Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-379
Topik: Pearls from Juz ‘Amma
Senin, 5 Juli 2021
Materi VoB Hari ke-379 Pagi | Ragam Interpretasi An-Nazi’at
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuz’AmmaWeek55Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ayat-ayat pertama dari surat An-Nazi’at memiliki beragam interpretasi.
Sebagian sahabat menafsirkan sebagai bintang jatuh. Ketika sebuah bintang jatuh ke bumi, terkadang bintang itu akan tenggelam di suatu tempat. Penafsiran ini berlanjut ke ayat-ayat selanjutnya menjadi tentang bintang juga.
Pendapat lain mengatakan tafsirnya sebagai orang yang telah meninggalkan kampung halamannya dan kampung halamannya itu secara terus-menerus akan menarik dirinya. Dia akan rindu dan ingin segera pulang.
Selanjutnya, penafsiran lainnya adalah agama. Agama menarik seseorang sehingga ia tidak mau meninggalkan agamanya tersebut.
Ada juga yang menafsirkan sebagai anak panah yang ditarik dan terbang di udara. Anak panah terus melaju dan pada titik tertentu mengenai targetnya.
Pendapat lain mengatakan itu adalah binatang buas yang menangkap domba dan menariknya dengan gigi taring yang tajam. Domba itu ditarik dan dibawa pergi olehnya.
Ada juga yang menafsirkan sebagai kuda dari seorang pejuang muslim, mujahidin pada zaman itu, yang menyelam ke dalam serbuan musuh, mujahidin tersebut menarik kudanya saat dia menyelam ke dalam lautan musuh-musuh tersebut.
Atau tafsir lainnya adalah angin yang membuat batang pohon terlepas dan terjatuh ke tanah.
Kita dapat melihat ada banyak interpretasi di sini.
Ustaz mengatakan bahwa beliau tidak akan memberikan daftar semua tafsiran yang ada.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa ada sekitar 39 pendapat berbeda tentang ayat ini di awal masa keislaman. Dengan melihat kreativitas pendapat yang disampaikan para sahabat tersebut, maka bisa saja terdapat tafsir lain di luar dari yang telah ada itu.
Dan inilah isu yang akan dibahas oleh Ustaz.
Salah satu tafsiran yang paling terkenal dari ayat ini adalah malaikat yang menarik ruh anak-cucu Adam.
Bintusy Syathi termasuk yang tidak setuju dengan tafsir ini. Setelah melakukan banyak riset, kontemplasi, berpikir, Ustaz juga lebih setuju kepada pendapatnya Syahti ini.
Bersambung.
Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Surah/ 01. An-Nazi’at (Ayat 1-11) Concise Commentary (09.17-11.36)
Materi VoB Hari ke-379 Siang | Bentuk Latihan Umat Manusia dari Beragam Interpretasi
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuzAmmaWeek55Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sebelum membahas tentang alasan Ustaz lebih memilih pendapat Bintusy Syathi, Ustaz mengingatkan kita bahwa ini bukanlah interpretasi yang paling benar, Ustaz hanya merasa bahwa interpretasi Syathi adalah yang paling meyakinkan untuknya.
Ustaz menyarankan kita untuk membaca dan menarik kesimpulan sendiri terkait perbedaan pendapat dalam penafsiran Al-Qur’an.
Jika kita berpikir hanya satu pendapat sahabat yang suci, maka kita tidak akan pernah menemukan pendapat sahabat-sahabat lain yang akan berbeda seratus persen dari pendapat yang suci tersebut.
Perbedaan pendapat semacam ini merupakan bentuk latihan yang disisakan oleh Allah ta’ala dan Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam kepada kita sebagai umat manusia.
*****
Ustaz memberikan catatan tambahan juga terkait proses refleksi dan perenungan terhadap Al-Qu’ran.
Rasulullah shallaahu ‘alayhi wa salam adalah seorang guru terbaik yang mengajarkan Al-Qur’an kepada kita. Pernahkan kita berpikir dari 114 surat, kenapa sang Rasul tidak menguraikan setiap ayat di dalam Al-Qur’an secara satu versi interpretasi saja?
Bayangkan jika Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan semua ulama hadis hanya menjelaskan hadis dengan satu versi penjelasan lengkap dari setiap ayatnya, maka tidak perlu ada lagi perbedaan pendapat. Selesai. Semua masalah khilafiyah tidak akan kita temukan.
Ketika sang Rasul memberikan hanya satu versi interpretasi maka sudah tidak ada lagi ruang untuk para ulama menyampaikan gagasan yang berbeda.
Akan tetapi, kenyataan yang sesungguhnya tidak seperti itu.
Ada alasan kenapa Rasulullah shallahu ‘alayhi wa salam tidak memberikan hanya satu interpretasi.
Pertama, ada banyak sekali kebijaksanaan dalam satu ayat. Jika sang Rasul menyampaikan satu versi kebijaksanaan dari suatu ayat maka misi dari kebijaksanaan lainnya selesai.
Al-Qur’an adalah lautan yang tidak ada ujungnya. Terlalu dalam jika hanya menggali satu interpretasi saja.
Kedua, Rasulullah shallaahu ‘alayhi wa salam diberikan kitab ini dengan sebuah tujuan. Apa tujuan itu?
Liyaddabbaruu aayaatihi… (QS Sad, 38:29)
“Mereka merenungi ayat-ayatnya…”
Jika tugas merenung dan men-tadabbur ayat-ayat Allah hanya diberikan kepada Rasul, lalu apa yang kita lakukan? Tidak ada. Kita sudah tidak punya kewajiban merefleksi ayat karena semuanya sudah diambil oleh sang Rasul. Kita tidak perlu berpikir keras tentang ayat Allah.
Jika demikian, fungsi “Afalaa ta’qiliun” (Tidakkah kamu berpikir?) menghilang.
Tadabbur yang diterjemahkan sebagai merenung atau merefleksi sebenarnya mempunyai asal kata dari dubbur yang artinya di belakang.
Apa hal yang ada di belakang ayat ini? Lihatlah lebih dekat untuk memahaminya.
Kalau di Bahasa Inggris, itu seperti inside in and out. Seseorang mengatakan sesuatu akan dicari tahu makna di belakang kata-kata tersebut, apa niat atau motif utama dari perkataan itu.
Tadabbur adalah bentuk latihan yang Allah berikan kepada manusia untuk dijalani dengan serius.
Bersambung.
Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Surah/ 01. An-Nazi’at (Ayat 1-11) Concise Commentary (11.36-14.00)
Materi VoB Hari ke-379 Sore | Latihan Membangun Koneksi kepada Allah
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuzAmmaWeek55Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Merenung dan memikirkan apa yang disampaikan Tuan kita, Allah ta’ala, adalah bentuk latihan yang sangat indah dan mendalam.
Kita sebagai hamba atau budak-Nya selalu terpesona apabila mencoba untuk menyelami keindahan kata-kata Sang Tuan.
Dan tidak hanya kita, hamba-hamba lain juga akan melakukan hal yang sama.
Mereka merendahkan hati mereka dan mengagumi setiap kata yang dikatakan Sang Pencipta.
Jadi ketika seorang hamba berkata, “Saya pikir Tuan saya berkata demikian, iya memang yang paling tahu kata-kata-Nya adalah Tuan saya sendiri, tapi saya pikir ini adalah makna yang paling benar.”
Seorang hamba yang lain juga bisa saja menanggapi dengan pendapat yang berbeda, “Mungkin kamu benar, tapi saya pikir yang benar seperti ini dan berikut alasan saya…”
Hamba-hamba yang rendah hati terhadap kata-kata Sang Tuan tidak hanya berpikir dengan perasaannya saja, tapi mereka akan mencari makna dengan melakukan banyak riset, merenung secara mendalam, dan melihat bahasa serta konteks secara hati-hati sebelum mereka menetapkan kesimpulan dari kata-kata dari Tuannya.
Para hamba memiliki cara berpikir yang berbeda, tentu itu karena dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda pula, tingkat pemahaman ilmu yang tidak sama, dan pengalaman dalam kehidupan yang juga beragam. Maka mereka akan melihat perkataan Tuannya sebagai sesuatu yang berbeda dan itulah latihan menjalin hubungan yang akan terus mereka jalani.
Latihan ini adalah hadiah yang Allah berikan kepada kita di dalam Al-Qur’an. Melalui latihan ini kita membangun koneksi kepada-Nya.
Bersambung insyaAllaah pekan depan.
Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Surah/ 01. An-Nazi’at (Ayat 1-11) Concise Commentary (14:00-14:58)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2021] Ragam Interpretasi An-Nazi’at – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike
tafsir awalnya sangat membingungkan , tapi akhirnya tafsirnya indah bgt.
LikeLike