[SSR1442] QS. Asy-Syams


Sharing Subuh Ramadan #10

Tanggal: 22 April 2021

Kontributor: Andrean Maulana

Notulis: Mutia Farida

Surat Asy-Syams memiliki keterkaitan dengan surat sebelumnya yaitu surat al Balad. Dalam surat al Balad dijelaskan adanya beberapa konflik yang terjadi seperti disebutkan dalam ayat ke dua. Dimana Rasulullah diberikan kisi-kisi akan berkonflik dengan orang kafir Mekah.

Keterkaitan lainnya dengan surat al Balad adalah bahwa manusia selalu berkonflik untuk bertahan hidup. Konflik antara manusia dengan Allah dan konflik orang-orang kafir yang mengambil jalan susah dan konflik orang yang membutuhkan pertolongan karena dia menempuh jalan yang susah tersebut.

Sedangkan kesamaan surat al Balad dengan surat Asy-Syams adalah manusia ditunjukkan dua jalan sehingga disini ada pertentangan orang yang menjadi baik dan orang yang tidak baik. Hal itu dijelaskan dalam ayat 11-14.

Surat Asy-Syams sendiri pembahasannya lebih fokus pada aspek psikologis jiwa manusia bagaimana kita bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

**************

Dalam surat Asy-Syams ayat 1-6 menjelaskan tentang perumpamaan-perumpamaan yang Allah berikan untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya konflik. Disamping itu Allah membuka surat ini dengan menyebutkan sejumlah ciptaannya agung sehingga kita merasa menjadi kecil.

Pada ayat pertama surat Asy-Syams, Allah menggunakan sumpah yang berhubungan dengan waktu. Itu artinya waktu tersebut sangat penting.

وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ – ١

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari.

Makna وَضُحٰىهَاۖ adalah matahari awal waktu yang kondisinya ringan. Matahari belum bersinar seratus persen terang benderang.

وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ – ٢

Demi bulan apabila mengiringinya

Ayat ke dua ini mengisyaratkan bahwa bulan akan memancarkan cahayanya selama matahari bersinar. Jika matahari tidak bersinar maka bulan pun tidak bisa bercahaya karena cahaya bulan  merupakan pantulan sinar matahari.

وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ – ٣

demi siang apabila menampakkannya

Dalam ayat ke tiga ini Allah mengulangi pentingnya matahari bagi kehidupan manusia. Pengulangan ini menegaskan pentingnya cahaya serta besarnya karunia Allah akan cahaya.

وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ – ٤

demi malam apabila menutupinya (gelap gulita),

Ini merupakan pengungkapan yang sangat indah. Dimana ayat 3 dan 4 menggambarkan bahwa matahari dan bulan terus bergerak.

وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ – ٥

Demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan)

As-samaa dari segi bahasa adalah apa saja yang ada di atas kita seperti bulan, bintang dan lain-lain. Ayat ini mengilustrasikan bahwa langit itu sangat kokoh, tidak tergoyahkan dan harmonis. Sedangkan bagaimana ia bisa dibangun dan apa yang menahan bagian-bagiannya supaya tidak berantakan itu semua tidak kita ketahui. Ini adalah gambaran bagaimana Allah menciptakan langit yang sangat menakjubkan.

وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ – ٦

Demi bumi serta penghamparannya

Ayat ke enam ini menjelaskan bahwa bumi digambarkan untuk manusia dan makhluk lain. Terhamparnya bumi sebagai tempat berpijak manusia karena keberadaan ciptaan lainnya yaitu matahari, bulan, dan benda angkasa lain. Bahwa semesta ini bergerak dengan teratur dan ada yang mengaturnya yaitu Allah Subhanahu wata’ala.

Kesinergian antara matahari, bulan, siang, malam menjadi sesuatu yang dibuat untuk manusia dan itu diciptakan oleh Allah. Integrasi keseluruhan sistem ini akan menciptakan konflik. Perumpamaan-perumpamaan di awal surat tersebut berhubungan dengan analogi nafs pada ayat ke tujuh.

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ – ٧

Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya.

Nafs adalah jiwa. Sesuatu yang bersemayam dan mengendalikan dalam tubuh manusia. Allah bersumpah dengan jiwa (nafs) karena jiwa menentukan kualitas manusia. Saleh atau tidaknya seseorang ditentukan oleh kesucian jiwanya. Allah menganalogikan nafs dalam tubuh itu seperti matahari dengan sinarnya.

Diqiyaskan juga bahwa bahwa nafs dan ruh selalu berkonflik seperti matahari dan bulan. Nafs ini bisa baik, bisa juga buruk. Dan yang diharapkan Allah adalah bagaimana kita bisa menciptakan keseimbangan sehingga kita bisa menjalankan perintah Allah dengan seimbang.

Instrumen lain untuk mengendalikan nafs adalah wahyu. Ini yang kita pinta pada Allah pada Allah agar nafs kita tetap seimbang.

 فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya

Ayat ke delapan ini menjelaskan bahwa dengan adanya nafs ini kita ditunjukkan bahwa da jalan fujuur dan ada jalan taqwa. فُجُوْرَهَا diartikan nafs yang menggiring kita pada nafs iblis. Sedangkan تَقْوٰىهَاۖ adalah nafs yang menggiring kita pada jalan taqwa pada Allah.

Allah memberikan potensi pada manusia untuk memilih jalan fujur dan jalan taqwa. Ketika kita bisa mengendalikan nafs untuk memilih jalan taqwa. Maka diapresiasi oleh ayat selanjutnya.

  قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

sungguh beruntung orang yang  terus menerus menyucikannya (jiwa itu).

Ayat ke sembilan ini menjelaskan bahwa proses untuk memilih jalan taqwa itu tidak berlangsung sekali tapi terus menerus hingga ajal tiba. Ini adalah motivasi bahwa ketika tergelincir melakukan dosa kita masih memiliki kesempatan untuk menyucikan diri (bertaubat).

Beberapa strategi untuk menyucikan Nafs diantaranya;

  1. Muhabatun nafs yaitu mengoreksi diri sendiri.
  2. Bertaubat
  3. Mengisi setiap detik dengan amal saleh.
  4. Bergaul dengan orang saleh.
  5. Menghadiri majlis taklim.
  6. Selalu berdoa pada Allah SWT.

Kita harus terus menerus membersihkan diri kita. Jangan  sampai kita merasa sudah suci sehingga berhenti bertaubat.

Kemiripan matahari dan nafs ini adalah matahari dengan kecerahannya, nafs dengan dampaknya. Matahari memberi keuntungan bagi manusia untuk mengarahkan pada hal yang baik. Nafs juga sama mengarahkan hal yang baik.

 وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Ayat ke sepuluh ini merupakan penegasan bagi Orang-orang yang tidak bisa menyeimbangkan atau mengendalikan nafsnya. Sehingga ia lebih condong memilih jalan fujuur. Menyeimbangkan nafs disini maksudnya seseorang tidak boleh merasa sudah mencapai derajat taqwa tapi juga tidak boleh terlalu pesimis sehingga terus menerus berbuat dosa tapi tidak segera bertaubat.

Ayat ke sebelas hingga ke lima belas merupakan penjelasan kisah kaum Tsamud. Kaum Tsamud adalah kaum yang secara individu baik tapi secara sosial kurang baik. Mengapa kaum Tsamud yang dipilih? Mungkin karena kisah kaum Tsamud ini cukup terkenal di kalangan bangsa Arab pada masa itu.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=LcsXttTvy-g

2 thoughts on “[SSR1442] QS. Asy-Syams

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s