Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-349
Topik: Parenting
Sabtu, 5 Juni 2021
Materi VoB Hari ke-349 Pagi | Individual Time Itu Penting
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek50Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Di materi minggu lalu, kita belajar bahwa orang tua itu cenderung lebih sayang ke anak yang lebih kecil. Apalagi jika si kecil itu masih bayi. Masih berada dalam gendongan.
Keluarga Ustaz juga pernah mengalaminya. Kali ini Ustaz menceritakan apa yang dialami oleh istri beliau.
Suatu hari, di sebuah penerbangan. Istri Ustaz harus menggunakan kamar kecil pesawat bertiga. Padahal lavatory itu desainnya adalah untuk digunakan seorang manusia saja 😃.
Tiga orang itu adalah: si kecil yang kebelet pipis, istri Ustaz yang harus menemani si kecil, dan adik bayi dalam gendongan istri Ustaz.
Di penerbangan itu konon istri Ustaz mencatatkan rekor dunia: 17 kali (seventeen trips) ke kamar kecil 😃.
Karena membawa enam orang anak sekaligus dalam sebuah perjalanan udara (air travel) … masyaAllah …
Kembali ke topik yang sedang kita bahas …
Tidak ada masalah dengan memberi perhatian kepada anak yang paling kecil. Tapi jangan lupakan perhatian kepada anak yang paling besar.
Kita harus memastikan bahwa anak kita yang paling besar juga mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya.
Kita harus memastikan bahwa anak kita yang paling besar punya individual time dengan ayah atau ibunya.
Jangan sampai ayah atau ibu tidak punya waktu untuk ngobrol berdua dengan anak yang paling tua.
Tidak harus ngobrol juga sih. Main game berdua juga bisa. Menyelesaikan puzzle berdua juga bisa.. Yang penting masih ada one-on-one time dengan anak tertua.
Ustaz sendiri mengaku bahwa cara beliau menjaga kebersamaan berdua dengan anak tertua adalah dengan bermain puzzles.
Tidak selalu berdua saja, karena kadang anak-anak yang lain juga ikut nimbrung. Ikut main. Gapapa juga. Malah makin seru.
Tidak selalu 100 persen “bermain” juga. Karena selalu ada kesempatan untuk menyisipkan percakapan di sela-sela permainan itu.
Saat Ustaz traveling, setiap sebulan sekali Ustaz membawa serta salah seorang anak beliau. Ikut traveling bersama Ustaz.
Memang disengaja seperti itu. Membawa salah satu anak saja. Membawa semua anak ikut serta, bukan sebuah gagasan yang bagus, menurut Ustaz.
Dengan “membawa satu saja”, Ustaz bisa memberikan “individual time” kepadanya, tidak bersama anak-anak yang lainnya.
Bulan berikutnya, Ustaz tetap “membawa satu saja”, tapi anak yang lainnya lagi, yang merasakan “individual time” bersama Ustaz.
Demikian seterusnya. Maka masing-masing anak Ustaz bisa merasakan “individual time” bersama Ustaz. Masing-masing dari mereka. Tanpa kecuali.
Pernah suatu ketika Ustaz traveling untuk mengajar program bahasa Arab selama 10 hari. Saat itu Ustaz membawa dua putrinya ikut traveling bersama beliau.
Ustaz tidak akan pernah melupakannya. Bagi Ustaz, itu adalah saat-saat terindah. Saat-saat terbaik. Mengapa?
Karena, kapan lagi seorang ayah menghabiskan waktunya 24/7 selama 10 hari berturut-turut bersama anak-anaknya?
Ustaz mengajak kita untuk bertanya kepada diri kita masing-masing: Kapan terakhir kali kita sebagai orang tua, menghabiskan waktu 24/7 selama 3 hari saja, bersama anak-anak kita?
Tiga hari berturut-turut di mana kita bertanggung jawab atas semuanya. Atas apa pun yang terjadi dengan anak-anak kita itu. Kita sendiri, bukan dibantu orang lain.
Repot?
Iya, mungkin. Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi yang pasti, momen seperti itu menjadi momen yang sangat indah. Yang sulit terlupakan.
Momen yang luar biasa. Momen yang pantas untuk dikenang. Baik oleh orang tuanya, maupun oleh anak-anaknya.
Sarapan bareng. Makan siang bareng. Makan malam bareng. Jalan pagi bareng. Jalan sore bareng. Ngobrol bareng. Istirahat bareng.
Semuanya dilakukan secara bersama-sama.
Sebagai orang tua, kita harus pandai mencari waktu untuk menemukan kesempatan seperti itu. Kesempatan untuk menjalin kebersamaan dengan anak-anak kita. Kesempatan untuk punya individual time bersama masing-masing anak kita.
Apalagi seorang ayah. Harus pintar mencari waktu. Untuk membangun ikatan itu. Ikatan yang kuat yang terbangun melalui individual time dengan masing-masing anaknya.
Tentu saja, sang ayah juga harus membolehkan anak-anak dan ibundanya untuk punya waktu untuk mereka sendiri.
A lot of good parenting will boil down to time management.
Biasanya pengasuhan yang baik akan bermuara pada manajemen waktu.
Bisakah sebuah keluarga menyusun rencana di mana seminggu sekali sang ibunda makan malam dengan salah satu anak saja? Dan sang ayah yang menjaga semua anak yang lainnya.
Lalu begitu juga dengan sang ayah. Seminggu sekali makan malam dengan salah satu anaknya. Salah satu saja.
Tidak harus makan malam juga. Mungkin cuma beli es krim. Mungkin salat ’Isya’ di sebuah masjid. Mungkin ke toko buku. Yang penting: individual time itu terbangun.
Mengapa ini penting?
Karena ketika semuanya ada di rumah, apalagi jika Anda punya anak yang banyak, semuanya “menyerbu” Anda. Dan Anda jelas tidak punya individual time dengan masing-masing dari mereka.
Mungkin Anda hendak mencoba memberikan individual time itu kepada salah satu putra Anda. Tapi keburu yang lain mendatangi Anda. Buyar.
Makin banyak anak, makin susah untuk memberikan individual time itu. Dengan enam anak saat itu saja Ustaz mengaku sudah tidak punya lagi day off.
Tak terbayangkan kalau anaknya tujuh atau lebih. Dengan enam anak saja sudah tidak jelas lagi kapan liburnya.
“Memberi masing-masing anak individual time itu apa terlalu idealis ga ya?”
Kata Ustaz, ”You wanna be able to do that as best as you can.”
Insyaallah kita bisa mengusahakannya, melakukannya semampu kita.
Ada dua hal lagi yang penting untuk kita pahami.
Insyaa Allaah kita lanjutkan ba’da zhuhur.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 22. Big Things Worthy of Addressing (18:00 – 21:34)
Materi VoB Hari ke-349 Siang | Starting the Day with a Positive Note
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek50Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kali ini yang ingin Ustaz bagi adalah sebuah wawasan dari nasihat Luqman radhiyAllaahu ‘anhu kepada anaknya.
Ada nasihat yang sangat penting di sana. Yang insyaAllah bermanfaat untuk para orang tua di zaman now.
Ustaz mengajak diri maupun semua dari kita untuk starting the day with a positive note. Mengawali hari dengan sesuatu yang positif.
Anak-anak bangun pagi. Mungkin ada anak yang bangun sendiri bahkan sebelum Anda bangun. Mungkin ada anak yang harus Anda bangunkan. Dan Anda perlu membangunkan mereka, satu per satu.
Anda bisa meluangkan waktu 10 hingga 30 detik, tidak lebih, dengan masing-masing anak, bicara pada mereka tentang sesuatu yang positif, untuk mengawali hari.
Anda bisa bicara dengan anak yang sulung lebih dulu, meneguhkan bahwa Anda dan si sulung akan menebar kebaikan hari itu.
Atau, kalau perlu, Anda bisa juga meneguhkan bersama salah satu putra Anda bahwa tidak akan ada pertengkaran atau perkelahian hari itu.
”Ayah merasa, kamu akan jadi anak yang keren hari ini. Sepulang dari sekolah nanti, ayah akan bangga sama kamu karena hari ini hatimu damai dan kamu sama sekali tidak berkelahi di sekolah.”
Lalu giliran putra yang lebih muda, “Kamu makin besar aja. Mama yakin kamu juga makin baik hari ini, tidak lagi mengganggu sisters kamu.”
“Enggak mungkin lah, Ma. Aku nggak mungkin gangguin mereka. Mama udah tahu itu.”
“Iya. Kamu memang baik. Kamu tidak akan gangguin mereka.”
Lalu dengan anak yang lain lagi, “Hebat sekali kamu bangun sendiri pagi ini! Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan buat kita. Hari ini adalah hari yang luar biasa!”
Pernyataan-pernyataan yang positif itu akan menancap di kepala mereka. Memang, beberapa detik saja, tapi itu sudah cukup buat mereka.
Lalu saat kita mengantar mereka ke sekolah, atau saat mereka menunggu bus sekolah, masih ada sedikit waktu untuk bermain bersama, mereka mulai merasakan kebenaran dari peneguhan tadi.
Mereka berangkat sekolah sambil berdoa, ”Subhaanalladzii sakhkhara lanaa wamaa kunnaa lahuu muqriniin”. ”Wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun”.
Dan kita bisa melanjutkan doa itu, mendoakan untuk anak kita, “Ya Allah, kami tidak ingin terlibat pertengkaran atau perkelahian hari ini. Kami tidak ingin saling lempar sehingga seragam sekolah kami jadi kotor.”
“Kami tidak akan menyodok satu sama lain. Kami tidak akan marah jika kami tidak mendapatkan tempat duduk dekat jendela hari ini.”
“Kami tidak punya masalah dapat tempat duduk di baris ke berapa pun hari ini. Kami hanya ingin melalui hari ini dengan damai dan bahagia.”
”Aamiin”.
Dan tepat setelah memimpin doa tadi, kita memeriksa kesan mereka, “Benar begitu kan, anak-anak?”
😃😃
Hanya beberapa kalimat. Tapi itu akan mengendap di alam bawah sadar mereka. Tinggal kemauan kita saja untuk mengucapkan doa-doa seperti itu.
Kata-kata itu pengaruhnya luar biasa. Fadzakkir innafa’atidzdzikraa. Ingatkan mereka karena peringatan itu bermanfaat.
Sebuah reminder singkat telah mengarahkan hari itu. Segalanya berjalan lancar. Damai. Tenang. Bahagia.
Yang tadinya amburadul, centang perenang, berantakan, porak poranda, berubah jadi hari yang tenang penuh tawa canda.
Sebuah reminder kecil telah mengubah wajah hari itu. Dengan niat dari hati yang tulus. Dengan izin Allah.
Doa serta reminder kecil tadi kita lakukan di awal hari.
Itulah salah satu dari dua hal penting yang Ustaz ingin kita pahami dan, tentunya, kita amalkan di kehidupan nyata.
Berarti masih ada satu hal penting lagi yang akan menjadi nasihat pungkasan Ustaz di sesi ini.
Insyaa Allaah kita lanjutkan ba’da ‘ashar.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 22. Big Things Worthy of Addressing (21:34 – 24:27)
Materi VoB Hari ke-349 Sore | Don’t Stop Caring
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek50Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Nasihat pungkasan Ustaz untuk sesi ini adalah staying positive in the end. Tetap positif di akhir hari.
Mengapa ini penting?
Karena hari kita tidak selalu mulus.
Pertengkaran atau perkelahian anak-anak kita mungkin masih terjadi. Ada anak yang bikin masalah.
Ada anak yang menumpahkan susu di karpet atau di sofa. Ada yang memecahkan piring atau gelas.
Atau mungkin juga kucing yang pipis atau BAB sembarangan. Meski kita sudah berdoa dan memberi mereka reminder di pagi hari 😃😃.
Sebagai orang tua, kita bisa saja melakukan seribu satu usaha untuk mendisiplinkan anak-anak kita, tapi jangan sampai kita melupakan bagian akhirnya.
Yang dimaksud bagian akhirnya adalah sebuah aksi yang positif, yang memastikan bahwa kita tetap positif di akhirnya.
Caranya?
Bisa dengan a hug. Sebuah pelukan ke anak kita. Sambil kita mengelus-elus punggungnya dan mengucapkan, “Ayah sayang sama adik.”
Jika air mata Anda sedang tak terbendung, Anda bisa berhenti dulu. Tarik nafas dulu. Yang agak panjang juga boleh, karena nafas panjang menjadi indikator jauh dari Covid-19 😊😊.
Jika Anda masih mampu melanjutkan kata-kata, Anda bisa meneruskan dengan kata-kata peneguhan yang positif.
Bolehkah kita masih mendisiplinkan mereka dan membuat mereka punya bad feeling terhadap kita atau terhadap orang lain?
Perasaan yang tidak enak itu baik. Untuk beberapa jam saja. Tapi pastikan kita netralkan situasinya sebelum mereka beranjak tidur.
Mungkin yang lebih tepat adalah, bukan menetralkan, melainkan mengubahnya menjadi kembali positif. Seperti saat mengawali hari.
Jangan sampai anak-anak merasa bahwa Anda membenci mereka sekarang. Untuk beberapa jam, tidak masalah, tapi usahakan untuk menutup hari dengan positif.
Siang harinya, ketika anak Anda melakukan kesalahan, Anda boleh mendisiplinkan dia. Secara wajar.
Tapi malam harinya, Anda sudah duduk satu meja dengannya saat makan malam. Suasana sudah mencair kembali.
Mengapa ini penting?
Karena anak-anak akan tahu bahwa kita tidak holding a grudge. Kita, sebagai orang tua, tidak menyimpan dendam.
Jangan sampai justru kita, sebagai orang tua, yang ngambek. Tidak mau bicara dengan anak selama seminggu!
🙈🙈
“Tapi mama saya seperti itu kok!”
Iya, gapapa, biarkan beliau seperti itu, tapi Anda bisa memulai sesuatu yang lebih baik.
Jangan sampai kita mengatakan, “Anak saya yang satu itu memang tidak cinta sama mamanya. Tidak punya rasa hormat sama sekali!”
Ada alternatif yang lebih baik, “Nak, saat kau mengucapkan itu tadi, itu melukai perasaan Mama. Tapi Mama tahu sebenarnya maksud kamu tidak seperti itu. Mungkin kamu sedang marah jadi kata-kata itu terucap begitu saja. Tapi Mama memang merasa sakit mendengarnya.”
Bukankah ketulusan seperti ini jauh lebih baik? Daripada jauh terperosok masuk ke kubangan kemarahan yang tak berujung?
Yang lebih parah adalah, semoga kita semua para orang tua terhindar dari hal ini, ketika kita gagal mengelola ini dengan baik, maka kita tidak saja “menyedihkan” sebagai orang tua, kita juga “menyedihkan” sebagai suami atau istri.
🙈🙈
Anda punya bad mood dengan anak Anda. Lalu perasaan yang buruk itu mengalami resonansi sehingga Anda juga punya bad mood dengan pasangan Anda.
Sang istri sedang marah sama anaknya. Melihat suaminya akan keluar rumah, istrinya langsung menyambar, “Mau ke mana kamu!!??”
Sang suami bingung sendiri. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini saat mau berangkat salat ke masjid. Tapi sekarang …
“Aku tuh punya jenggot, Mama … Tidak seperti putri kita …”
“Ah, sama aja!!”
😃😃
Para ayah juga kadang suka “panas” sama anak dan butuh waktu untuk “dingin” kembali. Nasihat Ustaz adalah: Cool off quick.
Boleh “panas”, tapi jangan lama-lama. Cepatlah menjadi “dingin”. Mungkin ada setan yang sedang “menyalakan kompor”. Jadi para ayah juga harus waspada.
Sayangilah anak-anak kita. Secara proporsional.
It means a lot for our children that we forgive and move on.
Berarti sekali buat anak-anak kita bahwa kita, orang tua mereka, suka memaafkan, dan membiarkan kesalahan mereka terkubur ditelan waktu.
Sikap memaafkan itu menyembuhkan. Anak-anak itu akan kembali kepada kita dan bercerita panjang lebar. Karena mereka tahu bahwa orang tua mereka mampu memaafkan.
Ustaz sering mendapat pertanyaan dari anak-anak, “Mengapa Mak saya selalu marah sama saya?” Atau, “Mengapa Babe saya selalu meneriaki saya?”
Penting buat para orang tua untuk menyapu habis kesedihan anak-anak ini. Karena kalau tidak, mereka akan mengambil jarak dengan orang tua mereka.
Semarah apa pun kita sebagai orang tua, don’t stop caring. Jangan pernah berhenti untuk peduli dengan anak-anak kita.
Pemandangan terburuk yang pernah Ustaz saksikan adalah para orang tua di negeri-negeri muslim, yang ketika anak-anak mereka beranjak remaja, para orang tua tadi berhenti untuk peduli.
Mereka berhenti untuk peduli pada keluarga. Mereka berhenti untuk peduli pada martabat rumah tangga.
Mereka berhenti untuk peduli pada konsekuensi atas keputusan yang telah mereka ambil. Keputusan untuk tidak peduli.
Kita tidak ingin seperti itu dengan keluarga kita.
Kita tidak ingin seperti itu dengan anak-anak kita.
Semoga Allah mudahkan untuk menjadi orang tua yang peduli.
Dan tetap peduli.
Insyaa Allaah kita lanjutkan minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 22. Big Things Worthy of Addressing (24:27 – habis) [End]
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2021] Individual Time Itu Penting – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike