Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-306
Topik: Pearls from Al-Kahfi
Jum’at, 23 April 2021
Materi VoB Hari ke-306 Pagi | Jika Kamu Muslim yang Pintar, Maka Justru Pelajarilah Islam dengan Sangat Serius
Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti
#FridayAlKahfWeek44Part1
Part 1
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Kita harus menunjuk seorang muslim yang paling pintar untuk serius mempelajari Islam. Jika kita tidak melakukannya, apa yang akan terjadi pada negara-negara muslim? Siapa yang akan mempelajari Islam?
Jika kita tidak mengirim orang yang paling pintar untuk belajar Islam, maka yang belajar Islam adalah orang yang tidak diterima di sekolah, universitas dan jurusan apapun (selain universitas dan jurusan Islam). Merekalah yang akan “terdampar” di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah. Sayang sekali, fenomena ini menjadi budaya selama beberapa dekade.
Karena fenomena inilah, ketika ada seorang pemuda berkewarganegaraan Amerika Serikat, misalnya. Dia ingin mempelajari bahasa Arab dan mengutarakan keinginannya kepada orang tuanya. Terlepas dari apapun latar belakang etnisnya (entah dia dari etnis India, Bangladesh, Mesir, atau etnis apapun), ketika seseorang ingin mengambil kuliah Al-Quran atau Islam, maka apa yang akan dipikirkan oleh orang tuanya?
“Hanya anak-anak yang tidak punya masa depan yang mengambil sekolah dan kuliah Islam.”
“Lalu kenapa kamu malah mengambil sekolah dan kuliah Islam?”
Fenomena ini sepertinya cukup relevan juga terjadi pada keluarga-keluarga muslim di Indonesia. Kebanyakan orang tua yang cenderung sekuler akan menumpas habis keinginan anaknya untuk sekolah atau kuliah di pesantren-pesantren dan madrasah.
“Kamu kan anak pintar, kenapa kok malah kuliah di universitas Islam? Sayang banget, gimana nanti masa depannya?” kebanyakan orang akan berpikir begini. Begitu juga para orang tua juga mengkawatirkan hal ini.
“Cuma akan jadi guru ngaji atau ustadz, akan dapat gaji berapa?”
Fenomena inilah yang membuat kita sebagai muslim sangat sulit menemukan ustadz atau ulama yang benar-benar cerdas dan terdidik, serta benar-benar bersikap profesional terhadap keilmuannya.
Ini adalah fitnah yang besar. Fitnah yang sangat besar di dunia Islam…
Ada beberapa hal yang menarik yang berkembang pada sejarah pergerakan kaum Protestan. Ingatkah bahwa ada dua gerakan yang terkait dengan penindasan yang terjadi di Gereja?
Satu hal yang berkembang pada sejarah pergerakan kaum Protestan adalah kembalinya ajaran-ajaran yang paling fundamental pada kepercayaan Kristen, yang akhirnya berkembang semakin mengglobal.
Seperti apakah itu?
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Deeper Look – 18. Al-Kahf – 09. Al-Kahf and Dajjal Part 2 (35:47-38:00)
Materi VoB Hari ke-306 Siang | Materialisme Kaum Protestan yang Tersebar di Kalangan Kaum Muslimin
Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti
#FridayAlKahfWeek44Part2
Part 2
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Ada beberapa hal yang menarik yang berkembang pada sejarah pergerakan kaum Protestan. Ingatkah bahwa ada dua gerakan yang berkaitan dengan penindasan yang terjadi di Gereja?
Satu hal yang berkembang pada sejarah pergerakan kaum Protestan adalah kembalinya ajaran-ajaran yang paling fundamental pada kepercayaan Kristen, yang akhirnya berkembang semakin mengglobal.
Kristen pada aslinya punya kepercayaan bahwa dunia ini adalah kutukan, setiap manusia itu kualat, bahkan setiap manusia itu sudah berdosa dan sudah membawa kutukan sejak lahir. Manusia hidup di dunia ini dianggap sebagai sesuatu yang terkutuk dan tidak diinginkan oleh Allah ﷻ.
Kepercayaan itu disebabkan karena Nabi Adam a.s. yang melanjutkan kehidupan di dunia sebagai hasil dan konsekuensi dari dosa yang Nabi Adam a.s. telah lakukan. Itulah mengapa setiap manusia dianggap lahir dengan membawa dosa.
Sedangkan dalam Islam dikatakan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah. Kita semua lahir dalam kondisi fitrah dan tidak lahir dalam kondisi berdosa. Tapi, orang-orang Kristen menganggap bahwa setiap manusia lahir dengan membawa dosa, sehingga setiap manusia dianggap harus menebus dosa sejak lahir tersebut semasa hidup dan hidup di dunia akan selalu menyengsarakan.
Orang-orang Protestan protes terhadap ideologi dan kepercayaan seperti ini. Mereka berpendapat bahwa mungkin benar bahwa manusia lahir dengan membawa dosa, tapi tetap Tuhan sayang pada manusia.
Mereka menganggap bahwa semakin banyak yang kita dapatkan dalam hidup, semakin layak kita menjalani hidup kita; misal, semakin bagus mobil yang kita miliki, semakin mevvah baju yang kita pakai, semakin megah rumah kita; maka sebenarnya itu adalah fakta bahwa Tuhan menyayangi manusia.
Jadi, menurut orang-orang Protestan, tanda-tanda bahwa Tuhan menyayangi hamba-Nya adalah ketika negara mereka menjadi nomor satu, ketika bisnis mereka menjadi semakin besar, kekayaan mereka semakin banyak, ketika tubuh sehat; itulah tanda-tanda bahwa Tuhan mencintai mereka.
Jadi, mereka mengambil ideologi materialisme dan membuatnya menjadi spiritual. Perolehan materi dianggap sebagai tanda-tanda bahwa mereka berada di jalan Tuhan. Jika mereka kaya, Tuhan tidak mungkin marah kepada mereka. Kalau Tuhan marah, mana mungkin mereka dijadikan-Nya milyader?
Mentalitas ini sebenarnya tidak hanya terbatas ada dan tersebar di kalangan orang-orang Protestan saja. Mentalitas ini sebenarnya juga tersebar di orang-orang muslim. Pemahaman ini memang tidak tersebar di kalangan muslim tradisional, karena muslim tradisional terkurung dalam “balon”nya sendiri. Tapi, pemahaman ini meluas di kalangan orang-orang muslim awam.
Contoh. Kebanyakan muslim membeli rumah dengan KPR ribawi dengan berhutang ke bank. KPR ribawi dengan bunga itu sudah jelas sekali haram. (Bunga itu riba, dan riba itu haram, kan?)
Lalu apa yang akan kebanyakan keluarga muslim lakukan, setelah sudah membeli rumah?
Ya, biasanya orang-orang muslim melakukan acara syukuran dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an di rumah yang telah dibeli dengan cara ribawi tersebut.
Lalu di acara syukuran itu, dikatakan bahwa acara ini diadakan sebagai tanda syukur kepada Allah ﷻ yang telah mengizinkan mereka memiliki rumah.
Mungkin kata-katanya tidak tepat seperti itu, tapi kita bisa menangkap bahwa “syukur” itu nampak selalu identik dengan hal-hal ekonomis dan materialis kan?
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Deeper Look – 18. Al-Kahf – 09. Al-Kahf and Dajjal Part 2 (38:00-40:07)
Materi VoB Hari ke-306 Sore | Infiltrasi Materialisme pada Tubuh Umat Islam
Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti
#FridayAlKahfWeek44Part3
Part 3
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Biasanya orang-orang muslim melakukan acara syukuran dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an di rumah yang telah dibeli dengan cara ribawi. Lalu di acara syukuran itu, dikatakan bahwa acara ini diadakan sebagai tanda syukur kepada Allah ﷻ yang telah mengizinkan mereka memiliki rumah.
Padahal sebenarnya, mereka diizinkan membeli rumah oleh bank, bukan oleh Allah ﷻ. Bukankah Allah melarang kita untuk terlibat dalam transaksi dengan riba atau bunga, baik sebagai pemberi utang dan pengambil utang?
Mereka berpikir bahwa karena pihak bank telah mengizinkan mereka untuk memiliki rumah dan karena pihak penjual furnitur rumah juga telah “bermurah hati” menjual furniturnya dengan diskon kepada mereka, maka, itu terjadi atas izin dan validasi dari Allah ﷻ.
Mereka mengambil kekayaan materi, lalu berpikir “Jika Allah tidak mengizinkan kita memilikinya, lalu kenapa kita sekarang memilikinya?”
Mentalitas seperti ini benar-benar sangat umum terjadi. Umum sekali. Yaitu menjustifikasi cara berpikir material seperti seakan-akan bahwa itu adalah pemberian, rezeki, ridha dan legitimasi dari Allah.
Jika kita lihat kisah kedua di surat Al-Kahfi, kita akan menemukan bahwa ada dua orang yang memiliki kebun.
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًاۗ
”Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang (yang kafir) Kami beri dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang.” (QS Al-Kahfi 18:32)
Lalu seakan-akan seseorang dari mereka mengatakan,
“Kalau Allah tidak mengizinkan saya memiliki kebun ini, maka kenapa saya memiliki kebun ini?”
“Oh, ya tentu, pastilah Allah ridha pada saya, sehingga jika saya mati pun, maka saya pasti akan dapat yang lebih baik dari yang saya punya di dunia ini.”
“Kalau di dunia saja Allah sudah mengaruniai berbagai rejeki yang melimpah, bagaimana nanti di akhirat, pasti lebih mewah dan berlimpah lagi dong…”
“Rezeki yang berlimpah di dunia ini kan hanya sekadar preview atas apa yang nanti akan Allah beri kepada saya di akhirat…”
Fitnah materialisme ini memang datang dari berbagai macam cara.
Ust. Nouman memberikan contoh-contoh tadi agar kita lebih memahami bagaimana materialisme ini bisa merasuk ke dalam pikiran dan kehidupan orang-orang muslim di zaman ini. Walaupun sebenarnya, materialisme ini pada awalnya dimulai dan berkembang di Barat.
Cara berpikir materialisme ini bermutasi, bertransformasi dan menginfiltrasi pikiran orang-orang Muslim. Bukan hanya menginfiltrasi pikiran saja, tapi juga menginfiltrasi hati dan psikologis umat Islam.
Beberapa ayat dalam surat Al-Kahfi menjawab ideologi materialisme ini. Sekarang, setidaknya kita sudah lebih aware tentang masalah ini dan mengapa Allah ﷻ menjawab dan memberikan solusinya di dalam Al-Qur’an, di surat Al-Kahfi.
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Deeper Look – 18. Al-Kahf – 09. Al-Kahf and Dajjal Part 2 (40:07- end)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah