[MFA2021] Pekerjaan yang Dihormati – Muhammad Nur Hidayat


Pagi itu, Jakarta mengalami banjir di beberapa titik. Saya, yang berencana berangkat kerja pada hari itu, harus mengurungkan niat karena akses tidak dapat dilalui karena banjir. Terpaksa harus putar arah pulang. Perjalanan pulang pun disuguhi oleh pemandangan yang sangat menarik. Orang-orang berlalu-lalang untuk menaklukkan banjir Jakarta agar dapat segera tiba di kantor masing-masing. Motor-motor yang mogok membuka lapangan kerja dadakan sehingga para “pemangkul” motor ikut mengais rezeki di tengah-tengah banjir. Bocah-bocah berlarian dan berenang di tengah kepungan banjir. Ada yang sibuk mencela banjir dan ada juga yang sibuk “berdamai” dengan banjir.

Salah satu pemandangan paling menarik adalah para petugas kebersihan yang mungkin sudah dari pagi buta mencoba untuk mengangkat sampah-sampah yang menghalangi aliran, baik di saluran-saluran kecil maupun di kali-kali Jakarta. Pakaian-pakaian yang kotor dan wajah lelah merupakan gambaran dari keadaan mereka yang masih bersemangat tersebut.  Perasaan kesal pun muncul ketika melihat ada orang yang memanfaatkan momen banjir ini untuk membuang sampah ke sungai di depan petugas kebersihan yang sedang bertugas. Seakan-akan tidak menghargai ada petugas kebersihan yang dari pagi buta berusaha agar banjir cepat usai. Saya membayangkan jika saja ketika kejadian tersebut Gubernur Jakarta ataupun Polisi sedang melewati jalan itu, apakah orang itu masih berani untuk membuang sampah ke sungai?

Pikiran ini membawa saya kembali ke surah al-Hujurat ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Hal ini sebenarnya sering kali terjadi. Pekerjaan-pekerjaan yang kita anggap berpenghasilan rendah dan kotor (identik dengan pekerja kerah biru) adalah pekerjaan-pekerjaan yang sering kali dipandang orang hina. Namun bagaimana sebenarnya pandangan manusia pada hal ini jika diberi kacamata Islam?

Ustaz Nouman Ali Khan dalam ceramah Jumat-nya yang berjudul “Honoring Honest Work” menjelaskan secara gamblang bagaimana Islam memandang suatu pekerjaan dan bagaimana seharusnya sikap kita dalam bekerja. Namun, kali ini kita akan fokus kepada poin yang pertama. 

Beliau memulai dengan mengutip hadis-hadis:

“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad)

Dua hadis di atas menggambarkan bahwa dalam Islam semua pekerjaan yang halal dan baik adalah terhormat, bahkan disamakan dengan ibadah jihad. Ibadah yang paling tinggi dan surga ganjarannya. Jika kacamata ini dibawa ke dalam cara pandang para pekerja tersebut maka semua orang akan merasa bangga dan terhormat dengan pekerjaannya. Kenapa? Karena orang akan merasa dengan pekerjaannya inilah, mereka bisa mendapatkan surga yang merupakan hal sangat diimpikan oleh setiap muslim.

Kacamata dunia selalu memandang kehormatan seseorang terletak pada harta dan tahta. Lalu, bagaimana bila semua orang memakai cara pandang ini? Semua orang akan berangan-angan mendapatkan itu seperti cerita Qarun (QS Al-Qashash, 28:79) yang mana orang-orang pada saat itu mengandaikan jika mereka mempunyai harta kekayaan seperti Qarun. Akibatnya bisa kita lihat dari kehidupan sehari-hari kita di mana orang-orang sibuk mengumpulkan harta dan menaikkan kedudukan mereka bahkan dengan cara-cara yang tidak halal.

Bila kita kembalikan dengan menggunakan kacamata Islam, tidak mungkin orang akan berpikiran untuk mengejar harta dan tahta dengan cara yang tidak halal karena yang dikejarnya adalah surga dan bahkan dengan pekerjaan yang halal dan baik namun terlihat hina di mata orang lain, Allah menjanjikan surga baginya.

Salah satu contohnya adalah kisah tentang Uwais al-Qarni. Siapa beliau? Uwais al-Qarni terkenal dengan sebutan “orang yang tak terkenal di bumi namun viral di langit”. Bagaimana tidak? Bahkan di kampungnya sendiri, beliau pun tak dikenal oleh orang-orang, sebelum mereka mendengar hadis Nabi. Beliau adalah salah satu orang yang doanya pasti diijabah oleh Allah berdasarkan hadis Nabi. Lalu apakah pekerjaan beliau terhormat menurut kacamata dunia? Apakah beliau memiliki jabatan tinggi? Tidak, beliau tidak memiliki itu semua. Lalu apakah amalan beliau? Berbakti kepada ibunya yang salah satunya sama dengan hadis Nabi yang dikutip di atas, yaitu: bersusah payah mencari rezeki untuk keluarga terutama ibunya.

Ini adalah pelajaran yang luar biasa. Islam selalu memandang terhormat semua pekerjaan yang baik dan halal. Tak peduli pekerjaan kita adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh kacamata dunia, selama itu kita niatkan dengan benar, Insya Allah surga balasannya.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang tak memandang seseorang dari keadaan dunianya melainkan dari kacamata akhirat. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang selalu pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya.

Wallahu a’lam bishshawab.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s