Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-401
Topik: Pearls from Al Baqarah
Selasa, 27 Juli 2021
Materi VoB Hari ke-401 Pagi | Traveling tanpa Booking Hotel
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek58Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Alladzii ja’ala lakumul ardha firaasyan. (QS Al-Baqarah, 2:22)
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
The one who placed for your service. Dialah yang menyediakan berbagai layanan untuk manusia di bumi.
Di sini Allah menggunakan kata ja’ala, bukan khalaqa. Di ayat sebelumnya, ayat 21, yang digunakan adalah khalaqa.
Kata ja’ala punya makna furnish sekaligus favor. Artinya Allah menyediakannya untuk kebaikan manusia. Saking baiknya Allah.
Kita mungkin pernah mendengar ada pejabat yang suka minta fasilitas ini dan itu. Kita tidak usah minta. Tanpa diminta, Allah sudah memberikan fasilitas kepada kita di bumi ini. Ja’ala juga bermakna menyediakan fasilitas.
Lalu ada kata firaasyan atau firaasyaa yang berasal dari kata firasy. Apa artinya?
Sesuatu yang dibaringkan. Dihamparkan. Sesuatu yang lunak, yang lembut. Sesuatu yang membuat kita mudah berjalan di atasnya.
Planet bumi ini membuat kita nyaman. Sebuah planet yang memungkinkan kita hidup di atasnya.
Bagaimana dengan planet yang lain? Kita ambil contoh dua planet terdekat dari bumi: Venus dan Mars.
Berdasarkan NASA Solar System Exploration, suhu rata-rata di planet Venus adalah 471 derajat dan planet Mars adalah minus 28 derajat Celcius.
Nyamankah kita hidup di sana?
Jika ada yang mau mencoba mendarat di planet Venus lalu berjalan kaki di sana, silakan saja. Apa pun alat pelindungnya (the protective gear), akan meleleh di sana.
Planet bumi itu lunaknya juga lunak yang nyaman. Kita melangkah di atasnya, kedua kaki kita tidak terjerembab seperti masuk kubangan. Kita bisa melangkahkan kaki dengan nyaman.
Planet bumi kita ini permukaannya tidak bergerigi (jagged). Tidak hanya bikin nyaman kita melangkah, tapi juga buat duduk-duduk di atasnya. Tidak membuat kita khawatir pakaian yang kita kenakan akan tercabik-cabik atau sobek karenanya.
Mau tiduran di atas permukaan bumi juga enak. Nyaman. Itulah firaasyan.
Gambaran yang cukup dekat untuk melukiskan firaasyan adalah tempat tidur.
Tapi bukan tempat tidur susun atau tempat tidur zaman ini. Di masa lalu, tempat tidur itu ya seperti matras. Atau seperti tikar yang dihamparkan begitu saja di atas bumi. Itulah firasy.
Idenya adalah bahwa keseluruhan bumi ini Allah ciptakan supaya menjadi tempat tidur kita. Atau kamar tidur kita.
Sepertinya tidak ada satu pun penduduk bumi yang menghargai fakta “hamparan bumi sebagai kamar tidur” ini sebagaimana orang Arab gurun zaman itu menghargainya.
Mereka bepergian tanpa melakukan booking hotel. Waktunya tidur, ya sudah. Tinggal menggelar tikar. Langsung tidur di situ juga. Sesederhana itu.
Itulah ja’ala lakumul ardha firaasyan.
Jika kita tidur di hotel, pandangan kita tidak luas. Pandangan kita dibatasi oleh atap kamar hotel.
Bagaimana dengan mereka di gurun di zaman itu?
Wassamaa-a binaa-aa. (QS Al-Baqarah, 2:22)
وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖ
Allah menjadikan langit sebagai atap mereka. Bisakah kita bayangkan tidur di malam hari, menghadap langit yang terbentang luas sebagai atap?
He made the entire world into the living space for you. Allah telah membuat keseluruhan bumi ini menjadi ruang yang nyaman untuk kita hidup di atasnya.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 08. Al-Baqarah (Ayah 21-23) – A Deeper Look (37:04 – 39:11)
Materi VoB Hari ke-401 Siang | Bukan Oli Mesin
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek58Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Gambaran ini sangat tepat melukiskan Arab Badui. Yang menganggap bahwa keseluruhan belahan bumi adalah rumah kita. Rumah semua manusia.
Bahkan lebih dari itu. Bukan sekadar rumah, tapi ruang tidur. Atau bahkan kamar tidur.
Bumi adalah tempat kita beristirahat. Wassamaa-a binaa-an.
Masih belum selesai sampai di situ. Bumi bukan sekadar tempat untuk manusia beristirahat.
Ada dua hal yang bikin nyaman manusia: tidur dan makan. The two major comforts. Dua kenyamanan utama.
Gambaran kenyamanan pertama adalah tidur. Firaasyan wabinaa-an.
Gambaran kenyamanan kedua adalah makan. Wa anzala minassamaa-i maa-an. Masih di QS Al-Baqarah, 2:22.
وَّأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً
Allah mengirimkan air (hujan) dari langit.
Fa-akhraja bihii minatstsamaraat.
فَأَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ
Lalu Allah menghasilkan dengan (air hujan) itu beraneka macam buah-buahan.
Jika kita cermati, kata yang Allah gunakan di sini bukanlah habban atau grain. Bulir atau biji gandum. Seperti yang ada di surah Al-An’am, 6:99.
Allah telah memilih kata-kata dalam Al-Qur’an dengan penuh presisi. Kata yang Allah pilih di sini adalah tsamaraat. Buah-buahan. Fruits.
Buah-buahan adalah sesuatu yang terindah yang bisa kita makan yang berasal dari dalam bumi.
Buah-buahan adalah yang paling sedap rasanya yang berasal dari dalam bumi. Belum lagi keindahan bentuknya. Belum lagi warna-warninya yang sedap dipandang. Belum lagi keharuman baunya.
Maka di sini Allah mengingatkan manusia betapa nyamannya kehidupan manusia dengan apa yang sudah Allah sediakan.
Bisa beristirahat dengan nyaman di bumi. Bisa menikmati buah-buahan yang Allah sediakan yang berasal dari dalam bumi.
Saat Ustaz mengajarkan surah Ar-Rahman di masa lalu, Ustaz sering menceritakan tentang salah satu teman beliau yang dirawat di rumah sakit.
Teman beliau punya masalah perut. Selama enam bulan lamanya dia tidak bisa makan makanan yang padat.
Lebih parah lagi, awalnya, tubuhnya harus dipasang selang. Setelah dua bulan, dia mulai bisa minum cairan.
Protein, karbohidrat, apa pun nutrisi esensial yang ia perlukan, dicampur dan dilarutkan. Dia harus minum larutan yang tidak enak rasanya itu.
Sarapan, makan siang, dan makan malamnya ya seperti itu. Hanya minum larutan yang rasanya parah sekali itu. Selama beberapa bulan kemudian.
Sampai akhirnya dia mulai bisa makan makanan berbentuk padatan.
Suatu hari, saat Ustaz mengunjunginya, dia menawari Ustaz. “Kamu mau coba larutan ini?”
Ustaz mengiyakan. Ustaz pun mencicipi larutan itu. Rasanya tidak karuan. Warnanya seperti oli.
“Larutan ini untuk nutrisi manusia atau untuk ganti oli mesin ya, sebenarnya?” Ustaz sedikit bergumam sambil bercanda.
Pertanyaannya adalah: teman Ustaz, yang harus meminum larutan aneh itu selama beberapa bulan, apakah dia bertahan hidup?
Ya. Warna dan rasanya mungkin menjijikkan, tapi yang penting dia tetap bertahan hidup.
Apa maksud Ustaz menceritakan hal ini?
Apa hikmah yang bisa kita petik?
Allah tidak harus menyediakan buah-buahan yang lezat supaya manusia tetap bertahan hidup di bumi.
Allah juga tidak harus membuat buah-buahan di bumi terlihat indah dan sedap dipandang mata.
Seandainya yang Allah sediakan di bumi hanyalah kecoak (cockroaches), tidak ada buah-buahan, tidak ada sayuran, tidak ada daging dan sebagainya, kita toh akan memakannya juga.
Selama kandungan protein, lemak, dan karbohidratnya, serta ingredien lainnya sesuai dengan yang kita butuhkan. Selama dengan mengonsumsi itu, kita tetap bertahan hidup.
Hewan makan makanan apa adanya. Apa yang tersaji di alam. Tanpa kecap, tanpa bumbu, tanpa bawang goreng.
Jadi Allah itu luar biasa baiknya sama manusia. Allah bahkan memberi bonus keindahan. Pada pohon dan buah-buahan.
Kemasannya pun luar biasa. Kemasan alami. Buahnya, berikut kemasannya, bergantungan di atas pohon dengan indahnya.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 08. Al-Baqarah (Ayah 21-23) – A Deeper Look (39:11 – 41:55)
Materi VoB Hari ke-401 Sore | Menakar Cinta Kita kepada Selain-Nya
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek58Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Pohon palem di California itu indah sekali. Tidak percaya? Silakan googling saja. Masukkan keyword ini: California Palm Tree. Dan saksikan sendiri keindahan pemandangannya …
Bagaimana dengan manfaatnya?
Di alam, Palem memiliki peran yang sangat penting. Tumbuhan ini mampu menyerap polusi sehingga dapat meningkatkan kualitas udara di sekitarnya.
Bahkan Allah begitu peduli dengan kualitas udara yang kita hirup!
Kurma itu tidak perlu tumbuh dan menempel tinggi di pohon. Pohonnya pun tidak perlu tampak indah. Kurmanya akan tetap kita makan juga.
Tapi Allah terlalu baik sama kita. Tidak saja Allah menyediakan manfaat atau kegunaan. Tapi juga memberi bonus keindahan.
Setiap buah punya kemasan alamnya sendiri. Punya teksturnya sendiri. Punya kekhasan alamiahnya sendiri.
Allah menyediakannya untuk kita. Fa-akhraja bihii minatstsamaraati rizqan lakum. (QS Al-Baqarah, 2:22)
رِزْقًا لَّكُمْ ۚ
“… sebagai rezeki untuk kalian semua …”
Dengan kata lain, yang Allah sediakan buat kita di bumi ini bukanlah the bare minimum. Bukan pemberian yang minimal.
Allah memberi lebih. Allah menambahkan keindahan di atas fungsi atau manfaat yang bisa kita rasakan.
Allah paham selera kita. Allah tahu apa yang kita suka. Allah memberi kita sesuatu yang berguna, yang lezat rasanya, sekaligus sedap dipandang mata.
Falaa taj’aluu lillaahi andaadan.
فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ أَنْدَادًا
Then don’t put competitors. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah.
Kata andaadan berasal dari nidd (نِدْد). Artinya, someone who is equivalent to somebody. Seseorang yang setara dengan seseorang. Rival. Lawan. Saingan. Tandingan.
Dalam bahasa Arab, tandid berarti menaikkan volume suara terhadap seseorang atau lawan bicara.
Maknanya di ayat ini, bukanlah sekadar “jangan adakan pesaing buat Allah”. Tapi juga “jangan naikkan suara terhadap Allah”.
Maksudnya, jangan lakukan sesuatu yang mempertanyakan atau menantang Allah. Jangan posisikan diri sebagai oposisi Allah.
Laa taj’aluu lillaahi andaadan wa antum ta’lamuun. (QS Al-Baqarah, 2:22)
… وَّأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٢٢
“Padahal kalian semua mengetahuinya.” Pengetahuan manusia itu cukup untuk memahami realitas ini semua.
Karena manusia punya pengetahuan yang cukup, tidak sepantasnya manusia membuat nidd bagi Allah.
Pembahasan lebih lanjut tentang nidd ada di QS Al-Baqarah, 2:165.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ أَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ أٰمَنُوْٓا أَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙ
Waminannaasi man yattakhidzu min duunillaahi andaadan yuhibbuunahum kahubbillaah. Walladziina aamanuu asyaddu hubban lillaah.
“Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah.”
Allah juga bicara tentang nidd di ayat ini.
Faktanya, bahkan Rasulullah suatu hari kedatangan seorang Arab Badui. Yang belum begitu paham tentang Islam.
Orang ini bilang ke Rasulullah, maa syaa Allaahu wamaa syi’ta. “Apa pun yang Allah kehendaki dan apa pun yang engkau kehendaki.”
Rasulullah tidak suka dengan ucapan itu dan merespons, “Apakah kamu telah menjadikanku sebagai pesaing Allah?”
Jika sudah soal kehendak, maka kita harus paham bahwa Yang Maha Berkehendak adalah Allah semata.
Bagaimana dengan kita sendiri, yang bukan nabi? Apa yang mungkin kita jadikan andaadan tanpa kita sadari?
Allah adalah Rabb dan kita adalah ‘Abd. Apa yang menjadi dasar hubungan kita sebagai ‘Abd dan Allah sebagai Rabb adalah rasa cinta.
Jadi, apa yang mungkin kita jadikan pesaing Allah tanpa kita sadari, adalah apa-apa yang kita cintai.
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah uang (money).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah keinginan kita yang berlebihan terutama terhadap kekayaan atau harta benda (greed).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah hasrat atau nafsu seksual yang tidak terkendali atau yang terlarang (lust).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah kecintaan kita terhadap popularitas diri (love of fame).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah kecintaan kita terhadap harga diri (love of self-worth).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah kebanggaan yang berlebihan terhadap diri sendiri (pride).
Kadang-kadang yang kita jadikan pesaing Allah adalah rasa cinta yang berlebihan terhadap keluarga (family), terutama saat kita dengan sadar melanggar ketentuan-Nya demi mencintai keluarga.
Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk kita bertanya pada diri kita sendiri.
Insyaa Allaah kita lanjutkan minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 2. Al-Baqarah / 08. Al-Baqarah (Ayah 21-23) – A Deeper Look (41:55 – 44:57)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah