Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-351
Topik: Pearls from Juz ‘Amma
Senin, 7 Juni 2021
Materi VoB Hari ke-351 Pagi | Dua Gambaran Hari Kiamat pada Surat An-Naba
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuzAmmaWeek51Part1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sekarang kita akan membahas bagian terakhir dari surat An-Naba.
Pada ayat-ayat terakhir surat ini, Allah menjelaskan bagaimana Allah begitu Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Akan tetapi, meskipun pada ayat yang sama, pembahasannya berubah dengan cepat. Dari topik kasih sayang Allah kepada alam semesta menjadi topik bahasan hari kiamat.
رَّبِّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا ٱلرَّحۡمَٰنِۖ لَا يَمۡلِكُونَ مِنۡهُ خِطَابٗا
“Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pengasih, mereka tidak mampu berbicara dengan Dia.” (QS An-Naba, 78:37)
Penyebutan hari kiamat di sini adalah penyebutan yang kedua. Penyebutan pertama ada di ayat ke-17.
إِنَّ يَوۡمَ ٱلۡفَصۡلِ كَانَ مِيقَٰتٗا
“Sungguh, hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan.” (QS An-Naba’, 78: 17)
Pada penyebutan pertama ini, Allah menggambarkan tentang kejadian-kejadian besar yang akan terjadi di hari penghakiman kelak. Sangkakala akan ditiup (QS 78:18), langit akan terbuka (QS 78:19), gunung-gunung akan berjalan (QS 78:20), dan seterusnya.
Adapun pada ayat ke-37, gambaran hari kiamat lebih berfokus pada kerendahan hati setiap makhluk di hadapan Sang Pencipta.
Para malaikat dan ruh akan berdiri dengan urutan yang rapi (QS 78:38), sedangkan manusia yang menyombongkan diri (orang-orang kafir, pen) akan menyesal atas perbuatan mereka selama berada di dunia, “alangkah baiknya dahulu aku menjadi tanah.” (QS 78:40).
Bersambung insyaAllah ba’da zhuhur.
*****
Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 03. An-Naba (Ayah 37-40) – A Concise Commentary (0:00:00 – 0:01:26)
Materi VoB Hari ke-351 Siang | Barisan Rapi Tentara Malaikat
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuzAmmaWeek51Part2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يَوۡمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ صَفّٗاۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَقَالَ صَوَابٗا
“Pada hari ketika rūh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar.” (QS An-Naba, 78: 38)
Kalimat laa yatakallamuuna illaa man adzina lahurrahmaana wa qaala shawaabaa memiliki arti bahwa manusia tidak memiliki wewenang sama sekali terhadap persoalan apa pun di hari kiamat nanti. Mereka tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berbicara tentang apa saja.
Penjelasan tentang bagian ini akan dilanjutkan pada sesi selanjutnya.
*****
Hari penghakiman adalah sebuah kesunyian yang mutlak.
Meskipun demikian, pada awalnya, manusia masih dapat berbicara dan saling bertanya. Seperti dijelaskan pada ayat berikut:
وَقَالَ ٱلۡإِنسَٰنُ مَا لَهَا
Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?” (QS Al-Zalzalah, 99:3)
Mereka bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di muka bumi. Mereka akan menangis ketika buku amalan mereka selama di dunia dibawa ke hadapan mereka. Mereka akan mengatakan “maali haadzal kitaabi laa yughaadiru shagiirataw wa laa kabiiratan illaa ahshaahaa” (QS Al-Kahfi, 17:49). Artinya, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis).
Kitab yang ada di hadapan mereka tidak pernah melupakan amalan kecil maupun besar yang telah dilakukan manusia selama di dunia.
Pada saat hari kiamat kelak, akan ada orang-orang yang berbicara seperti pada ayat-ayat tersebut. Akan tetapi, akan ada juga momen di mana semua menjadi hening dan sunyi. Tidak ada seorang pun yang diizinkan untuk berbicara kecuali atas izin dari Allah ta’ala.
Itulah gambaran kejadian yang akan terjadi di hari kiamat dan telah direkam dengan baik di dalam ayat ini.
*****
“Yawma yaquumurruuhu wal malaaikatu shaffaa.”
Layaknya sebuah pengadilan, akan ada tentara-tentara yang bertugas untuk melindungi proses peradilan tersebut.
Gambaran seperti ini juga akan kita temukan di hari penghakiman kelak.
Para tentara malaikat akan berdiri sesuai tempatnya masing-masing. Mereka berdiri bershaf-shaf dengan tegak, lurus, dan rapi. Dan pada barisan paling depan pasukan besar itu, ada satu malaikat yang memimpin mereka. Namanya adalah Jibril ‘alayhis salam.
Jadi, kata ruuh di ayat ini merujuk kepada Jibril sebagai komando pasukan ditemani pasukan tentara malaikat lainnya.
Lalu, kenapa ada tentara malaikat di hari penghakiman?
Para malaikat bertugas untuk mengeksekusi keputusan Sang Hakim, Allah ta’ala, atas seorang hamba. Apakah seorang hamba akan dibuang ke neraka atau diselamatkan ke dalam surga.
Para malaikat ini berasal dari semua kalangan, baik yang berada di dalam neraka maupun di dalam surga. Mereka ikut di dalam barisan tentara itu dan siap sedia untuk meneruskan perintah Sang Hakim.
Bersambung insyaAllah ba’da ashar.
*****
Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 03. An-Naba (Ayah 37-40) – A Concise Commentary (0:01:26 – 0:03:20)
Materi VoB Hari ke-351 Sore | Tidak Ada Basa-Basi di Pengadilan Akhir
Oleh: Icha Farihah
#MondayJuzAmmaWeek51Part3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Laa yatakallamuuna. Tidak ada yang dapat berkata-kata. Baik manusia maupun malaikat. Termasuk juga malaikat yang ada di samping kita ketika berada di dunia.
Illaa man adzina lahurrahmaana wa qaala shawaabaa. Kecuali mereka yang diizinkan oleh Allah. Dan siapa pun yang mampu berbicara, ia akan mengatakan kebenaran saja. Tidak ada penambahan maupun pengurangan fakta.
*****
Ustaz Nouman menceritakan tentang kesukaannya terhadap seri Court Room Show ketika beliau masih muda. Ustaz sangat menyukai topik-topik yang berkaitan dengan hukum dan aturan.
Ketika menyaksikan seri tersebut, Ustaz melihat ada pola yang sama.
Seorang pengacara yang hadir di persidangan biasanya akan menyampaikan kata-kata yang panjang dan tentunya itu sangat membuang waktu.
Ada satu kasus di seri tersebut yang menginterogasi seorang eksekutif perusahaan. Hakim mengajukan pertanyaan dengan tegas.
“Mohon dijawab dengan jelas dan singkat, apakah Anda menandatangani atau tidak menandatangani berkas keuangan analisis tersebut?”
Sang eksekutif tersebut menjawab.
“Jadi, ketika saya berusia tujuh tahun, saya mengendarai sepeda untuk pertama kalinya. Itu adalah pengalaman paling berpengaruh dalam hidup saya….”
Orang itu terus berbicara dengan pola berputar-putar dan menjauh dari jawaban sampai akhirnya waktu sidang habis dan dilanjutkan esok hari.
Begitulah proses persidangan yang terjadi di dunia. Mereka yang ditanya akan mengulur waktu dan tidak pernah mencapai poin pertanyaan yang dibutuhkan.
Meskipun sang hakim sudah mengingatkan untuk “to the point”, mereka tetap akan beralasan bahwa tujuan cerita yang panjang lebar itu membantu dalam menjawab poin petanyaan.
Berbeda dengan proses penghakiman di hari kiamat.
Wa qaala shawaabaa. Dan dia hanya mengatakan hal yang benar dan akurat.
Shawaabaa berasal dari kata ishaba yang berarti memukul sesuai target. Tidak ada basa-basi, komentar tambahan, atau hal-hal lain yang membuat proses penghakiman di hari kiamat berjalan lambat.
Bersambung insyaAllah pekan depan.
*****
Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 03. An-Naba (Ayah 37-40) – A Concise Commentary (0:03:20 – 0:05:16)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah