadi manusia yang lebih baik?

Niat kita yang sesungguhnya, akan sangat memengaruhi cara kita mengkritik seseorang.

Dan ketika kita memang harus melakukannya, maka kritiklah perilakunya, dan dengan akhlak terbaik yang bisa kita usahakan.

Ustaz mencontohkan, saat kita mengkritik, kita bisa menggunakan kata “saya”, “kami”, atau “kita”. 

“Saya cenderung akan melakukannya seperti ini.”

“Kami di sini cenderung akan melakukannya seperti ini.”

“Kita sebaiknya melakukannya seperti ini, karena …”

Kita dan orang yang kita kritik, sama-sama manusia. Atau, sama-sama muslim. Innanii minal muslimiin.

Ayat ini adalah pedoman tentang bagaimana seharusnya kita berbicara. Termasuk saat kita harus mengkritik seseorang.

Innii lakum rasuulun amiin diulang-ulang di Al-Qur’an. Di surah Asy-Syu’ara sebanyak lima kali. Dan satu lagi di surah Ad-Dukhan, 44:18.

إِ نِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ أَمِيْنٌۙ ١٨

“Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dapat kamu percaya.”

Niat kita baik. Kita juga jujur kepadanya. Kalau kita biarkan, kalau kita tidak mengkritiknya, bisa jadi dia akan mendapatkan masalah yang lebih besar nantinya.

Tugas Nabi shallallaahu ‘alayhi wasallam adalah menyampaikan. Beliau menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Kalau dibiarkan, orang-orang itu bisa bermasalah di akhirat nanti.

Jika, setelah Beliau menyampaikan, mereka tetap ngeyel, bagaimana? Fa-innamaa ‘alaykal balaagh. Maka kewajiban Rasulullah hanyalah menyampaikan.

Bahkan hanya menyampaikan kata-kata Allah itu saja, sudah cukup ofensif buat mereka. Tidak usah pakai bumbu apa pun, mereka sudah merasa seperti diserang.

Lalu ayat ini dilanjutkan dengan wallaahu bashiirun bil ‘ibaad yang menjadi akhir atau bagian closing dari ayat ke-20 Ali ‘Imran.

وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِ ࣖ ٢٠

“Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”

Ada tiga dimensi yang bisa disoroti terkait frasa wallaahu bashiirun bil ‘ibaad ini.

1️⃣

Yang pertama, Rasulullah tidak perlu sakit kepala menghadapi mereka. Allah tahu persis cara berurusan dengan orang-orang itu.

2️⃣

Yang kedua, frasa wallaahu bashiirun bil ‘ibaad ini adalah echo atau gaung dari ayat sebelumnya. Tepatnya, ayat ke-15.

۞ قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَأَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ ١٥

Bahkan frasanya diulang sama persis di akhir ayat. Di akhir ayat ke-15 dan di akhir ayat ke-20. Wallaahu bashiirun bil ‘ibaad.

Allah is watching the servants who make it into heaven. Allah Maha Melihat hamba-Nya yang melakukan perjalanan menuju surga. Itu di ayat ke-15.

Di ayat ke-20, Allah ingin menegaskan, jika pun mereka berpaling saat itu, tetap saja ada kemungkinan mereka akan bertobat suatu saat nanti. Rasulullah tidak perlu tahu. Tapi Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.

3️⃣

Yang ketiga, ada hubungannya dengan ayat aslamtu waj-hiya lillahi wamanittaba’an di surah Ali ‘Imran ayat 20. “I have submitted myself to Allah, and whoever follows me.”

“Aku berserah diri kepada Allah, dan demikian pula orang-orang yang mengikutiku.”

Jadi, orang-orang yang mengikuti Rasulullah itu disorot lagi oleh Allah, di ayat wallaahu bashiirun bil ‘ibaad tadi.

Insyaa Allaah kita lanjutkan dahsyatnya wallaahu bashiirun bil ‘ibaad di part berikutnya.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 08. ‘Ali ‘Imran Ayah 19 (22)-22 Ramadhan 2018 (48:21 – 50:21)


Materi VoB Hari ke-416 Siang | New Flavor of Kufr

Oleh: Heru Wibowo

#WednesdayAliImranWeek60Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Wallaahu bashiirun bil ‘ibaad adalah frasa yang luar biasa. Bahwa frasa ini juga menyoroti para sahabat, membuat frasa ini makin luar biasa.

Karena, bukan hanya Rasulullah, para sahabat pun ada yang dianiaya, hanya karena menyampaikan ayat-ayat Allah. Tanpa bumbu, tanpa kecap, hanya menyampaikan ayat-ayat Allah apa adanya.

Maka wallaahu bashiirun bil ‘ibaad itu menyejukkan. Allah juga Maha Melihat pengorbanan para sahabat itu, saat ikut menyampaikan apa yang mereka dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.

Seakan-akan Allah bilang well done atau good job kepada Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.

Seakan-akan Allah sedang memuji Rasulullah karena dua hal. Pertama, telah menyampaikan apa yang harus disampaikan. Kedua, telah melatih para sahabat untuk melakukan hal yang sama.

Bagi Allah, kedua hal itu adalah prestasi yang luar biasa dari Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.

Dan Allah juga menyaksikan apa yang mereka lakukan. Dakwah Rasulullah dan para sahabat itu.

Wallaahu bashiirun bil ‘ibaad. May Allah makes us from them. Semoga Allah membuat kita menjadi bagian dari mereka.

Sekarang, kita masuk ke ayat selanjutnya. Innalladziina yakfuruuna bi aayaatillaah. (QS Ali ‘Imran, 3:21)

إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِءَايٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِحَقٍّۖ وَّيَقْتُلُوْنَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُوْنَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ ٢١

“Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan membunuh manusia yang memerintahkan keadilan, sampaikanlah kepada mereka kabar ‘gembira’ tentang azab yang pedih.”

Ayat ini adalah ayat tentang orang kafir “rasa baru”. New flavor of kufr. Kalau sebelumnya, kita mungkin sudah pernah mengenal Quraisy dan Fir’aun yang menentang orang-orang mukmin.

Sekarang, Allah menyoroti jenis orang kafir yang lain. Bukan menentang ayat-ayat-Nya. Bukan menyangkal ayat-ayat-Nya. Tapi menyalahgunakan ayat-ayat-Nya. Misuse of revelation. Abuse of revelation.

Yang seperti ini juga kufur. Dan inilah yang akan disoroti di ayat ini: Ali ‘Imran 21.

Innalladziina yakfuruuna bi aayaatillaah. Those who deny the miraculous revelation of Allah. Mereka yang kufur terhadap ayat-ayat Allah. 

Menariknya, yakfuruuna bi aayaatillaah ini present tense. Bukan past tense. Bukan bentuk lampau. Tapi bentuk saat ini. Artinya, mereka kufur terhadap ayat-ayat Allah, sekarang.

Jadi, ini adalah tentang kufur kontemporer. Lalu ada wayaqtuluunannabiyyiina bighayri haqqin yang bisa membingungkan. 

And they kill prophets without any justification. Dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang jelas. Lagi-lagi ini adalah present tense. Kok bisa? Apakah masih ada nabi-nabi saat ini, yang dibunuh tanpa alasan yang jelas, seperti dinyatakan di ayat ini?

Sebentar … mereka tidak membunuh nabi-nabi, sekarang. Mereka membunuh nabi-nabi, saat itu, di masa lalu. Faktanya seperti itu. Tapi mengapa ayat ini bentuknya present tense … yang berarti, sekarang?

Apa sebenarnya yang sedang dibicarakan ayat ini?

Mereka yang melakukan pembunuhan nabi-nabi di masa lalu itu, mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang yang kita lihat di depan kita, di zaman sekarang.

They’re mimicking this behavior. They’re one and the same. Orang-orang kufur zaman now itu meniru perilaku mereka di zaman dulu. Mereka yang kufur di masa lalu dan di masa sekarang itu sebenarnya sama saja.

Ini adalah cara Allah mengomentari apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang terjadi di zaman ini, sekaligus pada saat yang sama.

It’s a remarkable, super imposing. Ayat ini benar-benar luar biasa dan sangat mengesankan!

Hal ini mengingatkan Ustaz akan apa yang pernah Beliau pelajari dari Bible. Yang juga bicara soal super imposition. Tepatnya di Luke 11:51.

From the blood of Abel to the blood of Zechariah, who was killed between the altar and the sanctuary. Yes, I tell you, this generation will be held responsible for it all.

From the blood of Abel artinya adalah pembunuhan pertama yang terjadi di bumi, yang juga ada di QS Al-Ma’idah, 5:31. Dan berlanjut sampai sekarang. Seakan-akan mereka itu masih terus melakukan pembunuhan.

Lagi-lagi, ada super imposition antara the past dan the present. Yang dilakukan umat terdahulu itu, ditempatkan dalam posisi yang sama dengan yang dilakukan umat zaman ini.

Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 08. ‘Ali ‘Imran Ayah 19 (22)-22 Ramadhan 2018 (50:21 – 52:58)


Materi VoB Hari ke-416 Sore | Membunuh Pesan Nabi

Oleh: Heru Wibowo

#WednesdayAliImranWeek60Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

Di ayat 21 ini ada kata haqq. Kata haqq ini adalah isim nakirah. Bersifat umum, bukan spesifik.

Di Al-Baqarah ada ayat yang serupa, wayaqtuluunannabiyyiina bighayril-haqq. (QS Al-Baqarah, 2:61)

ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِءَايٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ 

“Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar).”

Kalau yang di Al-Baqarah 61 ini, ada al dalam kata al-haqq. Bandingkan dengan Ali ‘Imran 21 yang tanpa al.

إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِءَايٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِحَقٍّۖ 

“Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar).”

Ada perbedaan argumen semantik dalam memahaminya: apakah ada perbedaan konteks atau bagaimana.

Ustaz lebih condong kepada pendapat yang didasarkan urutan kronologis Al-Qur’an. Bahwa berdasarkan urut-urutan turunnya, ada kelanjutan argumen yang dibangun.

Berdasarkan urutan mushaf, Al-Baqarah adalah surah kedua sedangkan Ali ‘Imran adalah surah ketiga.

Berdasarkan urutan turunnya surah, Al-Baqarah juga turun lebih dulu daripada Ali ‘Imran.

Ustaz condong kepada pendapat yang menyatakan bahwa di Ali ‘Imran 21 ini, Allah sebenarnya “lebih marah” dibandingkan di Al-Baqarah 61.

Sebelum Perang Badar tingkat keingkaran mereka agak aktif, tapi menjelang Perang Uhud tingkat keingkaran itu menjadi sangat aktif.

Secara bahasa, bighayri haqq tanpa al adalah far more emphatic alias jauh lebih tegas dibandingkan bighayril-haqq yang menggunakan al.

“Tanpa alasan yang jelas” adalah terjemahan yang tepat untuk frasa bighayril-haqq yang menggunakan al.

“Tanpa alasan yang jelas sama sekali” adalah terjemahan yang tepat untuk frasa bighayri haqqin, tanpa al.

Allah lebih marah di Ali ‘Imran 21 ini.

Jadi ada “kemajuan” dipandang dari sudut kronologisnya. Keingkaran mereka makin parah dalam hal ini.

Saat itu ada salah satu rabi yang sangat yakin bahwa Rasulullah akan gagal di Perang Badar. Karena tidak ada yang mampu mengalahkan Quraisy sebelumnya. 

Apalagi jumlah pasukan Rasulullah hanya sepertiga dari jumlah pasukan Quraisy. Dan si Rabi tadi sangat ingin untuk membuktikan bahwa Rasulullah bukanlah seorang nabi.

Tapi ternyata Perang Badar dimenangkan oleh Rasulullah dan umat Islam. Ketika sang Rabi tadi dimintai komentarnya, dia bilang, “Ini baru ronde pertama. Tunggu nanti di ronde kedua.”

Ini membuat Allah “lebih marah”.

Apa yang dilakukan si Rabi tadi? Apakah dia membunuh Nabi?

Tidak. Tapi dia telah “membunuh” pesan Nabi. Dan membunuh pesan nabi, sebagaimana dipesankan oleh ayat ini, tidak ada bedanya dengan membunuh nabi itu sendiri. 

Ustaz juga membahas hal senada yang ada di Bible, tepatnya di Luke 13:34.

“Jerusalem, Jerusalem, you who kill the prophets and stone those sent to you, how often I have longed to gather your children together, as a hen gathers her chicks under her wings, and you were not willing.”

Konteksnya adalah pada saat Nabi Isa mengkritik para rabi. Apa yang mereka lakukan adalah “membunuh” pesan Nabi Isa tersebut. 

Jadi, selain gaung dari Al-Baqarah 2:61 ke Ali ‘Imran 3:21, ada resonansi juga antara ayat yang sedang kita bahas dengan Luke 13:34 dari Bible.

Insyaa Allaah kita lanjutkan minggu depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 3. Ali ‘Imran / 08. ‘Ali ‘Imran Ayah 19 (22)-22 Ramadhan 2018 (52:58 – 56:17)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s