Sharing Subuh Ramadan #8
Tanggal: 20 April 2021
Kontributor: Fikri Ibrahim
Notulis: Nur’azizah Inayati

Sebelumnya mari kita sama-sama mengucap syukur, atas kesempatan yang diberi oleh Allah karena kita bisa sama-sama mengkaji Al-Quran, entah melalui belajar dari tahfidz, tahsin atau belajar Bahasa arab Al-Quran, rezeki atas kesadaran untuk senantiasa belajar itu merupakan hal yang patut disyukuri.
Salah satu keunikan dari surat Al-Fatihah adalah surat yang turun pertama kali dengan lengkap, sebelumnya mungkin sudah ada surat yang turun, seperti Al-Mudatsir atau Al-Muzammil, namun surat-surat tersebut turun secara separuh-separuh, terlebih pada surat Al-Baqoroh yang turun selama Rasulullah masih di Madinah.
Surat Al-Fatihah turun di Mekah urutan kelima dan langsung turun sepenuhnya, tidak separuh-separuh. Ketika kita membaca surat Al-Fatihah, pada beberapa ayatnya ditemukan bentuk permintaan dan doa, seperti pada ayat keenam yang memohon petunjuk agar ditunjukkan jalan yang lurus, dan seolah Allah langsung menjawab pada surat berikutnya yaitu Surat Al-Baqoroh bahwa petunjuknya adalah Kitab Al-Quran itu sendiri. Setiap surat Madaniyyah dijawab oleh surat Makkiyah. Al-Fatihah adalah wajah Al-Quran, para penafsir Al-Quran memberikan 10 nama lain untuk Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah adalah surat yang diawali dengan Alhamdulillah, dimana di dalam Al-Quran terdapat lima surat yang diawali dengan Alhamdulillah.
Surat Al-Fatihah juga mengajarkan kita sebuah adab dalam berdoa, dimana kita terlebih dahulu memuji sang Kuasa, kita beribadah kepadaNya, barulah kemudian kita meminta sesuatu kepadaNya.
This is how you communicate to Allah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm (QS. Al-Fatihah: 1)
Pada ayat ini, beberapa penafsir menyebutkan bahwa ayat ini belum lengkap, terdapat penafsir juga yang mengartikan ayat ini dengan arti “aku membaca dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang” kenapa seperti itu, karena menurut penafsir Al-Quran ayat ini menerangkan bahwa Allah sedang mengajarkan kita tapi tidak didahului dengan kata Qul – katakanlah! Atau Yaa – wahai!
Terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah ayat ini ada di setiap surat dalam Al-Quran (kecuali At-Taubah) ataukah hanya pada surat Al-Fatihah saja.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn (QS. Al-Fatihah: 2)
Ayat ke 2-4 merupakan satu kesatuan dimana akhir kalimat atau titik terdapat pada ayat 4. Waqof adalah tanda selesainya satu kalimat. Memahami waqof membuat kita mengetahui arti dalam Bahasa arab secara full context. Pada kelompok ayat ini Allah sedang memperkenalkan diriNya.
Kata Rabb dapat dimaknai seperti orang tua yang mengurus kita sejak kecil hingga besar, bagaimana mereka memilih tetap merawat kita dari saat kita tidak berdaya sama sekali, bergantung sepenuhnya kepada orang lain, hingga kita mampu mandiri. Maka seperti itu juga Rabb yang dimaksudkan Allah terhadap hambanya.
Rabbil-‘ālamīn artinya Allah yang mengurusi seluruh alam.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
ar-raḥmānir-raḥīm (QS. Al-Fatihah: 3)
Rohman berarti sayang banget untuk semua makhluk namun sifatnya sementara, kemudian dilanjutkan dengan Rohiim rasa sayang selamanya tapi bukan untuk saat ini. Rohman adalah nama yang ditujukan untuk Allah saja, beda dengan Rohiim yang boleh untuk siapa saja, seperti Rasulullah juga disebut Rohiim karena sifat penyayangnya.
Ar-Rahman adalah the next level of kasih sayang.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
māliki yaumid-dīn (QS. Al-Fatihah: 4)
Segala sesuatu perbuatan ada balasannya.
Jika ada yang bertanya kepada kita siapa Allah itu? Kita cukup menjawabnya dengan ayat 2-4 dari surat Al-Fatihah ini.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn (QS. Al-Fatihah: 5)
Setelah pada ayat sebelumnya kita telah dikenalkan siapa Allah, sudah sepatutnya kita menempatkan Allah sebagai Tuhan yang patut disembah dan dimintai pertolongan. Pada ayat ini seolah kita sedang mengakui kehambaan kita,
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm (QS. Al-Fatihah: 6)
Tentunya setelah kita mengakui kehambaan diri kita terhadap Allah, kita ingin agar Allah senantiasa memberikan petunjuk dalam hidup kita. Pada ayat ini kita sedang meminta sesuatu yang siapapun tidak bisa memberikan kecuali Allah.
Kita sedang meminta agar senantiasa diberikan petunjuk dalam kehidupan.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّاۤلِّيْنَ
ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn (QS. Al-Fatihah: 7)
Lalu, petunjuk atau jalan apakah yang kita butuhkan?
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Menurut Ust. Nouman, pada tujuh ayat di Ayat Al-Fatihah ini terdapat hanya 3 kalimat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Sesi Diskusi:
- Mba Mia: Apa makna Arrahman dan Arrahim?
Mas Fikri: Pada nama Allah itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
- Teh Khoerunnisa: Banyak dari kita sepakat dengan makna yang terkandung dalam surat Al-Fatihah, namun pada praktiknya kita sering menemukan perbedaan yang disikapi dengan perdebatan tanpa ujung, bagaimana cara menyikapi hal tersebut?
Mas Fikri: ketika kita menghadapi ketidaksepemahaman, langkah awal yang bisa kita ambil adalah coba untuk menemukan hal apa sebenarnya yang kita lewatkan, karena sangat mungkin terjadi kita berada di pihak yang keliru, sehingga pemahaman kitalah yang tidak utuh. Banyak merendahkan hati dalam menuntut ilmu.