Sharing Shubuh Ramadhan #6
Tanggal 18 April 2021
Kontributor : Wildan Fatamubarok.
Notulen : Banat Farofishoh

Surat An-Nazi’at
Surat yang berbicara tentang orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan. Di dalam surah ini bercerita tentang perintah agar kita memiliki perasaan takut yang mendalam kepada Allah SWT. Allah memulai ini surah ini dengan sumpah.
Ayat 1-5 Surah An-Nazi’at
Wa-nnazi’aati garqaa, wa-nna syi-thaati nasythaa, wa-ssaa bihaati sabhaa, wa-ssaa biqaati sabqaa, fal-mudab-biraati amraa.
Demi malaikat yang mencabut nyawa dengan sangat keras, Demi Malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut, Demi malaikat yang turun dari langit dengan sangat cepat, dan malaikat yang mendahului dengan kencang, dan malaikat yang mengatur urusan dunia.
Allah bersumpah dengan para malaikat di 5 ayat pertama surah an-nazi’at. Seakan-akan Allah ingin mengangkat suatu perbandingan, dimana malaikat yang digambarkan sebagai makhluk yang taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT, lantas bagaiamana dengan manusia, yang tidak ada upaya mereka dan justru lancang melanggar aturan Allah SWT.
Ayat 6 Surah An-Nazi’at
Yawma tarjufu raajifah, ketika tiupan sangkakala pertama berbunyi akan membuat semua yang ada di permukaan bumi hancur dan mati semua
Ayat 7 Surah An-Nazi’at
Tatba’uha raadhifah, ketika tiupan sangkakala yang kedua berbunyi maka seluruh makhluk akan bangkit untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita.
Ayat 8 Surah An-Nazi’at
Qulubu yawma-idzi waa-jifah, pada hari itu orang-orang yang mengingkari adanya hari kiamat, mengalami ketakutan yang sangat dahsyat karena mereka tidak mempersiapkan untuk bertemu dengan hari kiamat.
Ayat 9 Surah An-Nazi’at
Abshaa-ruhaa khaasyi’ah, dan pandangan mereka tertunduk karena malu dengan perbuatan yang mereka lakukan.
Ayat 10 Surah An-Nazi’at
Yaquu-luna ainna lamar-duu-duu-na fil haa-firah, ada sebagian orang yang justru tidak memikirkan hari dimana ia dibangkitkan, mereka berkata, bagaimana mungkin kami akan dikembalikan kepada penciptaan kami semua, kenapa ?
Ayat 11 Surah An-Nazi’at
Aidzaa kunnaa ‘idhaaman nakhirah, karena kaetika kami sudah mati, otomatis tubuh kami menjadi debu, tubuh kami sudah hancur, dan bagaimana mungkin ia akan dibangkitkan kembali ?
Ayat 12 Surah An-Nazi’at
Qaluu tilka idzaa karratu khaa-sirah, kalaupun kami dikembalikan, dihidupkan kembali, maka sungguh itu merupakan pengembalian yang merugikan, bahkan ada sebagian ulama yang menafsirkan maka sungguh kami akan merugi.
Ayat 13 Surah An-Nazi’at
Fainnamaa hiya jazratuu waa-hidah, itu mudah bagi Allah, hanya dengan satu hentakan saja itu akan membuat mereka bangkit dan bangun kembali.
Ayat 14 Surah An-Nazi’at
Faidzaa-hum bi-saahirah, semua mereka akan bangun dan berada di atas permukaan bumi.
Pada bagian di ayat selanjutnya Allah menceritakan tentang sosok manusia yang pernah menantang Allah SWT, yang hilang rasa takut pada dirinya kepada Allah SWT.
Ayat 15 – 24 Surah An-Nazi’at yang menceritakan tentang kisah Fir’aun dengan kesombongannya
Hal-ataaka hadiitsu muusa, apakah sudah datang kepadamu kisah musa a.s? Allah bertanya kepaDa nabi Muhammad SAW tentang kisah nabi Musa a.s sehingga memunculkan rasa penasaran, Banyak sekali kita temukan dalam al-qur’an ayat yang menjelaskan tentang kisah nabi Musa a.s dan Fir’aun. Ada apa dengan hal itu? Seakan-akan ingin mengingatkan kita dengan dosa yang dilakukan ketika zaman nabi Musa a.s, pembangkangan terhadap Allah yang dilakukan oleh Fir’aun. Dan kita seharusnya berpikir dan merenung, kita sudah bisa melihat dan mengetahui bagaimana orang yang membangkang, akan seperti Fir’aun, akan mendapat adzab seperti adzab yang ditimpakan kepada fir’aun. Idz-naadaahu rabbuhu bil-waadi muqaddasi tuwaa, tatkala Allah memanggil Musa A.s di suatu lembah yang bernama tuwa, lembah yang Allah sucikan. Allah perintahkan Musa a.s suatu perintah. Idz-hab ilaa fir’auna innahu thaga, pergilah engkau kepada fir’aun yang sudah keterlaluan dalam membangkang, yang sudah melampaui batas dalam bersikap. Faqul hal-laka ilaaa an-tazakkaa, maukah engkau fir’aun, aku (nabi musa a.s) ajari agar engkau membersihkan atau mensucikan hatimu?, ada hikmah yang bisa kita ambil, di dalam berdakwah kita harus memiliki hikmah agar dakwah kita mudah diterima, tidak memaksakan, tidak menampakan bahwa orang yang kita berikan dakwah seakan akan orang yang jaahil, kita bisa lihat bagaimana musa diperintahkan untuk berlemah lembut dalam berdakwah kepada fir’aun yang sangat membangkang, maka tentu kita perlu untuk juga berlaku lemah lembut kepada siapapun orang yang baru atau akan hijrah kepada kebaikan. Wa-ahdiyaka ila rabbika fa-takhsyaa, dan aku tunjuki jalan menuju Rabb-mu agar engkau merasa takut kepada Rabb-mu? Fa-araahul ayaatal kubraa, dan nabi Musa a.s menunjukkan kepada fir’aun sebuah mukjizat, mukjizat yang pertama kali musa a.s tunjukkan kepada fir’aun yaitu ketika nabi musa a.s melemparkan tongkatnya, maka berubahlah tongkat itu menjadi seekor ular. Dan juga ketika ia memasukka tangannya kedalam kantongnya, dan keluarlah cahaya dari tangannya. Fa-kadzaba wa-‘ashaa, kemudian fir’aun ternyata mendustakan, fir’aun justru mengatakan bahwa apa yang ditunjukkan musa a.s adalah sihir. Tsumma adbara yas’aa, kemudian dia berpaling dan berusaha memobilisasi para prajuritnya. Fa-hasyara fa-naa-daa, maka dia panggil seluruh prajurit-prajuritnya. Fa-qaala ana rabbukum ‘alaa, maka fir’aun berkata akulah tuhanmu yang maha tinggi, inilah perkataan yang membuat jibril murka kepada fir’aun . Ketika itu jibril bercerita kepada Muhammad SAW, andikata ketika itu engkau melihatku ya Muhammad SAW, betapa marahnya aku, tatkala fir’aun tenggelam dalam suasana yang menakutkan itu, apa yang dilakukan malaikat jibril kepada fir’aun, dia masukkan tanah lumpur ke dalam mulut fir’aun, karena malaikat jibril khawatir fir’aun mengatakan suatu yang haq, sehingga nanti Allah SWT mengampuni dosa dosa fir’aun, dan jibril tidak ridho. Mengapa? Karena fir’aun pernah mengatakan ana rabbukum-ul ‘Ala.
Ayat 25- 32 Surat An-Nazi’at yang menjelaskan bagaimana Allah menciptakan ciptaan-Nya agar kita timbul rasa lemah dan tidak menyombongkan diri layaknya kesombongan Fir’aun di ayat sebelumnya.
Fa-akhadza-Hu Allah nakaala-l Aakhirati wal-uulaa, kemudian Allah mengadzab Fir’aun dengan adzab yang menghinakan. Inna fii dzaalika La’ibrata-l liman Yakhsyaa, kemudian Allah memberitahu kita bahwasanya kejadian tersebut adalah sebuah pelajaran, dan yang orang-orang yang bisa mengambil pelajaran darinya adalah orang-orang yang memiliki rasa takut pada Allah. A-antum Asyaddu khalqan ami as-samaa-u banaahaa, Allah bertanya apakah kalian lebih sulit ataukah langit yang lebih hebat dan lebih sulit Penciptaan Nya? Rafa’a samkahaa fasawwahaa, Allah tinggikan ciptaan Nya, Allah tinggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Wa-aghthasya lailahaa wa-akhraja dhuhahaa, Allah ciptakan malam yang menyelimuti dan siang yang terang benderang. Wal-ardha ba’da dzaalika dahahaa, dan Allah menyama ratakan bumi. Akhraja minhaa maa-a-haa wamar’aaha, dan Allah keluarkan air-air dan tanaman tanaman yang bisa dimakan oleh kita dan hewan-hewan. Wal-jibaala arsaa-ha, dan Allah kokohkan gunung-gunung.
Ayat 33 Surat an-nazi’at
Mata’a-l lakum wa-lian’aami-kum, ini adalah perhiasan kalian dan untuk kalian bersenang-senang, dan untuk hewan hewan kalian, jadi ibaratnya Allah katakana kalau seandainya kalian gunakan semua fasilitas yang ada hanya untuk bersenang-senang, tidak ada bedanya kalian dengan Hewan-hewan kalian.
Ayat 34- 36 Surat An-nazi’at yang membahas tentang kejadian hari kiamat
Fa-idzaa jaa-ati thaamma-tu al-kubraa, kemudian datang hari kiamat yang besar. Yawma yatadzakkaru al-insaanu ma sa’aa, semua orang akan teringat dengan semua hal apapun yang mereka lakukan selama di dunia. Wa-burrizati al-jahiimu liman yaraa, ditampakkan dihadapan matanya, mata manusia, neraka jahim.
Ayat 37-39 Surat An-nazi’at yang membahas golongan orang yang tidak taat kepada Allah.
Fa-amma man thagaa, adapun orang yang melampaui batas dan tidak taat pada Allah, wa-aatsara al-hayata ad-dunyaa, dan lebih mengedepankan kehidupan akhirat, lebih memilih untuk hidup di dunia saja dan melupakan kehidupan akhirat sehingga hidup berfoya-foya, terlena dan meninggalkan ibadah sehingga meyangka hidupnya akan di dunia saja. Fainna al-jahiima hiya al-ma’waa, dan neraka jahim tempatnya, neraka yang paling ringan adzabnya melalui lisan Nabi SAW, sesungguhnya adzab yang paling ringan untuk orang di neraka pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan di bawah telapak kakinya dua bara api kecil yang membuat otaknya mendidih, kita bisa bayangkan bagaimana kondisi kakinya, tubuhnya, jika otaknya itu mendidih, na’udzubillah, itu adalah adzab yang paling ringan, api yang ada di neraka lebih berat 70 kali lipat daripada api yang ada di dunia, api yang ada di dunia jika kita bawa ke neraka itu dingin dan tidak terasa panas. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana adzab neraka yang lebih berat dari hal itu, maka hendaklah kita ketika membaca ayat tentang surga dan neraka kita berhenti sejenak dan mentadabburi ayat tersebut, kita hadirkan bayangan tentang adzab neraka yang begitu mengerikan.
Ayat 40-41 Surat An-nazi’at yang membahas golongan orang-orang yang takut kepada Allah SWT.
Wa-amma man khaafa maqaama rabbihi wa-naha an-nafsa ‘ani al-hawaa, adapun orang-orang yang takut pada Allah, menyadari bahwa dia akan berhadapan dengan Allah di yaumul hisab, ketika kita menghadirkan bayangan kita berdiri di hadapan Allah dihadapan dan disaksikan ribuan hingga trilyunan manusia lalu Allah menghakimi kita sejak kita baligh hingga kita wafat. Apa saja yang kita lakukan, Allah tanyakan satu persatu, dan kita hanya bisa mengangguk, membenarkan semua amalan baik ataupun buruk yang kita lakukan. Perasaan malu keringat bercucuran, semua AIB kita terbuka dan terungkap, tidak ada satu orangpun yang memakai pakaian, Allah menghisab kita, jika Allah menghisab orang-orang yang beriman, maka hisabnya Allah Privasi, hanya Allah dan orang beriman saja yang tahu. Karena Sesungguhnya Allah mendekatkan di yaumul hisab orang-orang yang beriman kemudian Allah letakkan hijab sehingga hisabnya privasi. Adapun orang-orang yang tidak beriman hijabnya Allah buka, semua orang bisa melihat dengan jelas kemaksiatan yang dia lakukan, orang-orang yang tampaknya sholeh namun tidak sholeh, orang-orang yang munafik, semuanya terlihat. Maka ketika bayangan ini bisa kita hadirkan, huru-hara kejadian saat yaumul hisab bisa kita rasakan maka akan timbul di dalam hatinya rasa takut kepada Allah, Kemudian ketika perasaan takut itu ada dalam hatinya, maka dia akan cegah dirinya untuk melakukan kemaksiatan. Fainna al-jannata hiya al-ma’waa , sungguh surga adalah balasan yang tepat dan setimpal untuk orang yang takut pada Allah SWT. Dan ketika kita membaca tentang surga maka kita harus tau apa itu surga? Agar muncul di dalam dirinya rasa rindu dengan surga. Perumpaan surga yang Allah siapkan untuk orang-orang yang bertaqwa. Surga yang dibawahnya ada sungai-sungai, sungainya seperti apa? Airnya yang sangat jernih dan tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari susu, sungai-sungai yang terbuat dari Khamr yang tidak memabukkan dan lezat rasanya, dan sungai sungai yang terbuat dari madu pilihan (47:15). Apakah kita akan meninggalkan surga demi menuruti hawa nafsu untuk berbuat maksiat ?, Demi Allah tidak, makanan surga abadi (47: 15), ketika kita memakan buah yang ada di surga, memetiknya maka buah itu akan langsung tumbuh, setiap kita mengunyah antara kunyahan satu dengan kunyahan yang lain, akan makin lezat makin lezat dan makin lezat. Tidak ada kenyang dan tidak ada lapar kita makan dan minum bukan untuk kebutuhan, namun hanya untuk bersenang-senang, meluapkan kebahagiaan setelah kita bersusah payah, berletih-letih selama di dunia. Kita telah memilih untuk berletih terlebih dahulu selama 60-70 tahun di dunia untuk istirahat selama-lamanya dan sepanjang masa di surga. Maka jangan lakukan sebaliknya, memilih untuk bersenang-senang dan foya-foya di Dunia untuk meninggalkan kesenangan dan kebahagian yang haqiqi, yang selamanya di surga. Buah-buahnya sangat dekat hingga tidak perlu kita memetiknya, langsung menjalar ke mulut kita (69:23). Bayangkan dimana ada di dunia ini hidangan makanan yang seperti itu. Khusus untuk para lelaki ada satu kenikmatan di surga, mereka akan sibuk bergaul dengan para bidadari (36:55). Salah satu ulama di zaman nabi ar-rabi’ bin khutsaim pernah digoda oleh seorang pelacur, ketika perempuan tersebut mulai menampakkan auratnya, maka rabi’ pun tertawa, ketika ditanya mengapa kamu tertawa, ini bentuk iman, rabi’ pun menjawab, saya tinggalkan Surga demi kamu. Demi Allah tidak akan saya Lakukan. Kita bisa mengambil pelajaran ketika hawa nafsu mulai mengajak kita kepada kemaksiatan, maka kita bisa mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan rabi’. Kata kata yang keluar dari keimanan yang sangat dalam, ketika sampai kepada telinga wanita tersebut, membuat si wanita tersebut berubah tertegun sejenak, seraya mengatakan, saya tinggalkan surga demi rupiah ini, demi upah ini, betul Demi Allah tidak akan saya lakukan, maka bertaubatlah perempuan ini dan berubah menjadi seorang ahli ibadah.
Ayat 42-46 surat An-nazi’at yang membahas apa itu hari kiamat
Ya-assaluunaka ‘ani as-sa’ati ayyana mursaaha, mereka bertanya, kapan sih hari kiamat itu? Allah jawab. Fiima anta min dzikraahaa, Muhammad tidak ada urusanmu untuk menjawab pertanyaan ini. ila rabbika muntahahaa, yang penting semua akan kembali kepada Allah SWT. Innamaa anta mundziru man yakhsyaahaa, tugasmu Muhammad hanya untuk mengingatkan orang-orang yang Takut. Kaanahum yawma yaraw-nahaa lam yalbatsuu illaa ‘asyiyatan aw dhuhaahaa, tatkala nanti mereka menyaksikan hari kiamat itu, mereka akan sadar bahwasanya kehidupan dunia itu hanya singkat, seperti hidup di ½, 1/3 atau ¼ siang saja, hidup di siang hari saja.
Maka bacalah Al-Quran kemudian berusaha untuk memahami maknanya dan membaca tafsirnya. Maka terjawab mengapa di bulan Ramadhan masih banyak orang yang melakukan maksiat, karena kurangnya rasa takut kepada Allah SWT, kenapa kurang rasa takut kepada Allah SWT? Karena tidak mengenal siapa Allah SWT, mengapa tidak mengenal Allah SWT? Karena tidak pernah membaca Al-quran atau membaca al-Quran tapi tidak mentadabburi ayatnya, karena dia juga tidak mengenal hakikat hari kiamat, tidak mengenal hakikat surga dan neraka yang Allah terangkan. Itulah alasan mengapa orang-orang tidak bersemangat untuk melakukan ibadah dan berani melakukan maksiat. Namun apabila kita mengenal Allah akan timbul rasa cinta dalam hati kita, tidak hanya itu, juga akan timbul rasa takut, sama seperti ketika kita mencintai seseorang maka tidak akan hanya timbul rasa cinta namun juga rasa harap dan juga rasa takut. Takut bila orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita, takut orang yang dicintainya marah, begitu pula ketika kita mencitai Allah, muncul rasa takut, takut jika Allah murka kepada kita, dan berharap agar Allah menerima amalan-amalan kita.
………………………….
SESI DISKUSI
Mengapa ketika berada di majelis ta’lim seperti ini kita merasa teringat dengan surga dan neraka, namun ketika selesai dan rasa diawasi oleh Allah hilang, lalu bagaimana?
Pertanyaan ini sama seperti apa yang ditanyakan Handzallah kepada abu bakar, wahai abu bakar handzallah sudah menjadi orang yang munafik, mengapa munafik?, tatkala saya berkumpul dengan Rasulullah SAW seakan-akan saya melihat surga dan neraka, namun ketika sudah kembali ke rumah bergaul dengan anak istri kita, lupa dengan surga dan neraka. Abu bakar pun mengatakan ‘aku juga merasakan yang sama’ maka berangkatlah mereka berdua untuk bertanya kepada Rasulullah SAW. Kata Rasulullah SAW ‘itu adalah hal yang normal tapi dilakukan sesekali’. Itulah namanya iman, ketika kita sadar bahwa iman itu naik dan turun, itu mendidik diri kita agar ketika menjadi orang yang sholeh jangan sombong dengan kesholehan, ketika melihat seseoarang berbuat kemaksiatan jangan hina jangan remehkan orang yang berbuat maksiat, karena kita juga bisa seperti dia, itulah iman, makanya kita diminta untuk terus menuntut ilmu agar terus bertambah iman kita. Kalaupun iman kita menurun, maka janganlah sampai berbuat kepada kemaksiatan, kalaupun berbuat kemaksiatan cepat-cepatlah bertaubat, cepat-cepatlah memohon ampun menyadari kesalahan yang kita lakukan, jangan tunda taubat kita, meskipun kita beribu kali berbuat kemaksiatan, jangan kita beri ruang untuk syetan lebih menjerumuskan kita kepada kemaksiatan. Tersadar bertaubat, tersadar lagi bertaubat lagi, jika Allah melihat keseriusan itu nantinya, maka in syaa Allah, Allah akan wafatkan kita ketika iman kita lagi naik-naiknya.
Sumber : https://youtu.be/BMPkS3qlbug