Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-326
Topik: Divine Speech
Kamis, 13 Mei 2021
Materi VoB Hari ke-326 Pagi | Kalimat yang Harus Dihindari oleh Para Pembelajar Al-Qur’an
Ditulis oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek47Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Seharusnya kita sudah masuk ke topik yang baru. Tapi Ustaz ingin merespons pertanyaan yang pernah diajukan.
Ustaz selalu berupaya, dengan ikhtiar terbaik yang bisa beliau usahakan, untuk memberikan penjelasan yang mudah dicerna.
Tapi upaya seperti itu bisa membuat kita punya kesan bahwa Ustaz menghadirkan hal-hal yang kurang perlu untuk dijelaskan. Ustaz tidak malu mengatakannya. Ustaz sudah belajar dari berbagai ulama tafsir dan mengoleksi hal-hal itu.
Pada saat yang sama, Ustaz ingin menjelaskan kepada kita tentang proses berpikir beliau. Supaya kita semua jelas tentang proses berpikir beliau itu.
Proses berpikir yang berkaitan dengan studi Al-Qur’an dan analisisnya. Mengambil sari patinya. Sehingga kita bisa menarik kesimpulan serta prinsip-prinsip dari situ.
Inilah yang Ustaz inginkan dari kita. Maksudnya, Ustaz ingin supaya kita punya kejelasan tentang proses berpikir seperti itu.
Pada akhirnya, apa yang bisa kita lakukan dengan firman-firman Allah ada tiga: ponder, wonder, inquire, dan try to find meaning.
Ponder artinya merenungkannya secara dalam dan cermat
Wonder artinya memenuhi ruang di dalam diri dengan kekaguman, yang membuat kita memuja-Nya, atau makin memuja-Nya.
Inquire artinya kita ingin mencari informasi lebih jauh, kita ingin bertanya kepada para ulama, kita ingin mencari jawaban dari hal-hal yang kita belum begitu jelas.
Try to find meaning berarti kita mencoba menemukan makna di balik ayat-ayat-Nya. Yang dimaksud di sini adalah beyond translation. Bukan sekadar terjemahan.
Ada prinsip-prinsip ajaran Al-Qur’an yang bisa kita pahami.
Untuk memahami prinsip-prinsip itu secara jelas, kita harus terlebih dahulu memahami ayat-ayat-Nya.
Kita harus terlebih dahulu memahami bahasa ayat-Nya.
Kita harus terlebih dahulu belajar sirah: bagaimana para sahabat berkomentar terhadap ayat-Nya.
Kita harus terlebih dahulu memahami great scholarly tradition. Tradisi ilmiah yang luar biasa.
Dan kita harus menghormati semua hal yang disebutkan di atas barusan, jika kita ingin menarik kesimpulan dengan baik.
Tapi, lagi-lagi, pada akhirnya, apa pun yang kita simpulkan, kita akan selalu mengatakan bahwa Allah knows best. Bahwa tidak ada yang lebih tahu tentang makna hakiki dari ayat-ayat itu kecuali Allah dan hanya Allah saja.
Pada akhirnya, jika Ustaz mengatakan, “Lihat betapa menakjubkan penggunaan kata-kata ‘kamu’ dan ‘mereka’ di ayat ini, dan penggunaan kata ‘kamu’ dan ‘mereka’ di ayat yang lain.”
Itu adalah “penemuan” yang telah berhasil diungkap oleh Ustaz. Atau oleh ulama-ulama terdahulu yang telah mengungkapkannya saat itu.
Tapi kita tidak boleh mengatakan, “This is the only reason Allah said this.” Terdengar kurang objektif.
“Inilah satu-satunya alasan kenapa Allah mengatakannya seperti ini.” Pernyataan seperti ini harus dihindari oleh setiap pembelajar Al-Qur’an.
“This is absolutely why Allah said this.”
“Inilah alasan yang mutlak mengapa Allah mengatakan ini.”
Pernyataan ini sama saja. Harus kita hindari.
Mengapa kita tidak boleh mengucapkan kata-kata seperti itu?
Kita lanjutkan insyaa Allaahu ta’aalaa di kesempatan berikutnya.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (00:00 – 02:25)
Materi VoB Hari ke-326 Siang | Dimulai dengan Sahabat Rasulullah
Ditulis oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek47Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Alasannya jelas: kita tidak punya otoritas untuk mewakili Allah. Kita tidak bisa melakukan itu. Kita bukan juru bicara Allah di muka bumi.
Ayat-ayat-Nya adalah kata-kata Allah. Intelektualitas kita tidak cukup untuk memahami ayat-ayat-Nya secara absolut.
Yang kita lakukan adalah: melihat “harta karun” ini. Setiap ayat, bukan keseluruhan Al-Qur’an ya, tapi setiap ayat, menurut Ustaz adalah sebuah samudra yang penuh harta karun.
Sekali lagi, Ustaz tidak menganggap keseluruhan Al-Qur’an sebagai sebuah samudra. Tapi satu ayat Al-Qur’an adalah sebuah samudra.
Di “samudra” satu ayat itu, Ustaz mencelupkan tangan beliau, mencoba untuk menggapai sesuatu, lalu menarik kembali tangan beliau keluar.
Lalu Ustaz berkata, “Hai, lihat dan rasakan, betapa dinginnya tanganku ini.”
Bahkan setelah Ustaz mencelupkan tangan beliau cukup lama, dan mendapatkan sesuatu darinya, “tangkapan” beliau itu tidak mencerminkan apa yang secara maksimal bisa ditawarkan oleh satu ayat itu, kepada umat manusia.
Satu ayat itu, apa yang ditawarkannya, makna yang terkandung di dalamnya, manfaat yang bisa dipetik darinya, tak akan pernah habis digali.
Gagasannya adalah bahwa apa pun kesimpulan yang Ustaz tarik atau ambil, kita secara religius tidak wajib untuk setuju dengannya.
Ustaz membuat kesimpulan berdasarkan studi dan penelitian yang Ustaz dan tim Bayyinah lakukan. Dengan kemampuan terbaik yang Allah anugerahkan.
Ada banyak fakta yang ditemui. Ada bukti-bukti yang muncul ke permukaan. Beberapa bukti terlihat meyakinkan dalam pandangan Ustaz. Dan dari situlah Ustaz mengambil kesimpulan.
Ada orang yang lain yang mungkin tidak suka dengan kesimpulan yang diambil Ustaz. Orang itu bilang, Ustaz melakukan kesalahan di sini, di sini, dan di sini.
Maka Ustaz bertemu dengan orang itu. Melakukan diskusi. Menunjukkan bukti-bukti. Menyajikan temuan masing-masing dengan sangat teliti.
Di akhir diskusi, orang itu masih tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Ustaz pun masih memegang pendapat yang Ustaz yakini.
That’s the entire history of tafseer. Seperti itulah sejarah ilmu tafsir. Atau, sejarah para ahli tafsir.
It is a human endeavor in understanding and pondering the word of Allah and it began actually with sahabah of the Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Ini adalah usaha manusia dalam memahami dan merenungkan firman Allah, dan itu dimulai sebenarnya dengan sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Mengapa disebut “dimulai dengan sahabat Rasulullah”?
Apakah maksud dari pernyataan tersebut?
Kita lanjutkan insyaa Allaahu ta’aalaa di kesempatan berikutnya.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (02:25 – 04:04)
Materi VoB Hari ke-326 Sore | Permanent Interpretation vs Unfixed Interpretation
Ditulis oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek47Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Para sahabat juga punya pendapat sendiri-sendiri tentang suatu ayat. Atau suatu kata dalam sebuah ayat.
Misalnya ayat wannaazi’aati gharqaa. (QS An-Nazi’at, 79:1). Ada sahabat yang bilang, “Saya pikir saya tahu apa yang dimaksud dengan an-naazi’aat.” Sahabat yang lain juga mengatakan hal yang sama. Sahabat yang lain lagi bilang, “Menurut saya artinya bukan begitu, tapi begini.”
Tapi para sahabat itu orangnya nyenengin. Mereka “cuma” berbeda pendapat. Tapi tidak ada yang menganggap dirinya paling benar.
Tidak ada yang menganggap sahabat yang lain deviant alias menyimpang. Tidak ada yang menganggap bahwa sahabat yang lain akan dilempar ke jahannam.
Sama sekali tidak.
😃😃
Para sahabat tidak ada yang saling membenci gara-gara berbeda dalam menafsirkan suatu ayat atau sebuah kata.
Para sahabat itu sadar bahwa sebuah kata itu bisa ambiguous atau punya beberapa makna sekaligus buat mereka.
Hal seperti ini memang menginspirasi imajinasi, sehingga membuat para sahabat merenungkannya dan melakukan refleksi terhadapnya.
Gagasannya adalah bahwa kita memang harus merenungkan dan melakukan refleksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
Ada beberapa jenis ayat. Dan ini sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh para muslim, khususnya para pembelajar Al-Qur’an.
Ada ayat-ayat Al-Qur’an yang ada hubungannya dengan ibadah. Seperti salat, zakat, dan ibadah haji.
Ayat-ayat seperti ini bersifat timeless atau tak lekang oleh waktu. Abadi. Kita tidak akan mampu untuk menginterpretasikannya sedemikian rupa sehingga salatnya menjadi berbeda.
Atau ibadah zakat yang berbeda. Atau ibadah haji yang berbeda. Haji, zakat, salat, ya seperti itu. Sudah selesai. Sudah permanen.
Empat belas abad yang lalu, sepuluh tahun yang lalu, tahun ini, atau tahun depan, salat ya seperti itu.
Ayat-ayat seperti itu tidak untuk dilakukan evaluasi ulang. Tidak ada reevaluation untuk ayat-ayat seperti itu.
Oke, kalau dikaji ulang, mungkin kita bisa mendapatkan manfaat tambahan, hikmah baru yang terkuak yang belum pernah diungkap sebelumnya, tapi core interpretation atau penafsiran pokoknya tidak berubah.
Lalu ada ayat tentang samudra. Ada ayat tentang gunung-gunung. Ada ayat tentang emosi atau ungkapan perasaan manusia.
Mungkin ada penafsiran yang berbeda, atau perspektif yang berbeda, tentang ayat-ayat yang seperti ini, seiring dengan berjalannya waktu?
Ya.
Dan itu bukanlah penyimpangan. Tapi itulah the wonder of the Qur’an. Itulah keajaiban Al-Qur’an!
Ketika peradaban manusia makin berkembang, cara pandang manusia terhadap Al-Qur’an, khususnya terhadap ayat-ayat yang penuh keajaiban itu, akan berubah.
Tapi, sekali lagi, tentu saja ada aspek-aspek tertentu dari Al-Qur’an yang bersifat abadi. Tak akan berubah kapan pun juga.
Misalnya ayat tentang hijab.
“Kita seharusnya melakukan interpretasi terhadap ayat ini untuk disesuaikan dengan kehidupan di zaman yang makin modern.”
🙈🙈
Dari perspektif bahasa dan dari perspektif tradisi, tidak ada yang bisa diubah lagi dari ayat itu. Tidak mungkin kita mengutak-atiknya lagi. Allah sudah membuatnya permanen.
Satu hal lagi yang perlu Ustaz sampaikan adalah bahwa Ustaz tidak ingin membombardir kita dengan nama semua ulama sebagai referensi.
Hal itu hanya relevan untuk sebagian kecil kita saja. Tapi sama sekali tidak relevan untuk sebagian besar dari kita.
Dan insyaa Allaahu ta’aalaa seiring dengan pemahaman kita yang lebih baik, ilmu kita yang makin bertambah, kita sendiri yang justru akan menemukannya.
Sebelum melanjutkan kajian, Ustaz perlu menginformasikan bahwa yang selanjutnya akan disimak bukanlah tentang mengapa Al-Quran adalah sebuah mukjizat atau keajaiban..
Sama sekali bukan itu.
Yang akan dibahas dan disimak selanjutnya adalah tentang why the Qur’an is beautiful. Tentang mengapa Al-Qur’an itu indah.
Bagaimana penjelasannya?
Kita lanjutkan insyaa Allaahu ta’aalaa di kesempatan berikutnya.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 08. The Quran is in Perfect Order (04:04 – 06:49)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
Reblogged this on Judul Situs.
LikeLike