بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Di zaman ketika kegiatan diskusi serta berpendapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mempengaruhi persepsi orang lain maupun publik secara luas, tidak dapat dipungkiri lagi, umat muslim harus memahami rambu-rambu untuk bertukar pemikiran yang telah diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an. Salah satu ayat favorit di Al-Qur’an yang membahas masalah ini adalah surah An Nahl ayat 43.
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ…
“…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS An Nahl [16] ayat 43)
Ustaz Nouman Ali Khan membahas ayat ini sambil menghubungkan dengan pengalamannya sendiri ketika beliau masih muda. Saat itu, ketika beliau bersama teman-temannya pergi mendatangi program-program ceramah dan perkumpulan diskusi agama, beliau selalu merasa bisa mendebat orang lain tentang hal-hal yang ia merasa sudah pahami. Dan ketika beliau berbincang dengan seseorang, dalam hatinya ia bergumam “Orang itu ga ngerti sama sekali..”, “Apakah ia tidak tahu ayat itu, hadits itu, bukti-bukti itu, apa yang ulama itu bilang.”
Bahkan beliau menggambarkan hal tersebut bagaikan melempar semua isi kepalamu seperti bola pingpong kepada lawan debatnya. Seakan-akan semua hal yang dipelajari hal-hal ini hanya digunakan untuk mengalahkan seseorang dalam perdebatan dan menunjukkan bukti-bukti serta argumen yang kuat.
Padahal seharusnya, ilmu padi menjadi hal terpenting yang harus kita terapkan secara konsisten. Hal ini jugalah yang disadari oleh Ustaz Nouman muda untuk dijadikan pelajaran di kemudian hari. Bahwa ini bukan masalah pengetahuan dan kebijaksanaan lagi, namun hanya tindakan untuk memuaskan ego diri sendiri dengan menggunakan agama sebagai kedoknya.
Ayat ini menekankan kembali pentingnya mengembalikan setiap pengetahuan kepada ahli dan pakarnya. Fenomena matinya kepakaran sudah dianggap menjadi hal yang lumrah terutama dengan maraknya media sosial, ketika setiap orang diberikan wadah untuk bebas beropini, meskipun opininya tidak mengandung dasar pengetahuan yang kuat.
Tiga hal yang penting dalam memahami masalah ego yang dapat disimpulkan dari ceramah ustaz adalah: kesadaran untuk berpendapat hanya dengan pengetahuan, tidak berdebat hanya untuk merasa benar dan unggul, dan yang terpenting adalah menerima apabila kesalahan kita dikoreksi oleh orang lain.
Setiap individu juga wajib mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri, sehingga saat hendak mengemukakan pendapat, akan lebih berhati-hati dengan semua kata yang keluar, sebagai contoh, Ustaz Nouman yang mendalami Alquran, merasa tidak berhak mengomentari dan menafsirkan hadits. Beliau paham akan pengetahuannya yang terbatas, sehingga menjaga diri dari sembarangan mengeluarkan pendapat ketika ada ulama lain yang jauh lebih paham dari beliau.
Dengan kerendahan hati intelektual, bukan hanya kita bisa membuat lingkungan diskusi menjadi lebih kondusif dan produktif, namun itu juga bisa membuat diri kita sendiri menjadi pribadi yang selalu berkembangً karena selalu haus akan pengetahuan baru. Kesadaran bahwa setiap manusia punya ketidaktahuan pada banyak hal, akan menghindarkan kita dari sikap bebal dan ngotot saat dikoreksi oleh orang lain yang memang jauh lebih paham dari kita akan hal tersebut.
Dari pengalaman saya, kerendahan hati intelektual ini menjadi masalah yang masih sangat meluas di kalangan muslim, bahkan untuk masyarakat secara umum. Tentu saja saya juga sering terjebak dengan ego sendiri dan melenceng dari jalan kerendahan hati yang seharusnya diterapkan secara istiqamah. Bahkan sampai sekarang pun saya masih selalu berusaha untuk keluar dari jebakan ego dalam beragama.
Para pakar pun juga bisa terjebak dan terkadang inilah yang bisa menimbulkan bahaya yang lebih meluas. Sebagai contoh, masalah bisa terjadi apabila profesor sains yang pakar pada bidangnya namun berbicara mengenai ilmu agama tanpa dasar pengetahuan, begitu pula apabila pemuka agama berbicara mengenai ilmu sains tanpa dasar pengetahuan. Berbicara tentang hal yang tidak dikuasai hanya akan menimbulkan masalah, karena tidak sesuai dengan perintah yang diajarkan melalui dalil Surah An Nahl ayat 43, apalagi apabila pendapat-pendapat pakar bisa mempengaruhi publik secara meluas.
Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat untuk meningkatkan kesadaran dalam membangun kerendahan hati intelektual. Dan bahwa langkah terbaik yang diajarkan Al-Qur’an adalah mengembalikannya dengan bertanya kepada yang lebih paham dan menguasai keilmuan tersebut, di semua bidang ilmu manapun.
Selain itu, kerendahan hati merupakan kunci kemajuan individu, membuka peluang pengembangan diri masing-masing yang tidak mengenal batas, sehingga karakter ini bisa menjadi pondasi yang kuat bagi kemajuan komunitas umat muslim secara kolektif, menuju islam yang rahmatan lil alamin.
Allahu ‘alam bi shawwab
Sumber
[Subtitle Indonesia] Kerendahan Hati Intelektual – Nouman Ali Khan – YouTube