[VoB2021] Urutan Ini Penting: Mendengar, Bicara, Melihat


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-325

Topik: Pearls from Al Baqarah

Selasa, 18 Mei 2021

Materi VoB Hari ke-325 Pagi | Urutan Ini Penting: Mendengar, Bicara, Melihat

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek48Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Urutan itu harus kita pahami. Shummun, bukmun, ‘umyun. Mereka tuli, bisu, dan buta. Urutannya seperti itu.

Jika Anda mendengar firman Allah, Anda ingin mempelajarinya. Salah satu cara mempelajarinya adalah dengan bertanya. 

Fas-aluu ahladzdzikri in kuntum laa ta’lamuun (QS An-Nahl, 16:43 dan QS Al-Anbiya’, 21:7). Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.

Para sahabat di zaman itu selalu bertanya. Hampir setiap waktu. Haus akan ilmu. Tentang sebuah kata di Al-Qur’an. Wamaa haadzaa. Wamaa haadzaa. Apa ini? Apa ini?

Jadi, urutan pertamanya, para sahabat mendengarkan dulu Qur’an yang dibacakan Rasulullah. Lalu sahabat bicara atau bertanya untuk mempelajarinya.

Di Al-Baqarah 18 ini, pendengaran mereka diblokir. Mereka tuli. Mereka tidak bisa mendengar kata-kata. 

Pengucapan mereka juga diblokir. Mereka bisu. Mereka tidak bisa mengucapkan kalimat dan kata-kata.

Tapi jika mereka mau *mendengar*, dan mereka mau *bicara* untuk bertanya dan belajar, maka cara mereka cara pandang mereka akan berubah. Mereka akan bisa *melihat*.

Jadi urutan “mendengar, bicara, melihat” ini penting. Urutan shummun (tuli), bukmun (bisu), ‘umyun (buta) ini, penting. Deaf, dumb, blind.

Mereka tidak mau *mendengar*.

Mereka tidak mau *bicara* untuk bertanya dan belajar.

Maka tidak mengherankan kalau mereka tidak bisa *melihat*.

Lalu bagian yang indah dari Al-Baqarah 18 adalah fahum laa yarji’uun. They’re not gonna come back. Mereka tidak akan dapat kembali. 

Kembali ke mana?

Kembali ke fithrah yang sama yang pernah Allah anugerahkan kepada mereka sebelumnya. 

Kalau kita tengok kembali, apa hal pertama yang Allah hilangkan dari diri mereka? 

Cahaya.

Cahaya mereka.

Di dalam diri manusia ada ruuh. Ada sejak bayi. Ruuh itu punya nama lain. Ruuh juga disebut nuur.

Dan Al-Qur’an juga adalah nuur.

Kita berdoa kepada Allah, ”Allaahumma nawwir quluubanaa bi nuuril qur’aan.” 

“Ya Allah, penuhilah hati kami dengan cahaya.”

Perumpamaan yang ada di Surah Nur, hati kita diisi dengan cahaya. Dalam perumpamaan ini, Allah menghapus cahaya itu. 

Sebenarnya Allah pernah memberi mereka cahaya. Dan cahaya yang ada di dalam hati mereka itu sebenarnya juga cukup untuk melihat cahaya kalam Ilahi.

Tapi mereka menolaknya. Arogansi mereka menutupi cahaya itu. Mereka tidak mau membiarkan cahaya itu keluar. Cahaya itu tertutup. Maka Allah putuskan untuk menghilangkan cahaya itu.

“Kamu tidak mau cahaya?”

“Kamu tidak mau fithrah itu ada di sana?”

“Oke, Aku hilangkan dari dirimu.”

Kira-kira begitu yang Allah katakan kepada mereka.

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da zhuhur.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 07. Al-Baqarah (Ayah 17-20) – A Deeper Look

(39:07 – 41:07)


Materi VoB Hari ke-325 Siang | Atrofi Spiritualitas

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek48Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kalau kita tidak melatih diri, menggunakan cahaya yang telah Allah berikan kepada kita, maka cahaya itu akan diambil atau dilenyapkan.

Itu adalah prinsip ciptaan Allah. 

Allah memberi kita tangan. 

Allah memberi kita mata atau penglihatan.

Jika kita menggunakan eye cover atau eye mask yang menutupi kedua mata kita dan membiarkannya seperti itu selama satu tahun, apa yang akan terjadi? Saat kita singkirkan tirainya, apa yang akan terjadi?

Kemungkinannya mata kita sudah menjadi buta.

Jika kita tidak menggunakan kaki kita selama satu tahun penuh. Kita hanya tiduran saja di kasur. Berbaring terus selama satu tahun. 

Maka setelah tepat satu tahun, apakah kita mampu untuk berdiri? Apakah kita mampu untuk melangkah dan berjalan?

Tidak.

Kita akan mengalami atrofi.

Allah memberi kita kapabilitas lalu kita tidak menggunakannya maka kita akan kehilangan kapabilitas itu. Allah mengambilnya kembali.

Hal yang sama juga terjadi secara spiritual.

Allah memberi kita kapabilitas untuk menerima kebenaran, selama bertahun-tahun. Kita melihat kebenaran itu tapi kita tidak menerimanya, apa yang akan terjadi.

Kapabilitas kita untuk menerima kebenaran, kapabilitas kita untuk menggunakan cahaya yang telah Allah berikan kepada kita, dicabut kembali dari diri kita. 

Dzahaballaahu binuurihim (QS Al-Baqarah, 2:17). Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka.

Watarakahum fii zhulumaat. Lanjutannya masih di ayat yang sama. Dan Allah membiarkan mereka berada dalam kegelapan.

Laa yubshiruun. Ujung ayat Al-Baqarah 17. Mereka tidak dapat melihat. 

Di sisi lain, ada kaum Yahudi, yang menunggu-nunggu datangnya seorang nabi. Seorang utusan Allah. 

Artinya, mereka menunggu datangnya cahaya. Dan cahaya itu akhirnya datang beneran

Apakah mereka mengenali cahaya itu? 

Jawabannya ada di Qur’an. Ya’rifuunahuu kamaa ya’rifuuna abnaa-ahum (QS Al-Baqarah, 2:146 dan QS Al-An’am, 6:20).

Mereka mengenalinya, yakni Muhammad shallallaahu ‘alayhi wasallam, seperti mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.

Mereka mengenali Al-Qur’an, cahaya itu, seperti mereka mengenali anak-anak keturunan mereka sendiri.

Sama sekali tidak ada keraguan yang tersisa bahwa cahaya ini adalah wahyu yang selama ini mereka tunggu-tunggu.

Tapi kesombongan mereka menahan mereka untuk menerima cahaya dan kebenaran Al-Qur’an itu.

Mereka menganggap bahwa yang menerima Al-Qur’an adalah generasi yang kastanya lebih rendah dari mereka.

Apalagi nabi yang diutus itu menyedihkan. Dia tidak bisa membaca. Dia juga tidak bisa menulis. An unlettered person. Seseorang yang tidak terpelajar.

Subhaanallaah. Subhaanallaah. Subhaanallaah. Orang beriman tidak akan sampai hati untuk mengucapkan kata-kata di paragraf yang terakhir tadi.

Di ayat sebelumnya, tepatnya di Al-Baqarah 13, mereka malah memanggilnya sufahaa’. Orang yang kurang akal. Padahal merekalah orang-orang yang kurang akal itu.

Allah telah memberi mereka cahaya milik mereka sendiri. Sebagian Taurat masih ada di diri mereka. Dan melaluinya, mereka seharusnya bisa melihat kebenaran Al-Qur’an.

Tapi karena mereka tidak mau melatih kapabilitas mereka untuk menerima Al-Qur’an itu, dzahaballaahu binuurihim. Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka.

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da ‘ashar.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 07. Al-Baqarah (Ayah 17-20) – A Deeper Look (41:07 – 43:05)


Materi VoB Hari ke-325 Sore | Fii Man Huwa Adz-Dzabiih

Oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek48Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Watarakahum fii zhulumaatin laa yubshiruun (QS Al-Baqarah, 2:17). Allah membiarkan mereka dalam kegelapan. Mereka tidak dapat melihat.

Shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun (QS Al-Baqarah, 2:18). Sekarang mereka sudah tuli. Mau diperdengarkan Al-Qur’an kayak apa pun mereka tidak bisa mendengar lagi. Berarti ayat-ayat-Nya tidak mungkin lagi menembus ke hati mereka. 

Mereka tidak akan terpana lagi. Mereka tidak akan bilang, “Ini dia ayat-Nya yang kita tunggu-tunggu itu.” Tidak. Mereka hanya akan diam.

Malahan mereka mengutak-atik dan mengubah-ubah ayat. Yuharrifuunal kalima ‘an mawaadhi’ihi (QS An-Nisa’, 4:46 dan QS Al-Ma’idah, 5:13).

They continue to change the words from its place. Allah menggunakan present tense di sini. Mereka terus-menerus mengubah kata-kata dari tempatnya.

Bukan hanya di zaman old. Di zaman now mereka masih melakukannya. Mengubah kata-kata itu. Memelintir ayat-ayat-Nya. Subhaanallaah.

Salah satu role model yang diteladani Ustaz, seorang ulama dari abad terkini, Hamiduddin Farahi rahimahullaah, beliau menulis sebuah buku yang luar biasa: Fii Man Huwa Adz-Dzabiih (‘في من هو الذبيح’). Which of Abraham’s Son was Sacrificed?. Dari dua putra Ibrahim ’alayhis salaam, yang manakah yang dikorbankan?

Buku itu merupakan sebuah hasil penelitian yang luar biasa. Beliau adalah ulama yang brilian dalam penguasaan bahasa Arab. Beliau juga seorang master dalam bahasa Ibrani.

Beliau mempelajari bahasa Ibrani selama delapan tahun hanya untuk meneliti sebuah masalah: siapakah sesungguhnya putra Ibrahim yang disembelih?

Karena kaum Yahudi mengatakan bahwa yang disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Isaac atau Ishaq ’alayhis salaam.

Dan kita, umat Islam, meyakini bahwa yang disembelih oleh Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail ’alayhis salaam.

Mengapa kaum Yahudi mengatakan bahwa yang disembelih adalah Ishaq? Karena mereka punya opini sendiri tentang dua putra Nabi Ibrahim itu.

Menurut mereka the blessed child atau anak yang diberkati adalah Ishaq. Sedangkan the cursed child atau anak yang dikutuk adalah Ismail ’alayhis salaam.

Subhaanallaah.

Tidak cukup sampai di situ. Mereka juga punya opini bahwa semua orang Arab dari garis keturunan Ismail ’alayhis salaam adalah terkutuk, maka agamanya pun terkutuk, oleh karena itu Islam adalah terkutuk.

Subhaanallaah.

Jadi akar masalahnya adalah siapa yang sebenarnya disembelih oleh Nabi Ibrahim ’alayhis salaam itu.

Karena masalah ini menarik dan sangat penting untuk diketahui, Hamiduddin Farahi memutuskan untuk menelitinya.

Bagian pertama dari buku beliau, yang diteliti hanyalah Taurat. Hanya Taurat. Yakni Taurat dalam bahasa Ibrani.

Dan di bukunya itu, buku yang berbahasa Arab, banyak kutipan (citation) yang ditulis dalam bahasa Ibrani. 

Hamiduddin Farahi menunjukkan dan membuktikan di mana saja mereka melakukan perubahannya. Mengubah kata-kata di Taurat.

Sebagai contoh, mereka menyebutkan bahwa Ibrahim berjalan di antara sheefa dan mawra. Itu maksudnya adalah bukit Shafa dan Marwah. Mereka mengutak-atik huruf-hurufnya.

Mereka juga menyebutkan tentang “lembah yang tandus dengan mata air”. Kata mereka, letaknya dekat dengan temple of Solomon.

Tampak sekali bahwa mereka mengada-ada. Tentu saja temple of Solomon tidak ada di sana karena ini adalah era Ibrahim ’alayhis salaam

Solomon baru akan muncul berabad-abad kemudian. Tapi mereka mengacaukannya dengan memasukkannya di Taurat.

Hamiduddin Farahi berhasil membongkar kebohongan itu. 

Bagaimana Hamiduddin Farahi membongkar kebohongan tentang siapa yang sesungguhnya disembelih oleh Nabi Ibrahim ’alayhis salaam?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 07. Al-Baqarah (Ayah 17-20) – A Deeper Look (43:05 – 45:13)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2021] Urutan Ini Penting: Mendengar, Bicara, Melihat

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s