[VoB2021] Penyeimbang Rasa Percaya Diri


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-370

Topik: Parenting

Sabtu, 26 Juni 2021

Materi VoB Hari ke-370 Pagi | Penyeimbang Rasa Percaya Diri

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayParentingWeek53Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa lingkungan dapat memberikan berbagai dampak pada remaja.

Misalnya, lingkungan di California, menurut Ustaz, sangat tidak baik untuk para remaja muslim. Ada banyak paparan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Akan tetapi, meski tidak separah di California, sebenarnya di Texas juga ada masalah yang sama. Jika kita menemui remaja-remaja di Texas dan menanyakan bagaimana lingkungan di sana, kita bisa syok saat mendengarnya.

***

Topik terkait remaja yang pernah disinggung Ustaz ada beberapa, diantaranya adalah tentang rasa percaya diri, tidak mementingkan diri sendiri, rasa hormat, rasa malu, dan sikap rendah hati.

Sikap rendah hati merupakan penyeimbang bagi rasa percaya diri.

Sekarang ini, banyak remaja yang terlalu percaya diri sampai-sampai mereka menjadi arogan. Ada rasa ego yang terlalu besar di dalam diri mereka dan itu sangat berbahaya.

Dengan mengajarkan mereka sikap rendah hati, rasa ego yang berlebihan ini dapat diseimbangkan.

Lalu bagaimana mengajarkan mereka tentang sikap rendah hati?

Sikap rendah hati sering disalah artikan di sekolah. Mereka terkadang menganggap sikap ini sebagai kelemahan karena orang yang rendah hati dilihat sebagai orang yang tidak dapat membela diri.

Berbeda dengan anak-anak yang selalu membantah dan berbicara balik kepada lawan bicara mereka. Anak-anak yang seperti ini malah sangat dihormati karena dianggap bisa membela diri. 

Sungguh sebuah ironi ketika lingkungan di dalam sekolah malah merayakan sebuah arogansi.

Menanamkan sikap rendah hati kepada remaja memang sebuah pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan, tapi bukan berarti tidak bisa.

Meski sulit, penanaman dan pengajaran ini tetap harus dilakukan karena ini sangat penting dan genting untuk anak-anak kita.

Bersambung.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 23. Teenagers – Parenting (13:47 – 15:00)


Materi VoB Hari ke-370 Siang | Menanamkan Tujuan Hidup pada Remaja

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayParentingWeek53Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Topik tentang kualitas kepribadian terakhir yang perlu dibahas adalah tentang mengetahui tujuan hidup. Kenapa saya ada di bumi ini, apa yang akan saya lakukan di dunia ini, apa hal yang paling penting di hidup saya, apa yang saya inginkan, dan pertanyaan-pertanyaan dasar lainnya.

Pertanyaan semacam ini, sayangnya, dijawab oleh hampir semua pemuda dengan sangat dangkal.

Jawabannya tidak jauh-jauh dari film yang tayang pekan depan, konser musik yang bisa diikuti, tempat-tempat traveling yang ingin dikunjungi, keinginan memiliki barang-barang tertentu, keinginan bertemu artis pujaan, dan semua yang sangat materialistik.

Jawaban-jawaban semacam ini sebenarnya bisa dikatakan bukan tujuan hidup, mereka sebenarnya tidak atau belum memiliki tujuan hidup. 

 ***

Saat Ustaz masih SMA, Ustaz pernah bekerja di sebuah tempat yang berlokasi di Junction Boulevard, Queens, New York. Rata-rata orang yang tinggal di sana adalah orang hispanic. Tidak hanya bekerja, Ustaz juga sempat belajar bahasa Spanyol.

Ustaz bekerja di sebuah toko yang menjual pakaian bagi orang-orang yang berpotensi menjadi pengedar narkoba. Mengapa Ustaz berkata demikian? Karena pakaian yang dijual sangat gangster. Mulai dari sepatu boots yang kebesaran, celana jeans model robek-robek, atasan yang aneh, dan lain-lain. Semua barang itu dijual kepada anak-anak yang tingginya hanya mencapai 146 cm.

Bekerja di toko itu membuka pandangan Ustaz tentang bagaimana kultur remaja di daerah tersebut.

Rekan-rekan kerja Ustaz kebanyakan adalah mereka yang memang tinggal di daerah itu. Setiap minggu mereka mendapat gaji sebesar 150 bucks atau setara 2 juta rupiah. Gaji itu didapat setelah bekerja sekitar 40 jam. Itu terhitung uang yang cukup banyak. 

Lalu untuk apakah uang itu digunakan? Salah satu dari mereka menggunakannya untuk membeli sepatu Jordan edisi terbaru. Padahal orang itu tidak mampu untuk membayar sewa rumah, tapi mampu untuk membeli sepatu. Itulah hal yang paling penting untuknya, sebuah tendangan yang indah lebih berharga dari apapun.

Itu adalah sebuah gaya hidup yang menyedihkan, bukan? Akan tetapi, kita tahu bahwa banyak sekali para pemuda yang mengadopsi gaya hidup seperti demikian. Mungkin bukan pada sepatu, bisa saja itu adalah tas bermerek, konser tiket musik, game terbaru, produk make up terkenal, dan lain-lain.

Anak-anak muda menjadi sangat materialistik, tidak punya tujuan kecuali hanya untuk menghibur dan mempercantik dirinya sendiri. 

Bersambung.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 23. Teenagers – Parenting (15:00 – 17:45)


Materi VoB Hari ke-370 Sore | Dua Dimensi Iman untuk Mendidik Remaja

Oleh: Icha Farihah

#SaturdayParentingWeek53Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Jika semua nilai tersebut tidak ditanamkan, kita akan menghadapi jalan yang buruk.

Dua-tiga puluh tahun dari sekarang, mereka akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri, egois, tidak hormat, tidak tahu malu, dan arogan. Bisakah kita bayangkan lingkungan apa yang akan terjadi? Umat macam apa kita nanti?

Para remaja yang saat ini kita kritik adalah para pemimpin kita di masa depan. 

Ketiadaan penanaman nilai-nilai ini seperti membangun sebuah bangunan tanpa pondasi. Cepat atau lambat, bangunan itu akan roboh dan kita sebagai penanggung jawab bangunan tersebut seharusnya tidak perlu terkejut tentang hal itu.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita membangun dengan benar?

Dari pandangan personal Ustaz, bagian ini sebenarnya akan dibahas singkat dan di sesi lain, kita harus memahami cara kerja iman.

Iman itu memiliki dua dimensi, dimensi spiritual dan intelektual.

Dimensi spiritual bersifat naik dan turun. Kita pernah merasakan saat salat yang sangat khusyu sampai-sampai kita menangis. Pada saat itu iman kita sangat tinggi. Akan tetapi, kita juga pernah merasakan saat salat dan berdoa tidak ada rasanya, hampa dan hambar. Pada saat itu iman kita sedang turun. Dimensi spiritual dari iman ini seperti ombak di lautan, terkadang ombaknya besar, terkadang kecil.

Sedangkan iman secara dimensi intelektual berbeda. Beriman dengan intelektual artinya kita meyakini 100%  di dalam pikiran kita bahwa Islam adalah benar, Islam adalah jalan hidup yang terbaik, Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna, dan sunnah dari Nabi Muhammad shalallaahu ‘alayhi wa salam adalah tuntunan hidup yang paling baik. Semua yang disampaikan adalah lebih baik dari apapun dan semua yang berkebalikan darinya adalah tidak layak dan menyedihkan.

Dimensi intelektual itu seperti kita meyakini panasnya matahari. Itu adalah fakta dan realitas bagi kita. Maka Islam pun demikian.

Permasalahan yang kita hadapi pada komunitas Islam saat ini adalah kita hanya melihat iman dengan dimensi spiritual semata dan mengesampingkan dimensi intelektual.

Bagaimana penjelasan lengkapnya?

Bersambung pekan depan, insyaAllaah.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 23. Teenagers – Parenting (18:41 – 20:12)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2021] Penyeimbang Rasa Percaya Diri

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s