[MFA2021] Refleksi Akhir Ramadhan – Faiza


Refleksi Akhir Ramadhan: Yang Tersesat, Lalu Diluruskan Kembali

Hal yang paling saya rasakan ketika Ramadhan adalah kacamata saya menjadi lebih jelas dalam melihat hidup. Saya menjadi lebih banyak muhasabah, seolah saya ditarik untuk melihat hidup saya ke belakang. 

Saya akui, selama setahun kebelakang, iman saya tidak terlalu baik. Rasanya tergesa-gesa, terburu-buru, selalu ada perasaan takut tertinggal. Tahun yang paling sedikit saya mengejar untuk mendengar kajian, dengan label tidak ada waktu dan kurang menguntungkan diri. Saya lebih memilih mengikuti webinar-webinar, update LinkedIn, rapat-rapat yang tampak keren di telinga makhluk, dan hanya hitungan jari jumlah kajian ke-islaman yang saya ikuti. Astagfirullah.

Menutup Ramadhan yang tinggal menghitung hari, Allah mengingatkan saya dengan Surat Al Hadid ayat 20. Ayat ini memuat pelajaran penting bagaimana Allah menjelaskan tentang kehidupan dunia:

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS. Al Hadid ayat 20)

Ada dua poin yang menjadi refleksi saya dari ayat ini:

Pertama, lihat siapa yang menjadi subjek dan objek. Ayat di atas, subjeknya adalah tanaman yang mengagungkan, adapun objeknya adalah petani. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang terperangkap dalam kebanggaan dan kekaguman sang petani.

Refleksi buat saya pribadi, bisa jadi saya merupakan orang yang ditegur Allah dalam ayat tersebut. (*astagfirullah).. Menjadikan panutan kepada orang yang punya power, harta yang melimpah, atau jabatan. Mereka menghabiskan seluruh waktu untuk dunia, namun tidak ada waku untuk Allah. Mereka menghabiskan waktu untuk rapat, mengejar proyek, ambisi mencapai jabatan, namun tidak ada waktu untuk shalat. Ayat ini menyadarkan, para ahli dunia, orang-orang yang hidupnya punya power, sebenarnya mereka bukan pelaku, tapi terperdaya oleh dunia. Semoga Allah menyelamatkan saya dari tipuan dunia tersebut.

Kedua, poin penting lainnya yang menjadi pengingat dari ayat ini adalah tentang standar /indikator sukses dunia, yang sungguh Masya Allah dalam ayat tersebut disebutkan sesuai perkembangan fase kehidupan manusia. Mulai dari permainan dan senda gurau (fase kanak-kanak), perhiasan dan saling berbangga (fase remaja dan dewasa awal), berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan (fase dewasa). 

Dalam kajian Ustaz Nouman Ali Khan tentang Al Hadid ayat 20, beliau mejelaskan akan berbagai gambaran tipuan hidup di dunia. Yang luar biasa, ayat ini secara detail menyampaikan apa yang selama ini menjadi indikator sukses yang ada di society berdasarkan fase usia, yang sebenanya adalah fana dan hanyalah kesenangan palsu.

  • Fase kanak kanak 🡪 permainan (la’ibun). Ketika masih kecil, yang paling penting adalah bermain. Anak kecil melihat yang paling penting dalam hidup adalah permainan. 
  • Fase remaja awal, SMP 🡪 sendagurau (lahwun). Lalu ketika memasuki awal remaja, kita menjadikan entertainment sebagai hal yang paling prioritas dan mendominasi. Pada masa itu, menonton film mendatangi konser, update dengan music terbaru merupakan hal yang sangat penting bagi remaja.
  • Fase remaja, SMA  🡪 perhiasan, luxury (zeenatun). Ketika masa SMA, kita mulai memperhatikan penampilan fisik, seperti brand, apa yang dikenakan, dan gadget bermerek.
  • Fase dewasa awal, kuliah 🡪 Saling berbangga (tafakhurun baynakum). Memasuki dewasa awal, prestij adalah hal yang penting.  Berfokus pada pencapaian yang bisa dibanggakan, seperti kampus terkenal, memastikan orang tau pencapaiannya. 
  • Fase kerja 🡪 Kompetisi terhadap kekayaan(takathurun fee al-amwali). Memasuki dunia kerja, yang menjadi indikator sukses adalah minimum gaji, kebangggaan akan nilai tabungan, jumlah aset, kemampuan membeli cicilan mulai dari mobil hingga rumah.
  • Fase memiliki anak 🡪 Kompetisi terhadap anak (awladi). Ketika menikah, apa yang menjadi kebanggaan adalah anak. Diantaranya adalah anak merupakan indikator sukses dan kompetisi pada orang tua untuk unjuk gigi.

Dan point pengingat dari ayat ini adalah kemegahan, kemewahaan dan hal-hal yang kita anggap standar sukses, dan kadang juga membuat iri terhadap sesama, sebenarnya hanyalah kesenangan palsu. Allah membuat perumpanaan ibarat hujan yang tanam-tanamnya mengagumkan para petani, kemudian menjadi mengering, kuning dan hancur. Semuanya fana, bersifat sementara.

Refleksi buat saya pribadi dan yang bikin saya terpikat juga dengan ayat ini, bagaimana Allah sebelumnya menggambarkan secara detail indikator sukses/kesenangan dunia berdasarkan fase umur manusia, lalu selanjutnya perumpamaan yang Allah angkat juga berdasarkan fase tanaman: mengering – kuning – hancur. Buat saya yang merupakan alumni biologi, Masya Allah detail sekali proses yang Allah sampaikan.

Ayat ini juga mengingatkan saya akan salah satu ceramah ustad Nuzul Dzikir tentang kehidupan dunia dan sifat ahli dunia. “Lihat siapa yang menjadi subjek dan objek”. Ayat di atas, subjeknya adalanya tanaman yang mengagungkan, adapun objeknya adalah petani. Dalam kehidupan, banyak kita temui para tokoh, orang-orang yang punya power, kekayaan yang melimpah, kita melihat hidupnya bisa mengontrol apa saja, padahal sebenarnya mereka dijadikan sebagai objek dunia yang menipu.

Dilanjutkan dalam penjelasan ayat selanjutnya, Allah memberikan kita pilihan dan konsekuensi, yang diawali dengan ancaman berupa azab yang keras, juga mercy yakni ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Semoga kita termasuk golongan yang Allah beri ampunan dan penuh dengan keridhaan-Nya.

Tambahan refleksi buat saya, di tahapan usia saya yang sekarang, saya seringkali menilai indikator sukses hidup dari kekayaan dan anak keturunan. Padahal, di Quran sendiri dijelaskan bahwa indikator tersebut adalah kesenangan yang palsu. Jangan sampai saya termasuk orang yang merugi.

Sebagai penutup, Alhamdulilllah dalam perjalanan bulan Ramadhan ini banyak sekali petunjuk dan pengingat dari Allah. Melalui interaksi dengan Quran, hidup saya yang orientasinya berbelok, kini diluruskan kembali.

Semoga Allah selalu menguatkan, menjaga keimanan ini untuk lurus, selalu konsisten di jalan-Nya dan menggapai jalan yang diridhai. Sekaligus akhir tulisan ini, saya tutup dengan doa:

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya.” (QS. Ali Imran: 8-9).

“Ya Allah, jadikanlah untukku cahaya dalam hatiku, cahaya dalam kuburku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya pada rambutku, cahaya pada kulitku, cahaya pada darahku, cahaya pada tulangku, dari arah kananku, cahaya dari arah kiriku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku. Ya Allah, tambahilah aku akan cahaya dan berilah aku cahaya, jadikanlah untukku cahaya dan jadikanlah aku cahaya”

One thought on “[MFA2021] Refleksi Akhir Ramadhan – Faiza

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s