Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-316
Topik: Pearls from Juz ‘Amma
Senin, 3 Mei 2021
Materi VoB Hari ke-316 Pagi | Jahannam Sudah Lama Menunggu untuk Menyiksa Para Penghuninya.
Oleh: Nurfitri Anbarsanti
#MondayJuzAmmaWeek46Part1
Part 1
———————————
بسم الله الرحمن الرحيم
Jahannam menjawab setelah ditanya oleh Allah, “Masihkah ada tambahan?”.
Di sisi lain di Jahannam, ada banyak sekali bagian-bagian (tubuh) manusia di dalam Jahannam, sampai tidak ada ruangan lagi. Mungkin anda tahu apa artinya “rahb” dalam bahasa Arab?
“Rahb” artinya ruangan. Kita sering dengar kata “marhaban”, kira-kira apa artinya? “Ayo, kami punya tempat untuk kamu. Ayo masuk, masih banyak tempat kok.”
Kondisi di Jahannam adalah, manusia dan benda-benda lainnya (batu, api), saling bertumpuk-tumpuk dan saling tekan antar manusia satu dan lainnya, dan penghuni Jahannam dari generasi selanjutnya menambah kesesakan yang ada di Jahannam.
Mereka yang ada di bawah Jahannam berkata, “Laa marhaban bihim”, “Sudah tidak ada tempat lagi untuk dia (orang baru), apakah harus ditambah lagi?”
Neraka sendiri sudah terisi dengan terlalu banyak benda.
Ketika Allah bertanya, “Apakah kamu merasa kepenuhan?” Apa yang neraka katakan? “Oh enggak, enggak ya Allah, boleh kasih lagi..”
Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Ada kata “rashd” dalam Al-Qur’an.
“Rashd” dalam bahasa Arab artinya memonitor atau mengintai. Sehingga, kata “mirshada” dalam surat An-Naba ayat 21 berikut ini:
اِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًاۙ
Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka).
Sebenarnya “mirshada” berarti sesuatu yang tujuannya untuk menyerang secara tiba-tiba. Sesuatu yang bisa berupa alat, atau tempat yang tujuannya untuk memantau dan menyerang tiba-tiba.
Seperti kita lihat di Discovery Channel, ada seekor singa yang diam-diam memantau sasarannya di balik rumput, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang – nah, itulah deskripsi Jahannam.
Itulah mengapa Jahannam juga disebut juga sebagai Jahiim. Kadang Al-Qur’an menamakan Jahannam dengan Jahiim. Jahiim berasal dari kata “Jaham”, yang artinya pandangan mata seperti pandangan singa yang mengawasi korbannya.
اِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًاۙ
Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka).
Jahannam sudah lama menunggu untuk menyiksa para penghuninya.
Naudzubillahi min dzalik.
————————-
Bersambung insya Allah di Part 2
Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – An-Naba (Ayah 14-37) A Concise Commentary (43:05-45:03)
Materi VoB Hari ke-316 Siang | Kita Semua Akan Berjalan Melewati Jahannam
Oleh: Nurfitri Anbarsanti
#MondayJuzAmmaWeek46Part2
Part 2
———————————
بسم الله الرحمن الرحيم
اِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًاۙ
Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka). (An-Naba 78:21)
“Mirshad” juga berarti sebuah jalan. Jadi, “mirshad” punya dua arti, sebuah tempat untuk memantau/menyerang, dan juga sebuah jalan. Mengapa ini penting?
Karena ayat di surat An-Naba di atas menjadi memiliki dua arti.
Arti pertama adalah, para penjaga di neraka Jahannam menunggu untuk menyerang atau menyiksa orang-orang kafir.
Arti kedua adalah, setiap orang harus berjalan melewatinya. Jahannam adalah sebuah jalan di mana setiap orang pasti akan melewatinya. Al-Qur’an sudah menjelaskan hal ini di ayat lainnya bahwa setiap manusia akan melewatinya.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
“Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS Maryam 19:71)
Kita semua pasti akan berjalan di atasnya. Inilah yang disebut dengan “Shirath”. Kita semua harus melihat bagaimana Jahannam itu. Kita harus tahu tempat seperti apa yang kita berusaha untuk menghindarinya.
Ada orang-orang yang berjatuhan dari shirath, dan ada juga orang-orang yang tetap berjalan di atas shirath sampai akhirnya orang-orang tersebut sampai di pintu yang ada para penjaga Surga.
Jalan menuju surga bukanlah jalan yang mudah. Itulah mengapa ketika orang-orang berjalan menuju pintu surga, mereka terus menerus berdoa meminta ampun kepada Allah.
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(At-Tahrim 66:8)
“Wahai Rabb kami, sempurnakanlah cahaya untuk kami, dan ampunilah kami, karena di sini benar-benar gelap!”.
Kita tidak tahu apakah langkah kita selanjutnya menemui ruang kosong dan lalu kita jatuh ke bawah, atau kita akan tetap berjalan di atas jembatan Shirath. Kita tidak akan tahu.
Sehingga dalam setiap langkah, kita membutuhkan cahaya. Kita terus menerus memohon kepada Allah untuk terus mendapatkan cahaya, untuk terus menerus mendapat ampunan Allah, ketika kita berjalan di atas Shirath menuju surga.
Subhanallah..
————————-
Bersambung insya Allah di Part 3
Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – An-Naba (Ayah 14-37) A Concise Commentary (45:03-46:56)
Materi VoB Hari ke-316 Sore | Karakter Pembangkang yang Terus Ditarik-tarik oleh Jahannam
Oleh: Nurfitri Anbarsanti
#MondayJuzAmmaWeek46Part3
Part 3
———————————
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam surat An-Naba ayat 22:
لِّلطّٰغِيْنَ مَاٰبًاۙ
”Menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.”
Jahannam, selain tempat untuk memantau lalu menyiksa orang-orang kafir, Jahannam juga menjadi tempat di mana orang-orang yang membangkang (طّٰغِيْنَ) akan kembali.
Mari kita mengkaji tentang طّٰغِيْنَ.
“Tughyan” dalam bahasa Arab adalah ketika air keluar dari tempatnya. Contohnya, kita membiarkan keran cuci piring terbuka. Tapi, bagian bawah tempat cuci piring tertutup, kita membiarkannya, maka air yang tumpah akan terus menerus memenuhi tempat cuci piring sampai luber dan banjir ke luar.
Air yang banjir ke luar, inilah “Tughyanul Maa’”, di mana air tumpah dan banjir menuju ke suatu tempat yang tidak seharusnya.
Karakter “tughyan” adalah seperti air yang tumpah dan banjir tadi. Tumpah tidak teratur, tidak menghargai aturan, pergi ke mana-mana sesuai keinginannya sendiri, tidak peduli pada orang lain.
Ketika banjir datang, maka banjir tidak akan menghampirimu melalui jalur tertentu, tapi akan mendatangi begitu saja, menghancurkanmu, menghancurkan rumahmu, tidak peduli tentang kondisimu.
“Tughyan” ini tidak punya batas, akan terus keluar jika tidak dibatasi. “Tughyan” ini juga digunakan ketika mendeskripsikan banjir yang dialami oleh kaum Nuh a.s, seperti air yang “ membangkang”.
Dengan kata “tughyan” ini, Allah menggambarkan karakter orang-orang yang membangkang. Apa artinya?
Artinya, ada orang-orang yang sudah paham bahwa seharusnya mereka berada di dalam “tempat air”, mereka seharusnya tetap berada di dalam jalur yang sudah ditentukan, mereka sudah tahu bahwa tidak boleh memakan makanan yang haram, tidak boleh mengucapkan kata ini, tidak boleh melakukan itu, tidak boleh mengambil gaji dari tempat-tempat seperti ini, dan seterusnya.
Ada garis-garis yang tidak seharusnya kita langgar. Tapi, orang-orang yang “tughyan” ini malah melewati batas-batas dan pergi ke mana saja mereka suka. Orang-orang inilah yang akan kembali ke Jahannam, setiap kali mereka “keluar batas”, setiap kali itulah mereka akan kembali ke Jahannam.
Jahannam akan menjadi tempat yang menarik mereka kembali, walaupun orang-orang itu berusaha pergi dan kabur dari Jahannam, Jahannam akan terus menarik mereka ke bawah.
Orang-orang ini tidak mau berada di dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah, maka orang-orang ini akan ditarik ke dalam batas-batas neraka Jahannam yang mereka tidak bisa keluar darinya…
لِّلطّٰغِيْنَ مَاٰبًاۙ
”Menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.”
————————-
Bersambung in sya Allah di minggu depan.
Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – An-Naba (Ayah 14-37) A Concise Commentary (46:56-49:03)
🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2021] Jahannam Sudah Lama Menunggu untuk Menyiksa Para Penghuninya – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike