[VoB2021] Nama Kitab bagi Al-Quran


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-301

Topik: Heavenly Order

Ahad, 18 April 2021

Materi VoB Hari ke-301 Pagi | Nama Kitab bagi Al-Quran 

Oleh: Icha Farihah

#SundayHeavenlyOrderWeek43Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sebelumnya kita telah membahas dua nama dari Al-Qur’an yaitu “Qur’an” dan “Kitab”.

Kata kitab dari pendapat lain bermakna sesuatu yang memiliki urutan.

Seperti layaknya sebuah buku, apapun jenis bukunya dan dari peradaban manapun. Buku memiliki urutan dan bab dari satu tempat ke tempat lainnya.

Jika kita mencoba memindahkan urutan atau bab yang ada, kita pastinya menyalahi tujuan penulisan buku yang telah ditulis oleh sang penulis tersebut. Kita merusak proses pembelajaran sebuah buku jika kita mengubah-ubah urutannya.

Jadi, secara definisi, buku adalah sesuatu yang teratur menurut urutannya. Begitu juga dengan sebuah tulisan, ia diatur menurut urutannya.

Dengan menggunakan nama “Kitab” bagi Al-Qur’an, hal ini membuktikan bahwa secara tekstual, Al-Qur’an adalah memang sebuah buku.

*****

Sekarang mari kita bahas kalimat bahasa Arab, jam’ahu ‘alaynaa.

Jama’ berarti pengumpulan, ‘alaa berarti tanggung jawab. Maka makna kalimat di atas adalah “Pengumpulannya adalah tanggung jawab kami.”

Kemudian, jika kita taruh kata inna di depannya, inna jam’ahu ‘alaynaa.  Maknanya menjadi “Sungguh, pengumpulannya adalah tanggung jawab kami.”

Sekarang, kita balik kalimat tersebut menjadi inna ‘alaynaa jam’ahu. Bagaimana terjemahan yang benar untuk kalimat seperti ini?

Mungkin bagi orang-orang yang telah belajar bahasa Arab sudah tahu jawabannya. Terjemahan yang paling tepat adalah “Hanya Kamilah yang bertanggung jawab untuk mengumpulkannya.” Kalimat ini merupakan ayat ke-17 dari surat Al-Qiyamah. Di ayat ini, Allah mengambil tanggung jawab secara eksklusif terhadap Al-Qur’an.

Menariknya lagi, Allah menggunakan kata jam’ahu bukan jam’aha. Jam’ahu menunjukkan bahwa yang menjadi tanggung jawab-Nya adalah keseluruhan, sedangkan jam’aha hanya merujuk pada ayat saja. 

Kemudian ayat lanjutannya adalah wa qur’aanahu. Dan membacakannya.

Jadi, makna lengkap dari ayat ini adalah tidak ada yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan Al-Qur’an kecuali Kami dan tidak ada pula yang bertanggung jawab untuk membacakannya kecuali Kami.

Analoginya seperti ketika kita bertanggung jawab untuk menyusun suatu tulisan, artikel, jurnal, berita, maupun informasi lainnya, maka kita bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi tersebut dan kita juga bertanggung jawab untuk membacakannya secara urut. 

InsyaaAllah bersambung ba’da zhuhur.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 02_ Textual Arguments (06:03 – 08:55)


Materi VoB Hari ke-301 Pagi | Janji Allah tentang Al-Quran 

Oleh: Icha Farihah

#SundayHeavenlyOrderWeek43Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sekarang kita akan membahas dari segi sejarah tentang makna kitab. Pembahasan ini nantinya akan berkaitan dengan pendapat tekstual yang baru saja kita pelajari.

Pada masa-masa terakhir kehidupan sang Rasul, beliau shalallaahu ‘alayhi wa salam membacakan Al-Qur’an secara keseluruhan, dari awal sampai akhir, kepada Malaikat Jibril. Kejadian itu berlangsung dua kali. 

Saat itu, sahabat nabi bernama Zaid bin Tsabit juga bersama sang Rasul ketika proses pembacaan Al-Qur’an berlangsung. Tidak hanya sekali, Zaid radhiyallahu ‘anhu menghadiri keduanya.

Zaid bin Tsabit adalah orang yang sama yang mendapat amanah dari Khalifah Utsman bin Affan untuk menjalankan project pengumpulan Al-Qur’an dalam satu mushaf. Ia radhiyallahu ‘anhu ditugaskan untuk menyusun urutan Al-Qur’an dengan benar.

Kenapa Zaid bin Tsabit yang dipilih untuk menjalankan project tersebut?

Jawabannya baru saja kita bahas. Ya, Zaid bin Tsabit adalah satu-satunya sahabat nabi yang hadir ketika pembacaan Al-Qur’an secara lengkap berlangsung. 

Para tahfidz Al-Qur’an pada zaman itu memang banyak, tapi sumber yang paling sah ada pada sosok Zaid bin Tsabit.

Tentu kita tidak dapat membayangkan jika seorang Zaid bin Tsabit akan menyetujui urutan yang berbeda dari apa yang didengarnya secara langsung dari Sang Rasul. 

Itulah alasan kenapa Zaid radhiyallahu ‘anhu diamanahi project penyusunan Al-Qur’an.

*****

Sekarang mari kita kembali ke surat Al-Qiyamah ayat 17 untuk menemukan hubungannya.

Inna ‘alaynaa jam’ahu wa quraanahu.

Sesungguhnya hanya Kami yang akan mengumpulkannya dan membacakannya.

Allah mengatakan ini di surat Al-Qiyamah, surat kategori makkiyah yang berarti pada saat itu baru beberapa surat saja yang turun kepada Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam.

Ayat ini seperti mengatakan,

“Jangan khawatir, meskipun ini surat Makkiyah, di akhir nanti, Allah akan memastikan bahwa semua dari Al-Qur’an akan dibacakan. Allah yang akan mengambil tanggung jawab untuk mengumpulkan semuanya dan Allah juga yang akan memastikan bahwa Al-Qur’an akan dibacakan secara keseluruhan.”

Setelah itu, benar saja, Al-Qur’an dibacakan secara lengkap. 

Maka, itu membuktikan bahwa janji Allah di dalam ayat ini terpenuhi.

InsyaaAllah bersambung ba’da ashar.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 02_ Textual Arguments (08:55 – 10:17)


Materi VoB Hari ke-301 Pagi | Kitab, Al-Quran dan Hakim 

Oleh: Icha Farihah

#SundayHeavenlyOrderWeek43Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selanjutnya kita berpindah lagi ke pendapat tekstual lainnya tentang kitab.

Pendapat yang sudah kita tahu tentang kitab adalah sebuah buku yang memiliki urutan. 

Lebih jauh lagi, kitab juga diartikan sebagai kitaabun uhkimat aayatuhu. Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi dan saling bertautan. (QS Hud, 11:1)

Ihkam berarti menyambung dua benda menjadi satu. 

Ketika kita menjahit atau menenun, kita menyambungkan benang dengan urutan yang rapi, tidak sembarangan.

Ayat juga seperti itu. Ayat dijahit dan disambung menjadi satu, dipegang erat-erat, persis seperti yang seharusnya.

Coba bayangkan jika dari jahitan tersebut ada satu benang atau ikatan yang tidak pada tempatnya, pasti jahitan itu akan rusak dan berantakan. 

Ayat Al-Qur’an yang digambarkan sebagai suatu jahitan yang saling bertaut adalah bagian dari makna hakim.

Makna kitab sebagai jahitan yang saling bertaut juga ada di dalam surat Yasin, 

Yaasiin. Wal quraanil hakiim.

Yasin. Demi Al-Qur’an yang jahitannya bagus. (QS Yasin, 36:1-2)

Penggunaan kata hakim ini menjadi bukti dari makna kitab lainnya.

InsyaaAllah bersambung minggu depan.

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 02_ Textual Arguments (10:17 – 11:13)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s