Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-318
Topik: Pearls from Al Baqarah
Rabu, 5 Mei 2021
Materi VoB Hari ke-318 Pagi | Yang Harus Selalu Kita Ingat
Oleh: Ayu S Larasaty
#WednesdayPearlofAliImranWeek45Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Hari ini kita akan membahas QS. Ali Imran ayat 19.
Innad-dīna ‘indallāhil-islām, wa makhtalafallażīna ụtul-kitāba illā mim ba’di mā jā`ahumul-‘ilmu bagyam bainahum, wa may yakfur bi`āyātillāhi fa innallāha sarī’ul-ḥisāb.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Ustaz menjelaskan, di ayat ini memiliki dua pesan yakni
Yang pertama, Allah mengetahui hal yang tidak terlihat. Sehingga kita sebagai hamba harus bisa merendahkan diri di hadapan Allah, bahwa kita tidak mengetahui sedangkan Allah Maha Mengetahui.
Kita bahkan tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri kita saat kita ada di dalam kandungan ibu kita, bukan?
Namun Allah mengetahui dengan pasti.
Yang kedua adalah kita seringkali mencari keadilan, tapi apa yang membuat kita mencari keadilan?
Ya, karena kita kini tidak melihat keadilan itu ditegakkan. Kita melihat banyak ketidakadilan terjadi, orang-orang zalim berkuasa, orang-orang baik disunyikan suaranya.
Namun, ketidakmampuan kita melihat keadilan Allah adalah karena terbatasnya ilmu kita akan apa yang Allah lihat.
Sehingga kita harus meyakini bahwa meski kita tidak melihat keadilan itu, keadilan Allah tetap ada.
Masalah hidup kita tidak akan selesai-selesai kalau kita masih terus merasa lebih pintar dari Allah.
Wallahu’alam bish-shawwab
Sumber:
Bayyinah TV – Quran – Surah – Ali Imran – 07. Ayah 19 Ramadhan (Start – 04.50)
Materi VoB Hari ke-318 Siang | Akar
Oleh: Ayu S Larasaty
#WednesdayPearlofAliImranWeek45Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Innad-dīna ‘indallāhil-islām, wa makhtalafallażīna ụtul-kitāba illā mim ba’di mā jā`ahumul-‘ilmu bagyam bainahum, wa may yakfur bi`āyātillāhi fa innallāha sarī’ul-ḥisāb.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(QS. Ali Imran : 19)
Sebenarnya kita masih belum masuk ke pembahasan inti dari ayat ini, masih merupakan sebuah mukaddimah saja. Jadi sabar ya, kawan. Mari kita nikmati proses belajar yang juga setimpal dengan ilmu dan peningkatan iman yang kita dapatkan. InsyaaAllah
Nah, Ustaz melanjutkan pembahasannya, mengapa seringkali ayat Al-Qur’an memiliki pola yang unik. Misal, pola yang kali ini dibahas adalah setiap Allah menceritakan sesuatu atau menetapkan suatu hukum di Al-Qur’an, seringkali diakhiri dengan kalimat yang merujuk kepada Allah.
Misal di QS. Ali Imran ayat 19 ini, setelah Allah menjelaskan bahwa hanya agama Islam yang Allah ridhai, Allah mengakhiri ayat tersebut dengan kalimat “sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”
Kenapa seperti itu, ya?
Ustaz mengatakan pengulangan mengenai Allah merupakan sebuah cara Allah memperbarui iman kita dan agar pelajaran yang ada di ayat tersebut tertanam hingga sanubari hamba-Nya.
Selain itu, Iman kepada Allah yang seringkali diejawantahkan dengan kalimat laa ilaha ilallaah atau kalimat tauhid merupakan kata yang terbaik. Kata-kata yang baik itu bagaikan pohon yang memiliki batang, dahan, ranting, daun yang juga baik. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga jika ada sebuah kejahatan terjadi, dapat dipastikan itu berakar dari syirik kepada Allah, tak ada iman di hatinya.
Bagaimana kita mengetahuinya bahwa kejahatan merupakan akar dari ketidak-beriman-an seseorang kepada Allah?
Misal ketika seorang muslim melakukan pembunuhan, dia pasti melakukannya karena dia tidak menghargai kehidupan yang Allah ciptakan dan dirinya tidak ingin mengikat diri pada keadilan yang telah Allah atur padanya.
Seseorang membunuh karena mereka tidak yakin bahwa Allah akan membalas dengan adil, sehingga mereka merasa mereka harus membalasnya.
Mereka membiarkan sesuatu yang menjadikan mereka yakin kepada Allah pergi, sehingga mereka melakukan kejahatan tersebut.
Kejahatan yang melawan Allah, menentang nilai-nilai kemanusiaan atau kejahatan yang dilakukan kepada diri sendiri sejatinya berakar pada tidak berimannya seseorang kepada Allah.
Wallahu’alam bish-shawwab
Sumber:
Bayyinah TV – Quran – Surah – Ali Imran – 07. Ayah 19 Ramadhan (03.50 – 05.35)
Materi VoB Hari ke-318 Sore | Kata Siapa Kita Bebas Hutang?
Oleh: Ayu S Larasaty
#WednesdayPearlofAliImranWeek45Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Masih membahas ayat yang sama. ✨✨✨✨
Innad-dīna ‘indallāhil-islām, wa makhtalafallażīna ụtul-kitāba illā mim ba’di mā jā`ahumul-‘ilmu bagyam bainahum, wa may yakfur bi`āyātillāhi fa innallāha sarī’ul-ḥisāb.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Ustaz menjelaskan bahwa iman kepada Allah seringkali dianalogikan dengan cahaya. Kita juga mengetahui bahwa tujuan cahaya adalah untuk menunjukkan jalan di saat gelap. Tak perlu di saat hari mulai gelap, di siang hari pun, di saat kita merasa butuh cahaya kita akan menyalakan lampu.
Semoga Allah senantiasa memberikan cahaya dalam kehidupan kita.
✨✨✨✨✨✨
Nah, selanjutnya Ustaz ingin menjelaskan makna dari kata diyn di ayat ini. Ada tiga kata inti sih yang akan menjadi pembahasan yaitu diyn, Islam dan qisth.
Kata Diyn memiliki tiga makna yaitu:
1. Keyakinan yang tertancap dan bersemayam di dalam hati seseorang.
2. Akuntabilitas yang berarti pertanggungjawaban seseorang kepada pihak yang memberikan kewenangan atas hak dan kewajiban. Nah, hal ini sejalan dengan makna semua amalan yang kita lakukan di dunia akan memiliki konsekuensi karena sejak awal kita sebagai hamba Allah diberikan tanggung jawab atas kewenangan untuk hidup di dunia ini.
3. Berhutang yang berarti kita memiliki konsekuensi untuk membayar hutang.
APAHHHH??? Kok bisa sih agama ini bermakna hutang? Kenapa bukan cinta dan kasih seperti agama lain? Katanya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kok malah makna agama ini adalah hutang?
Wait… Sabar, sedang puasa di sepuluh hari terakhir… 😌😉
Makna keberhutangan sejatinya menunjukkan bahwa kita, hamba Allah, tidak memiliki kepemilikan atas apapun di dunia ini.
Kita hanya dipinjamkan, selain itu kita juga akan menghadapi konsekuensi atas pertanggungjawaban kita terhadap hal-hal yang Allah pinjamkan.
Konsekuensi itu bisa berupa hal baik yakni nikmat di surga atau balasan setimpal di neraka dan sangat bergantung dari bagaimana kita memperlakukan barang pinjaman yang Allah berikan kepada kita seperti waktu, usia, kesehatan, kekayaan, kekuasaan, kelapangan, pasangan, keturunan, dan banyak hal lainnya.
Eh, tapi yang namanya berhutang kan harus dibalikin ya?
Kalau berhutang sama Allah gimana bayarnya? 😭😭😭😭
Nah! Itu dia, coba gimana cara kita membayarnya? Misal kita dikasih pinjam ‘waktu’, gimana kita balikinnya? Misal kita dipinjamkan kekayaan, gimana kita balikinnya?
Perasaan seperti inilah yang seharusnya ada di dalam benak setiap muslim, mereka semua dalam keadaan berhutang kepada Allah.
Saat sedang berupaya untuk melakukan kewajiban (sebagai upaya membayar), kita sudah diberikan nikmat yang sama bahkan terkadang ada nikmat yang tidak terduga. Nambah lagi hutangnya 😭😭😭😭😭😭😭
Gimana cara melunasinya? 😭
Atas keberhutangan tersebutlah kita sebagai hamba perlu merendahkan hati dan diri kita kepada Dzat Pemberi Hutang.
Alasannya satu: Kita Gak Bisa Bayar Hutang kepada Allah…
Makanya kita nggak punya pilihan lain selain taat kepada Pemberi Hutang.
Nah, kalo pertanyaannya kenapa hutang, kenapa bukan cinta?
Kawan, coba kita berpikir sejenak.
Jika kita berhutang kepada manusia, lalu kita tidak dapat mengembalikan atau tidak menggunakannya sesuai dengan keinginan si peminjam, kita pasti akan terkena masalah atau minimal belum tentu diberikan pinjaman lagi.
Kawan, kita berhutang kepada Allah atas semua hal yang tidak kita miliki di dunia ini.
Tapi yang kita lakukan adalah
– menyia-nyiakan pinjaman tersebut
– tidak patuh pada Pemberi Pinjaman
– sering melakukan maksiat dengan pinjaman tersebut
– tidak mensyukuri pinjaman itu
Tapi kita tetap diberikan pinjaman lagi dan lagi dan lagi berupa nikmat dan kemudahan lainnya, bahkan Allah tidak meminta pinjaman itu kembali, Allah hanya memerintahkan kita untuk menggunakan pinjaman tersebut sesuai aturan yang telah Dia berikan, lalu di akhirat nanti jika kita menggunakan pinjaman tersebut dengan baik, sesuai aturan-Nya dan cerdas, kita justru akan diberikan balasan berupa surga.
MasyaaAllah…
Ibaratnya kita dipinjamkan uang untuk modal usaha sama orang yang kaya banget, ketika kita berhasil mengelola uang itu dengan baik dan memberi manfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain, kita malah diberikan hal yang lebih berharga dari uang untuk selamanya. Gak perlu bayar hutang pula.
Kita enggak akan masuk neraka karena enggak bisa bayar hutang kepada Allah, karena memang enggak akan bisa.
Tapi kita akan mendapatkan balasan yang setimpal jika tidak mau mengelola pinjaman dengan syarat yang telah ditentukan Allah.
Wallahu’alam bish-shawwab
Sumber:
Bayyinah TV – Quran – Surah – Ali Imran – 07. Ayah 19 Ramadhan (05.35 – 09.40)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah