[VoB2021] Misteri Gunung yang Digerakkan


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-309

Topik: Pearls from Juz ‘Amma

Senin, 26 April 2021

Materi VoB Hari ke-309 Pagi | Misteri Gunung yang Digerakkan

Oleh: Heru Wibowo

#MondayJuzAmmaWeek45Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dibikin bergerak perlahan. Halus gerakannya. Begitulah gunung-gunung digerakkan. Dibuat berjalan.

Wasuyyiratil jibaalu fakaanat saraabaa.

Bentuknya pasif. Bukan aktif. Bukan gunung-gunung berjalan. Tapi dijalankan. Digerakkan.

Dalam bahasa Arab, sayyir itu smooth walking. Berjalan pelan. Halus. Easy motion. Pergerakannya santai. 

Gambaran lainnya adalah seperti sepeda santai. Atau seperti dedaunan yang tersapu angin sepoi-sepoi.

Atau seperti kapal yang berlayar. Atau seperti orang-orang yang berjalan. Smooth sailing. Smooth motion.

Seperti itu, tapi tidak persis. Karena bentuk katanya adalah pasif. Dibuat bergerak. Dibuat berjalan.

Bentuk kata yang pasif itu menciptakan sebuah misteri: siapa yang menggerakkan? Siapa yang membuatnya berjalan?

Kita juga akan menemukan di Al-Qur’an, deskripsi-deskripsi tentang Hari Akhir itu, kejadian-kejadiannya, dilukiskan dengan menggunakan bentuk kata kerja yang pasif.

Allah tidak mengatakan bahwa Allah akan meregangkan bumi. Bukan bentuk aktif yang digunakan. Tapi bentuk pasif. Bumi akan diregangkan.

Bukan “Allah menggerakkan atau menjalankan gunung-gunung.” Tapi “gunung-gunung digerakkan atau dijalankan”.

Tercipta sebuah misteri.

Orang-orang bangun dari tidurnya dan berkata, “Ada apa ini? Mengapa ini terjadi?”

Lalu mereka akan tahu, kallaa saya’lamuun. Mereka akan mengetahui.

Mereka dibuat penasaran dulu sebelum akhirnya pertanyaan mereka terjawab. Sebelum akhirnya mereka mengetahuinya.

Padahal yang biasa manusia ketahui adalah bahwa gunung-gunung itu tetap berada di tempatnya. Fixed in their place. Tidak bergerak. Tidak bergeser.

Tapi pada hari itu gunung-gunung itu dibuat berjalan seperti berjalannya awan.

Di ayat yang lain, Allah mengatakan, watakuunul jibaalu kal ‘ihnil manfuusy. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Insya Allah kita lanjutkan ba’da zhuhur.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (37:10 – 39:11)


Materi VoB Hari ke-309 Siang | Maksud Perataan Bumi

Oleh: Heru Wibowo

#MondayJuzAmmaWeek45Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mereka masih tidak percaya tentang apa yang sedang terjadi. “Tidak! Tidak mungkin! Gunung-gunung tidak mungkin seperti itu!”

Tapi mereka tidak bisa mengatur gunung-gunung. Apalagi mengatur yang mengatur gunung-gunung.

Gunung-gunung itu akhirnya menghilang. Lenyap. Datarannya tak lagi tinggi. Flattened. Rata dengan tanah.

Di hari itu Allah akan menghancurkan gunung-gunung. Seakan-akan gunung-gunung itu belum pernah dihancurkan sebelumnya.

Datar. Benar-benar datar. Rata serata-ratanya. Tidak ada ups and downs. Seakan-akan tidak ada sedikit pun bagian dari permukaan tanah yang cekung atau cembung.

Completely flattened

Subhaanallaah.

Buat yang tidak tinggal di daerah pegunungan dan selama hidupnya belum pernah jalan-jalan ke daerah pegunungan sama sekali, mungkin kurang bisa membayangkannya dengan penuh penghayatan.

Suatu saat Ustaz pernah berkunjung ke Capetown, Afrika Selatan. Separuh kotanya adalah gunung.

Ketika kita berdiri di atas sebuah gunung, dan melihat ke bawah ke arah lautan, kita akan mengingat bahwa semua pemandangan itu nantinya akan rata. 

Pengalaman bersama alam pegunungan itu menumbuhkan rasa rendah hati.

Begitulah Al-Qur’an menggambarkan Hari Penghakiman. Dan menggambarkan bagaimana kehidupan ini menemukan caranya untuk memunculkan sebuah kehidupan yang baru.

Yang juga menarik untuk kita renungkan adalah: mengapa bumi ini diratakan?

Mengapa segalanya diratakan?

Pertama, perataan itu menciptakan ruang untuk manusia.

Karena semua manusia akan dibangkitkan. Bukan hanya manusia yang ada di generasi kita saja. Tapi dari seluruh generasi. Mungkin lumayan bisa terbayangkan padatnya akan seperti apa.

Tapi bukan hanya itu. Ada juga kebutuhan ruang untuk menampilkan lembaran-lembaran catatan amal manusia. Wa idzashshuhufu nusyirat

Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar, (QS At-Takwir, 81:10)

Insya Allah kita lanjutkan di part 3.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (39:12 – 41:12)


Materi VoB Hari ke-309 Sore | Dan Jahannam pun Menjawab

Oleh: Heru Wibowo

#MondayJuzAmmaWeek45Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Rata itu maksudnya ya rata. Antara daratan dan lautan juga rata. Karena air di lautan pun mengering. Setelah sebelumnya _dibikin_ mendidih.

Wa idzal-bihaaru sujjirat.

And when the seas are filled with flame.

Dan ketika lautan dipanaskan.

Ketika, bukan jika. Artinya, pasti terjadi.

Dipanaskan, dibikin mendidih, lalu kering.

Lalu daratan menjadi benar-benar rata.

Maka “ruang” itu pun tercipta. Ruang untuk menampung semua manusia yang dibangkitkan. Ruang untuk menampung lembaran-lembaran catatan amal manusia.

Semoga Allah melindungi kita di hari itu.

Sekarang, kita beralih ke jahannam.

Di surah An-Naba’ ini, Allah melukiskan jahannam lebih dulu sebelum memberikan gambaran tentang jannah.

Inna jahannama kaanat mirshaadaa.

Aslinya, jahannam itu bukan kata bahasa Arab. Mungkin kata itu berasal dari Persia atau Hebrew. Yang artinya: a trash valley. Atau sebuah “lembah sampah”. Sementara itu, dalam bahasa Farsi, kata itu artinya torture chamber. Atau “ruang penyiksaan”.

Dari “pernikahan” dua makna kata itu, Allah memberi nama jahannam. Maka makna jahannam adalah ruang penyiksaan, sebuah tempat yang isinya sampah.

Mengapa disebut sampah? Karena orang-orang yang akan berakhir di sana, mereka semua, dalam pandangan Allah, adalah sampah.

Itulah mengapa Allah menyatakan laa yashlaahaa illal-asyqaa. Hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka.(QS Al-Layl, 92:15)

The worst of the worst of the worst.

Yang terburuk dari yang terburuk dari yang terburuk.

Itulah yang akan masuk ke jahannam.

Iman Fakhrudin Ar-Razi mengatakan bahwa jahannam itu sudah menunggu-nunggu yang akan memasukinya.

Hal min maziid. Masihkah ada tambahan? Ini adalah kata-kata yang diucapkan jahannam._ (QS Qaf 50:30)

Jadi jahannam sebenarnya adalah sesuatu yang hidup. Karena bisa bercakap-cakap dengan Allah. Karena bisa menjawab ketika Allah bertanya, “Apakah kamu sudah penuh?”

Dan jahannam pun menjawab, “Masihkah ada tambahan?”

Subhaanallaah.

Insya Allah kita lanjutkan minggu depan.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (41:12 – 43:11)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s