Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-391
Topik: Parenting
Sabtu, 17 Juli 2021
Materi VoB Hari ke-391 Pagi | Islam Bukan Masalahnya
๐๐๐๐๐
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek56Part1
Part 1
ุจูุณูู ู ุงููููฐูู ุงูุฑููุญูู ูฐูู ุงูุฑููุญูููู ู
Begitulah anak-anak remaja kita menangkapnya. Ketika kita, sebagai orang tua, tiba-tiba bicara tentang halal dan haram.
Yang mereka tangkap, halal dan haram itu keputusan kita, orang tuanya. Bukan apa yang digariskan Allah. Karena belum lengkapnya pendidikan Islam yang mereka terima.
Vonis halal haram itu, buat mereka, bukan berasal dari Allah. Tapi dari sang ayah. Atau sang bunda.
โMama aja itu yang ga suka. Makanya Mama bilang haram. Selalu begitu. Kalau Mama ga suka, selalu begitu.โ
โYa aku ga yakin aja apakah Allah juga akan bilang begitu. Aku ga tahu agama sebenarnya bilang apa soal ini.โ
โKalau Mama sudah benci sesuatu, ya gitu itu. Kalau Mama sudah โmendidihโ, bawaannya langsung bilang ini haram itu haram.โ
Ini adalah sebuah situasi krisis. Ustaz tahu persis karena banyak orang tua yang menelepon Ustaz.
Mereka curhat ke Ustaz soal anak-anak mereka yang beranjak remaja dan kesulitan mereka menghadapi anak-anak mereka.
Cerita mereka bermacam-macam. Ada yang anaknya minggat dari rumah. Ada yang keluar dari Islam dan berjanji tidak mau lagi menjadi seorang muslim. Dan kisah-kisah lain yang semacam itu.
Situasi ini benar-benar serius.
Dalam banyak kasus yang seperti ini, pertanyaan pertama Ustaz adalah “siapa namanya”.
Pertanyaan Ustaz dalam bahasa Inggris adalah, โWhatโs her name?โ Lalu orang tuanya sedikit bingung dan bilang bahwa anak mereka adalah seorang laki-laki, bukan perempuan.
Tapi Ustaz tetap bertanya, โWhatโs her name?โ Akhirnya orang tuanya menyadari, dan menjawab pertanyaan Ustaz.
Anak mereka memang laki-laki, tapi meninggalkan Islam karena seorang temannya yang perempuan.
Lalu terjadilah tanya-jawab yang lebih detail. Dan terungkap bahwa anak mereka sudah menjalin pertemanan selama tiga tahun dengan teman perempuannya itu.
Terungkap pula bahwa anak laki-laki mereka sebelumnya adalah anak yang rajin beribadah, rajin ke masjid, dekat sama agama.
Rupanya teman perempuannya itu tidak suka, dan akhirnya telah membuat anak laki-laki mereka berubah.
Teman perempuannya hampir setiap hari menelepon anak laki-laki mereka. Bukan hanya satu kelas, tapi mereka berdua juga sering mengerjakan tugas-tugas bersama.
Anak laki-laki mereka berubah, tidak lagi mematuhi ayahnya. Bahkan dia berencana menikahi teman perempuannya itu.
Maka orang tuanya mengeluarkan kata-kata itu. Haram. Kufur. Syirik. Dan segala kata, apa pun, yang melintas di benak orang tuanya itu.
Beberapa tahun sudah itu berjalan dan enam bulan yang lalu, anak laki-laki mereka bilang bahwa dia tidak mau lagi kembali menjadi muslim.
Bahkan dia sudah tidak lagi muslim. Ustaz pun bilang, Islam bukan masalah dia. โMasalah dia adalah kalian berdua.โ
Islam bukan masalahnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadi masalahnya.
Apa alasan Ustaz mengatakan itu? Ustaz pun menjawabnya dengan pertanyaan. Sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada kedua orang tua anak laki-laki tadi, apakah orang tuanya sudah memberikan fondasi intelektual kepada anak laki-lakinya soal Islam.
Sebelum menjatuhkan berbagai vonis yang menyakitkan, setiap orang tua wajib bertanya, pendidikan seperti apa yang telah mereka berikan kepada anak mereka.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
๐๐๐๐๐
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 24. What to Do – Parenting (06:14 โ 08:07)
Materi VoB Hari ke-391 Siang | Asumsi yang Meleset
๐๐๐๐๐
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek56Part2
Part 2
ุจูุณูู ู ุงููููฐูู ุงูุฑููุญูู ูฐูู ุงูุฑููุญูููู ู
Itulah masalah terbesarnya. Orang tua tidak memberikan pendidikan berupa fondasi intelektual yang cukup kepada anak mereka.
Anak mereka tidak punya alasan yang kuat untuk tetap bertahan sebagai muslim. Yang menyedihkan, alasan mereka keluar dari Islam adalah orang tua mereka.
Jika pun mereka ingin mendekat ke Islam barang sejengkal, alasannya adalah alasan spiritual. Tidak ada satu pun alasan intelektualnya.
Maka anak mereka itu pun makin dekat dengan teman perempuannya. Apakah yang seperti itu termasuk jarang kita temui?
Jawabannya adalah geleng kepala. Artinya, hal seperti itu sangat umum kita jumpai di kehidupan.
Jadi, ini adalah sebuah kisah tentang seorang anak laki-laki remaja yang baik, yang saleh, rajin salat Jumat, berpuasa di bulan Ramadan.
Tapi akhirnya punya pacar. Dia berpacaran dengan seorang teman perempuannya. Dan sudah berjalan selama tiga tahun lamanya.
Ustaz bertanya kepada kedua orang tuanya, berapa umur anak mereka itu. Orang tuanya menjawab, hampir 20 tahun. Tapi semuanya itu berawal saat dia berumur sekitar 16 tahun.
Ustaz menasihati kedua orang tua itu bahwa anak mereka itu mulai menjadi dewasa ketika dia melewati masa pubertasnya.
Dia sudah menjalin hubungan dengan teman perempuannya itu sekurang-kurangnya selama tiga tahun lamanya.
Tidak mudah untuk mencabut hubungan itu begitu saja. Tidak seperti boneka yang bisa dipisahkan dengan paksa. Lalu anak mereka menangis meraung-raung sebentar sebelum akhirnya melupakannya. Tidak seperti itu.
Tidak semudah itu. Anak mereka telah menjalin hubungan pertemanan yang serius. Hubungan yang bukan main-main. Dan juga, teman perempuannya itu, bukan mainan.
Bagaimana anak mereka bisa menjalin hubungan pertemanan seperti itu, sebagiannya adalah kesalahannya sendiri, sebagiannya adalah kesalahan kedua orang tuanya.
Kita menghadirkan anak kita di masyarakat. Kita menyekolahkannya di sekolah umum. Kita menempatkannya di sebuah tempat di mana anak laki-laki dianggap biasa jika mereka punya pacar.
Dan kita sebagai orang tua hanya berasumsi bahwa hal yang seperti itu tidak akan terjadi pada anak-anak kita. Sebuah asumsi yang meleset.
Insyaa Allaah kita lanjutkan di part berikutnya.
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 24. What to Do – Parenting (08:07 โ 10:06)
Materi VoB Hari ke-391 Sore | He Doesnโt Wanna Let Her Go
๐๐๐๐๐
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek56Part3
Part 3
ุจูุณูู ู ุงููููฐูู ุงูุฑููุญูู ูฐูู ุงูุฑููุญูููู ู
Orang tuanya hanya berasumsi. Tidak melakukan apa-apa meski mengetahui situasinya. Akhirnya โฆ sudah terlambat.
Kebanyakan kasusnya adalah seperti itu.
Setelah pertemanan itu terlanjur terjadi, kedua orang tua itu tiba-tiba mendirikan โmajelis ulama keluargaโ dan mengeluarkan fatwa haram.
โItu adalah kesalahan yang besar.โ
โKeluarga kita (atau, โkeluarga besarโ kita) tidak pernah melakukan hal-hal yang seperti itu.โ
Dan sebagainya. Dan seterusnya.
Tiba-tiba religiusitas menyeruak ke permukaan. Tiba-tiba Islam disebut-sebut dan diagungkan.
Terlambat!
Di banyak kasus seperti itu, para orang tua tidak benar-benar serius dengan keislaman di keluarga mereka.
Dan jika pun mereka menghadirkan keislaman itu di keluarga mereka, Islamnya hanya Islam spiritual. Tidak pernah Islam intelektual.
Jadi anak mereka ikut bersalah karena sebagai seorang yang mulai dewasa, dia bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya.
Dan orang tuanya ikut bersalah karena tidak menyadari situasi macam apa yang dihadapi anaknya dan tidak mengambil tindakan sejak dini.
Sekarang, kita hadapi realitasnya. Yakni, bahwa anak mereka sudah menjalin hubungan yang serius dengan teman perempuannya itu.
Ustaz bertanya lagi kepada kedua orang tua itu, apa saja yang terjadi di rumah keluarga mereka?
Ayahnya tidak mau bicara lagi kepadanya. Dia begitu marah melihat kenyataan bahwa anaknya sangat dekat dengan teman perempuannya itu.
Ayahnya pernah bertengkar hebat dengan anaknya. Dan sudah dua tahun ini ayahnya tidak bicara lagi dengan anaknya.
Ini bukanlah satu-satunya kasus yang Ustaz jumpai. Ada puluhan kasus yang seperti ini, di mana sang ayah tidak bicara lagi dengan anaknya.
Terlalu memalukan.
Sang ibu masih terus menasihati anaknya. Menasihatinya lagi. Lagi dan lagi. Menasihati anaknya tanpa henti.
โIstighfar, Nak.โ
โBertaubatlah, Nak.โ
โSadarilah Nak, bahwa apa yang kamu lakukan itu haram.โ
โSadarilah Nak, bahwa apa yang kamu lakukan itu salah.โ
Anaknya bosan dan merasa kelelahan dengan semua โkuliahโ itu, memutuskan untuk tidak mau berurusan lagi, sama sekali, dengan Islam.
Poinnya adalah, kata Ustaz ke orang tuanya, bukan si anak ingin meninggalkan Islam. Tapi si anak tidak mau meninggalkan teman perempuannya itu.
Kita harus memahami apa masalahnya. Masalahnya bukanlah Islam. Masalahnya adalah, dia mencintai teman perempuannya itu.
He doesnโt wanna let her go. Dia tidak ingin kehilangan teman perempuannya itu. Dia tidak ingin berpisah dengan teman perempuannya itu.
Itu adalah masalah si anak. Bagaimana dengan orang tuanya? Apa masalah dari kedua orang tuanya?
Itโs too embarrassing, kata Ustaz. Terlalu memalukan.
Terlalu memalukan bahwa anaknya sampai berpacaran seperti itu, sampai ingin menikahi teman perempuannya itu.
Terlalu memalukan bahwa orang tuanya tidak bisa menerima, tidak bisa menyetujui hubungan itu, karena bukan anak perempuan yang seperti itu yang diharapkan akan menikah dengan anak laki-laki mereka.
Apalagi anak perempuan itu bukan muslim. Bahkan, Ustaz bercanda, kadang ada orang tua yang tidak mau punya calon menantu muslim yang berasal dari โkode posโ yang berbeda.
Insyaa Allaah kita lanjutkan minggu depan.
๐๐๐๐๐
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 24. What to Do – Parenting (10:06 โ 12:03)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.๐คฒ
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.๐
Jazakumullahu khairan๐
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] ุงูู ุตุฏุฑ: [VoB2021] Islam Bukan Masalahnya โ Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike