Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-321
Topik: Parenting
Sabtu, 8 Mei 2021
Materi VoB Hari ke-321 Pagi | Wajah Dunia yang Berbeda: Dulu, Kini, dan Nanti
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek46Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Biarkan anak kita jadi montir mobil. Karena mereka suka mobil. Karena mereka suka mengutak-atik mesin mobil. Pekerjaan yang menghasilkan halal income. Pendapatan yang halal.
Tinggal diarahkan saja. Bekerja dua atau tiga tahun jadi montir. Sambil menabung penghasilannya. Lalu buka bengkel sendiri.
Dan jika bengkelnya bisa nambah satu outlet setiap tahun, malah diukur dengan kacamata duniawi bisa lebih sukses dari seorang dokter.
Poinnya sebenarnya we have to let kids be who they are. Kita harus membolehkan anak-anak itu menjadi diri mereka sendiri.
Ali radhiyallaahu ta’aala ‘anhu pernah bilang, jangan membesarkan anakmu untuk menjadi seperti dirimu.
Mengapa?
Karena Allah menciptakan anak kita sebagai generasi yang berbeda. Yang lahir di kurun waktu yang berbeda pula.
Tapi tidak harus berbeda juga. Jika Anda adalah dokter dan anak Anda memang ingin jadi dokter atas pilihan sendiri tanpa paksaan siapa pun, itu tidak masalah.
Ustaz tertarik untuk mengamati pergerakan ekonomi. Mengamati bagaimana industri bergerak. Mengamati tren pekerjaan. Mengamati apa yang terjadi di masyarakat.
Mengamati seperti apa pergerakan karier di 10 hingga 15 tahun ke depan. Pengamatan seperti ini, perlu. Karena, kita tahu, 30 tahun yang lalu wajah dunia benar-benar berbeda.
Saat Ustaz dulu masuk ke dunia kerja, jauh berbeda dibandingkan dengan saat ini, bahkan mungkin juga dengan saat putra-putri Ustaz nanti masuk ke dunia kerja.
Jenis pendidikan yang tepat yang bisa memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja, antara dulu dan sekarang, sudah berbeda.
Maka setiap orang tua tidak bisa memaksakan apa yang relevan pada masanya, kepada anak-anaknya yang hidup di zaman yang berbeda.
Anak-anak di zaman now itu savvy & creative. Punya kecerdasan yang relevan dengan masanya, dan juga kreatif.
Terutama di Amerika Serikat, sebuah negeri yang membebaskan penduduknya memilih dan memiliki jenis pekerjaan apa pun. Atau menciptakan lapangan kerja apa pun.
Bebas berkarier apa saja dan di mana saja.
Insyaa Allaah kita lanjutkan ba’da zhuhur.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 21. Comparing Children Part 2 – Parenting (06:23 – 08:29)
Materi VoB Hari ke-321 Siang | Professional in Nature vs Enrichment in Nature
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek46Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ustaz teringat saat-saat beliau mengikuti mata kuliah American History. Atau Sejarah Amerika. Sebagai salah satu bunga rampai pelajaran social studies atau ilmu-ilmu sosial.
Dosen beliau pernah mengucapkan kata-kata yang membuat Ustaz shocked dan Ustaz sempat mengalami depresi selama beberapa hari.
Apa yang dikatakan dosen beliau itu? The average American changes his career six times in a lifetime. Rata-rata orang Amerika berpindah kariernya enam kali dalam seumur hidupnya.
Bukan perusahaan, tapi karier. Misalnya sebelumnya mengurusi pajak, lalu pindah ke bagian pembiayaan, dan seterusnya.
Itu padahal tahun 90-an.
Mengapa hal itu bikin Ustaz geleng-geleng kepala? Karena Ustaz berkaca dari ayah beliau, yang begitu dapat pekerjaan, kariernya terus di situ sampai nanti meninggal.
Pindah jalur karier menurut Ustaz adalah catastrophic failure. Sebuah kegagalan yang merupakan bencana besar.
Seperti kehilangan kaki. Bagaimana seseorang akan bertahan hidup jika kehilangan kakinya?
Saat itu Ustaz berpikir, “Benarkah itu? Benarkah aku harus berpindah karier sebanyak enam kali di sepanjang hidupku? Harus jatuh bangun enam kali?”
Tapi itulah realitas dari ekonomi modern. Jenis pekerjaannya menjadi obsolete, tidak dibutuhkan lagi, sehingga harus berpindah ke jenis pekerjaan yang lain.
Jadi kita pun tidak bisa berharap supaya anak-anak kita mengikuti jenis pendidikan yang sama dengan jenis pendidikan yang kita tempuh untuk diri kita dulu.
Terkait hal ini, sebenarnya ada dua jenis pendidikan. Yakni jenis pendidikan profesional dan jenis pendidikan enrichment in nature.
Pendidikan yang melatih orang untuk menjadi seorang programmer, untuk menjadi insinyur, untuk menjadi dokter, untuk menjadi seorang akuntan, itu adalah contoh-contoh pendidikan profesi.
Anak kita nantinya juga bisa kuliah di jurusan sejarah, psikologi, melakukan riset sosial terhadap masalah-masalah yang diminati, itu semua bersifat pengayaan _(enrichment)_.
Ada seseorang yang pernah digigit semut. Lalu dia tertarik dan dia bilang, gigitan semut itu bisa mengantarkannya menjadi seorang Ph.D.
Maka anak muda itu mempelajari semut di Arizona selama 30 tahun. Dia akhirnya menulis buku dan diwawancarai di sebuah radio. Bicara soal semut.
Yang seperti itu tadinya tak terbayangkan. Siapa yang peduli dengan dunia semut? Tapi faktanya memang seperti itu. Ada orang yang mendapatkan enrichment dari ketertarikan, studi dan penelitiannya soal semut.
Insyaa Allaah kita lanjutkan ba’da ‘ashar.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 21. Comparing Children Part 2 – Parenting (08:29 – 10:35)
Materi VoB Hari ke-321 Sore | Jika Steven Spielberg Adalah Seorang Muslim
💎💎💎💎💎
Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek46Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Karier yang bermakna itu banyak. Termasuk di antaranya di bidang ilmu politik dan sosiologi. Ilmu-ilmu ini bisa membuat kita memahami dunia dengan lebih baik.
Tapi ketika seorang anak muda memilih jurusan-jurusan itu, orang tuanya langsung mempertanyakan: “Bagaimana nanti masa depanmu?”
Beberapa CEO dengan bayaran yang tinggi, di perusahaan-perusahaan teknologi, latar belakang pendidikan mereka tidak ada hubungannya dengan teknologi.
Lagipula, banyak juga Ph.D. di bidang-bidang politik dan sosial, yang bukan berasal dari ranah pendidikan jalur karier.
Intelektual yang berasal dari bidang non teknologi itu tidak jarang berada di puncak kepemimpinan karena mereka bisa berpikir out of the box. Berpikirnya tak biasa dan inovatif.
Di Indonesia, kita juga mengenal sosok Dahlan Iskan yang pernah memimpin PLN. Padahal beliau bukan seorang insinyur elektro. Latar belakang beliau bukan teknologi, tapi Fakultas Tarbiyah.
Jadi, nasihat Ustaz adalah, biarkan anak-anak berkarier jika memang ingin berkarier. Tapi jangan pernah menganggap pendidikan jalur pengayaan _(enrichment)_ itu tidak penting.
Apa pun jenis pendidikan yang diminati, kita sebagai orang tua harus mendukung pilihan mereka itu.
Bagi kebanyakan orang, dua jenis pendidikan itu terpisah sama sekali dan harus dipisahkan. Tapi Ustaz tidak melihatnya seperti itu.
Yang ideal adalah ketika anak-anak menemukan passion mereka, menekuninya, mendapatkan penghasilan yang memadai darinya. Hidup menjadi terasa bermakna.
Mereka bukan bekerja untuk mengejar uangnya. Mereka bekerja karena mereka menjadi bagian dari sesuatu yang mereka yakini. Di bidang yang mereka yakini. Bahkan tidak jarang, sasaran mereka adalah untuk suatu tujuan yang lebih luas, yang lebih mulia.
Mereka telah menemukan “panggilan hidup” mereka.
Tidak ada masalah jika anak kita terpanggil untuk menjadi seorang peneliti biokimia, misalnya. Atau, punya minat yang tinggi untuk mengembangkan mobil baru yang lebih nyaman. Atau ingin berkarya di bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tidak harus spiritual in nature.
We have to allow our children to find what truly interest them. Kita harus membiarkan anak-anak kita menemukan apa yang benar-benar mereka minati.
Kita juga harus membiarkan anak-anak kita untuk menjelaskan kepada kita, bagaimana mereka akan menjalani hidup ini dengan mengejar apa yang diminatinya itu.
Salah satu putra Ustaz sangat menyukai kesenian. Ustaz tidak punya masalah sama sekali untuk membiarkannya bersekolah di art school.
Termasuk mengambil kursus-kursus kesenian, belajar kaligrafi, dan sebagainya. Sebelum akhirnya dia kuliah di sebuah institut kesenian.
Apalagi setelah Ustaz mendengar sendiri dari gurunya yang bilang bahwa putranya itu benar-benar punya bakat di bidang itu. Maka Ustaz mendukung minat dan pilihannya itu. Tidak masalah sama sekali.
Dunia butuh seniman. Bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan budaya.
Tidak berbahaya jika anak kita keluar dari jalur programmer atau insinyur atau dokter. Masyarakat juga butuh layanan di luar bidang-bidang itu.
Yang lebih penting adalah perhatian kita terhadap anak kita. Sosok manusia yang unik. Yang punya ketertarikan dan bakat tertentu.
Don’t compare them to your doctor child. Jangan bandingkan anak kita yang mungkin ingin menekuni bidang yang aneh menurut kita, dengan anak kita yang ingin jadi dokter.
Mengapa? Karena setiap anak adalah unik. Setiap anak adalah berbeda. Bakat yang Allah anugerahkan di diri masing-masing anak itu, berbeda.
Aspirasi mereka, kecerdasan mereka, bakat mereka, berbeda.
Ada seseorang yang mengemukakan sebuah pendapat. Dan Ustaz suka dengan pendapat itu. Ustaz bilang bahwa pendapatnya adalah kata-kata diucapkan secara tepat.
Apa pendapat yang dimaksud Ustaz?
“Jika Steven Spielberg adalah seorang muslim, mungkin banyak orang tua muslim yang tidak memaksakan supaya anaknya jadi dokter.”
Insyaa Allaah kita lanjutkan minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 21. Comparing Children Part 2 – Parenting (10:35 – 13:03)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2021] Wajah Dunia yang Berbeda: Dulu, Kini, dan Nanti – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike