[VoB2021] Tanggung Jawab Eksklusif Allah terhadap Al-Qur’an


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-361

Topik: Divine Speech

Kamis, 17 Juni 2021

Materi VoB Hari ke-361 Pagi | Tanggung Jawab Eksklusif Allah terhadap Al-Qur’an

Ditulis oleh: Icha Farihah

#ThursdayDivineSpeechWeek52Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sebelumnya kita telah membahas tentang kesempurnaan tata urutan Al-Qur’an dari sisi historisnya menurut Hamiduddin Farahi.

Di akhir tulisannya, Farahi menyampaikan bahwa sisi historis memang menarik, tetapi untuknya pribadi, itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan dirinya tentang kesempurnaan tata urutan Al-Qur’an.

Ustaz Nouman mengatakan bahwa ia cukup yakin dengan argumen itu, tapi tidak bagi Farahi. Ia membutuhkan lebih dari sisi historis.

Maka Farahi mencoba melihat argumen lain lewat Al-Qur’an itu sendiri, apakah Al-Qur’an dengan sendirinya mampu meyakinkan Farahi atau tidak. Apakah Al-Qur’an dapat membela dirinya tentang ide bahwa keseluruhan Al-Qur’an memang sempurna.

Farahi melihat pada dua tempat yaitu pada surat ke-75 dan ke-85. Surat Al-Qiyamah dan Al-Buruj.

Di surat Al-Qiyamah ayat 17, Allah berkata: “inna ‘alaynaa jam’ahu wa qur’aanahu.”

Menurut Ustaz, terjemahannya adalah “tanggung jawab kami, tidak ada keraguan tentang itu, untuk mengumpulkannya dan membacakannya.”

Cara pengucapan di ayat itu terasa aneh, bukan?

Terjemahan normalnya seharusnya adalah “Tidak ada keraguan. Mengumpulkan dan membacakannya adalah tanggung jawab kami.” 

Lalu kenapa Ustaz Nouman menerjemahkannya dengan tidak lazim? Apa yang terjadi ketika terjemahannya seperti itu? 

Dengan terjemahan yang aneh itu, kita dapat menangkap makna bahwa tugas mengumpulkan Al-Qur’an sepenuhnya hanya menjadi tanggung jawab Allah. 

Allah mengambil tanggung jawab secara eksklusif untuk tidak hanya mengumpulkan, tetapi juga untuk dapat dibacakan. 

Jadi, cara terkumpulnya Al-Qur’an adalah hanya tindakan dan perbuatan dari Allah ta’ala semata. Bukan perbuatan manusia. Itulah makna yang dimaksud di dalam ayat tersebut.

InsyaAllah bersambung ba’da zhuhur.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (32:24 – 34:56)


Materi VoB Hari ke-361 Siang | Kata Qur’an dalam Dua Media

Ditulis oleh: Icha Farihah

#ThursdayDivineSpeechWeek52Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allah bertanggung jawab tidak hanya mengumpulkan, tetapi juga memastikan bahwa Al-Qur’an dibacakan dengan semestinya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di masa-masa terakhir kehidupan Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam, Al-Qur’an dibacakan kepada Malaikat Jibril sebanyak dua kali. Kemudian juga telah dijelaskan tentang Zaid bin Tsabit yang menjadi saksi pembacaan tersebut.

Allah memastikan bahwa Al-Qur’an terbaca sebagaimana seharusnya, tidak kurang dan tidak lebih.

Itulah kesimpulan untuk surat Al-Qiyamah ayat ke-17 ini.

Farahi sudah cukup yakin dengan ayat ini. Tetapi, dia juga menambahkan surat lainnya yaitu Surat ke-85, Al-Buruj, karena ada bagian yang menarik ketika membahas kesempurnaan tata urutan Al-Qur’an.

Allah mengatakan pada dua ayat terakhir surat ini, “Bal huwa qur’aanum majiid. Fii lawhim mahfuudz.”

Agar lebih memahami konteks ayat ini, Ustaz akan menjelaskan terlebih dahulu perbedaan antara kata “Qur’an” dan “Kitab”.

Di dalam bahasa Arab Al-Qur’an, nama yang disematkan kepada Al-Qur’an tidak hanya satu, melainkan ada nama-nama lain yang salah satunya adalah Al-Kitab.

Perhatikan contoh kedua ayat berikut. 

Wa uuhiya ilayya haadzal qur’aanu.” (QS Al-An’am, 6:19)

Inna hadzal qur’aana yahdii lilatii hiya aqwamu.” (QS Al-Isra, 17:9)

Ketika Allah berbicara tentang Qur’an, kata yang digunakan adalah hadza (ini). Maka artinya, Al-Qur’an ini.

Akan tetapi, ketika berbicara tentang Al-Kitab, Allah menggunakan dzalika (itu). Contohnya ada di Surat Al-Baqarah ayat 1, “dzalikal kitaabulaa rayba fiihi.”

Kata “ini’ digunakan untuk sesuatu yang dekat.

Kata “itu” digunakan untuk sesuatu yang jauh.

Qur’an berasal dari kata qara’a artinya untuk dibaca (to recite). Maka secara harfiah, kata qur’an memang memiliki arti sesuatu yang dibaca.

Sedangkan kitab berasal dari kata kataba yang artinya tertulis. 

Jadi, qur’an berarti sesuatu yang dibaca dan kitab berarti sesuatu yang tertulis.

Ketika Al-Qur’an yang dibicarakan adalah untuk dibaca, Allah menggunakan kata ‘ini’, sedangkan ketika yang dibicarakan tentang Al-Qur’an secara tertulis, Allah menggunakan kata ‘itu’.

Kenapa kata ‘itu’ untuk kitab?

Karena Al-Qur’an tidak ditulis di bumi. Ia ditulis sangat jauh, di tempat yang tidak dapat digapai manusia, yaitu lauhful mahfudz. Maka dari itu, Allah katakan “kitab itu”, “dokumen yang tertulis itu.”

Adapun bacaan Al-Qur’an terjadi di bumi. Makanya Allah gunakan “qur’an ini” (hadzal qur’an).

Dari penjelasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an dituangkan dalam dua media. Media tulisan dan lisan. 

Jika media tulisan maka kata yang tepat untuk digunakan adalah kitab. 

Jika media lisan maka kata yang tepat adalah qur’an.

InsyaAllah bersambung ba’da ashar.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (34:56 – 38:15)


Materi VoB Hari ke-361 Sore | Qur’an Sama Dengan Kitab

Ditulis oleh: Icha Farihah

#ThursdayDivineSpeechWeek52Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Setelah memahami perbedaan kata qur’an dan kitab, Ustaz melanjutkan pembahasan surat Al-Buruj ayat 21-22.

Bal huwa qur’anum majiid. Fii lawhim mahfuudz.”

Ketika berbicara kata qur’an, kita langsung mengingat medianya adalah lisan. Akan tetapi, coba perhatikan ayatnya lagi.

Jika diterjemahkan ayat ini berarti,

“Itulah qur’an yang mulia. Yang tersimpan di lauh mahfudz.”

Bukankah lauh mahfudz berada jauh dari bumi?

Bukankah itu berkaitan dengan sesuatu yang tertulis? 

Bukankah kata yang tepat untuk disandingkan bagi lauh mahfudz adalah kitab?

Kita berharap ayatnya berbunyi bal huwa kitabum majiid. Kitab lebih tepat untuk lauh mahfudz daripada qur’an.

Itulah ekspektasi kita setelah kita tahu bedanya qur’an dan kitab.

Namun, Allah menggunakan kata qur’an di ayat ini supaya kita memahami kesempurnaan Al-Qur’an.

Allah memberikan pemahaman kepada kita bahwa apa yang kita baca di sini sama persis dengan apa yang di sana, lauh mahfudz. Qur’an yang dibaca di bumi tidak berbeda dengan kitab yang tertulis di langit.

Mau bagaimanapun media dari Al-Qur’an, entah itu tertulis maupun lisan, ia tetap dan akan selalu sama. 

InsyaAllah bersambung pekan depan.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (38:15 – 39:26)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s