[VoB2021] Mafāzā untuk yang Bertakwa


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-337

Topik: Pearls from Juz ‘Amma

Senin, 24 Mei 2021

Materi VoB Hari ke-337 Pagi | Mafāzā untuk yang Bertakwa

Oleh: Wina Wellyanna

#MondayJuzAmmaWeek49Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kelak Allah akan bertanya tentang bagaimana kita melihat atau memandang seseorang, karena segala sesuatu telah dicatat.

Wa kulla syai`in aḥṣaināhu kitābā

Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. (Q.S An-Naba’ ayat 29)

Fa żụqụ, maka rasakan!

Fa lan nazīdakum illā ‘ażābā, dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.

Azab lagi dan lagi, hanya itu yang kelak akan ditambahkan.

Ayat akan gambaran neraka yang menakutkan kemudian dilanjutkan dengan apa yang kita semua sangat dambakan: 

Inna lil-muttaqīna mafāzā, sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan.

Tidak ada yang perlu diragukan, orang-orang yang bertakwa akan sukses di akhirat.

Mafāzā bisa diartikan sukses pada waktunya, tempat di mana ia akan menang, kelak.

Di mana tempat kemenangan itu?  Jannah.

Dan kapan waktu ia akan mendapat kesuksesan?  Pada hari kebangkitan.

Dua pernyataan yang dirangkum dalam satu ayat:  inna lil-muttaqīna mafāzā.

Mafāzā, dalam bahasa Arab adalah dharf dimana ia berarti waktu dan tempat.

Sebelumnya bagi mereka yang zalim, Allah memisahkan penyebutan ayat hari penghisaban dan neraka.

Sementara bagi orang yang bertakwa, hari kemenangan dan jannah terangkum dalam satu kata mafāzā.

Sehingga bisa terlihat betapa lancar jalan yang kelak dilalui orang yang bertakwa dari Hari Penghisaban sampai ke Jannah.

Semoga kita adalah bagian dari orang-orang yang bertakwa.

Inna lil-muttaqīna mafāzā, menyeru kepada orang-orang yang bertakwa.  

Kenapa ya Allah tidak menyeru kepada believers atau orang-orang yang beriman?  

Karena mereka yang beriman belum tentu menjaga diri mereka, sedangkan orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang sangat amat menjaga diri mereka.

Memang harus menjaga diri dari apa?

Pertama menjaga diri dari nafsu di dalam dirinya sendiri.  Manusia terdiri dari jiwa dan raga.

Raga kita (tanpa jiwa) sama dengan hewan, raga kita memiliki nafsu, nafsu makan, nafsu memuaskan kehendaknya, mata yang selalu ingin melihat hal menarik.  Raga sangat terpanggil dengan hal-hal tersebut.

Jiwa kita yang mengendalikan si raga, ia yang berkata pada raga “Berhenti!, kamu bukan hewan!”

“Jangan mengunyah makanan yang tidak jelas.”

“Jangan melakukan hal-hal yang di luar batas.”

“Tahan nafsumu!”

Kemudian apabila kita terus mengabaikan si jiwa, ia akan “tercekik” dan kita akan kehilangan “suara” yang mengingatkan.

Seseorang yang biasa berolahraga rutin akan merasa otot-ototnya menjadi lebih lemah jika ia tidak lagi rutin berolahraga. 

Sebulan saja vakum berolahraga, massa ototnya pasti tidak lagi sama.

Proses olahraganya harus kembali lagi dari awal jika ingin mengembalikan massa ototnya seperti sedia kala.

Sama halnya jika kita sering mengabaikan mendengar jiwa, lama-lama ia akan menjadi lemah dan terus melemah sampai tidak bisa lagi membedakan benar dan salah, sudah tidak ada bedanya dengan hewan.

Dan Al-Qur’an tidak lagi hidup dalam dirinya, karena hatinya sudah mati.

Insya Allah berlanjut ba’da Zhuhur.

Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (1:03:35 – 1:06:27).


Materi VoB Hari ke-337 Siang | Neraka Tidak Sebercanda Itu

Oleh: Wina Wellyanna

#MondayJuzAmmaWeek49Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Liyunżira ma kāna ḥayyan

Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) (Q.S Yasin ayat 70).

Hanya hati yang hidup yang bisa diberi peringatan dari Al-Qur’an.

Jika diri tak lagi terpengaruh oleh isi Al-Qur’an, berarti hatinya sudah tidak lagi hidup. 

ḥadā`iqa wa a’nābā

(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur (Q.S An-Naba’ ayat 32).

Kebun-kebun yang disebut ini bukan kebun biasa, tapi kebun yang sangat sangat luas, serta berwarna-warni dan ada buah anggurnya.

Apakah ini pertama kalinya kita mendengar tentang kebun? 

Di dunia ini sudah banyak yang namanya kebun, tapi Allah membawa imajinasi kita ke level selanjutnya.

Ustaz menduga Allah akan mengabarkan ḥadā`iqa atau kebun-kebun untuk di dunia, dan jannah untuk di akhirat.

Tapi Allah membalik susunannya agar kita tahu yang satu (kebun) untuk yang lainnya (jannah).

Allah memberi gambaran kebun di dunia yang indah dan sering kita lihat mungkin di instagram atau YouTube, agar kita bisa membayangkan di surga kelak juga akan ada kebun tapi di luar imajinasi manusia. 

Allah juga memberi gambaran seberapa mengerikannya neraka itu agar kita menjadi takut dan berjuang di dunia agar tidak masuk ke dalamnya.

Lebih baik kita mengetahui gambaran neraka daripada harus menyaksikannya sendiri, kan? 

Mengapa Al-Qur’an menggambarkan neraka semengerikan itu, karena kitab Injil tidak menyebut tentang neraka, pun kitab Taurat juga tidak pernah menyebutkan sama sekali akan neraka. Tidak sama sekali.

Lebih menarik ya?

Allah memang sengaja menggambarkan keganasan neraka, kenapa?  Supaya kita tahu. Karena dunia kita tidak akan berubah apabila kita tidak pernah mengetahui atau mendengar atau bahkan takut terhadap neraka.

Itu sebabnya mereka yang kitabnya tidak menggambarkan neraka bisa membuat karikatur neraka dan menjadikannya olok-olokan.

Membuat lirik lagu metal dengan judul ”Highway to Hell”.  

Membuat film dengan tokoh tengkorak yang terbakar api dari neraka.

Untuk mereka, neraka tidak lebih dari sebuah lelucon.

Bersenang-senang dengan mengadakan barbeque menggunakan kostum penyihir memegang tongkat pada hari Halloween.

Untuk seorang muslim, neraka bukan perkara lucu.  

Allah menggambarkan neraka sangat jauh dari kesan yang sebercanda itu.

Kita. Harusnya. Serius. Dengan. Perkara. Neraka.

Wa kawā’iba atrābā

Perfectly match spouses pasangan-pasangan yang sebaya (Q.S An-Naba’ ayat 33)

atrābā berasal dari turob yang berarti tanah liat yang ingin kita pilih atau bentuk.

Untuk laki-laki, pasangan yang selalu ia idam-idamkan secara fisik dan karakter.

Ustaz meminta maaf kepada jamaah wanita untuk terus melanjutkan karena sedang membahas definisi kawā’iba

Seorang lelaki bisa saja terobsesi dengan fisik pasangannya, tetapi bisa jadi ketika si perempuan mulai berbicara, rasanya malah ingin membuatnya lompat dari tebing

Atau bisa jadi pasangan hidupnya adalah seseorang yang sangat mengagumkan, tapi ia tidak memiliki chemistry terhadapnya.

Atau “sisi yang ini oke, tapi ya gitu deh”

Ustaz bercanda dengan mengatakan “pasti kaum wanita juga memiliki segudang daftar yang tidak mereka sukai dari pasangannya sih”. 

Tapi ayat ini sedang merujuk kepada kaum laki-laki dan keinginannya akan pasangan yang sesempurna itu.  Padahal di dunia tidak ada yang sempurna.

Allah akan memberikan kaum laki-laki pasangan yang sempurnanya sesempurna dari yang paling sempurna tapi nanti, kelak di jannah, bukan di sini.

Untuk kaum wanita, pada sesi lain Ustaz akan menjabarkan apa yang ada di jannah nanti, in syaa Allah.

Kenapa ayat ini ada?  Karena wanita adalah hasrat terbesar laki-laki.

Allah dalam ayat lain mendeskripsikan bahwa wanita adalah senjata pamungkas tipu dayanya setan untuk menjerat kaum laki-laki.

Jadi, ayat ini sebagai jaminan kepada kaum laki-laki bahwa Allah akan menangani impian-impiannya. 

Insya Allah berlanjut ba’da Ashar.

Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (1:06:27 – 1:10:00).


Materi VoB Hari ke-337 Sore | Perayaan di Surga

Oleh: Wina Wellyanna

#MondayJuzAmmaWeek49Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Wa ka`san dihāqā

Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman) (Q.S An-Naba’ ayat 34)

Hmmm, terus kenapa dengan gelas yang tumpah dan terisi penuh dengan minuman?  Apa poin pentingnya?

Bayangkan kita berada di kebun maha luas super indah, artinya kita ada di sebuah scene yang mewah, mungkin dengan aula besar di kejauhan, orang-orang berlalu-lalang, teman-teman saling mengangkat gelas dan bersulang, lalu isi minumnya tumpah ruah, tapi hey, ini surga, tidak ada yang namanya lantai basah dan kotor.

Sebuah pesta dengan gelas-gelas yang isinya selalu penuh, ini berarti momen-momen penuh kesenangan.

Kita coba deskripsikan ulang apa yang terjadi : taman yang indah, wanita-wanita menarik, gelas-gelas yang berisi minuman, dan entah hal astaghfirullah apa lagi yang biasanya ada di sebuah pesta dunia, tapi Allah sediakan sebagai gambaran di surga nanti.

Sebuah scene yang ketika kita lihat di dunia, refleks kita akan menutup mata dan mengucap “laa hawla wa laa quwwata illa billah”

Tapi Allah mengabarkan keadaan di surga semirip dengan itu, jauh lebih indah dari khayalan kita pastinya.

Lā yasma’ụna fīhā lagwaw wa lā kiżżābā

Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. (Q.S An-Naba’ ayat 35)

Sebuah pesta tanpa tanpa perkataan yang sia-sia atau kebohongan, tapi bukan berarti hanya ada hal serius yang dibicarakan.

“Lihat, jeruknya terlihat bagus, mungkin rasanya enak”

Terdengar membosankan?

Lagwaw artinya sia-sia, tidak mencerminkan mengenai hal penting.

Sedangkan kelak di surga, semua yang kita ucapkan pasti mengandung hal yang ada maksud pentingnya, bukan hanya  sekedar ucapan basa-basi seperti ketika dua keluarga sedang bertemu untuk sebuah lamaran dan membuka obrolan dengan percakapan semacam “Bagaimana cuaca di Chicago?  Katanya bandaranya sedang dalam pembangunan ya?”

Tujuan pertemuannya bukan untuk membicarakan bandara, ’kan?

Terkadang orang membuka percakapan santai sebelum menyampaikan maksudnya, bisa jadi orang yang diajak bicaranya adalah tipe yang mudah lelah dengan obrolan ringan, lalu berandai-andai kapan percakapan basa-basi ini selesai.  

Di surga tidak ada percakapan basa-basi yang membosankan.

Di surga tidak ada percakapan dusta, di dunia mungkin kita sering membaca atau mendengar hal-hal yang menjelekkan Islam.

Di surga tidak lagi ada kedustaan menyakitkan yang diucapkan orang tentang Al-Qur’an, atau tentang orang-orang beriman.

Kiżżābā, atau percakapan dusta hanya ada di dunia.

Insya Allah berlanjut minggu depan.

Sumber: Home / Quran / Deeper Look / 78. An-Naba / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (1:10:00 – 1:12:30).


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.

Jazakumullahu khairan

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s