[VoB2021] Dari Allah Kita Belajar


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-298

Topik: Divine Speech

Kamis, 15 April  2021

Materi VoB Hari ke-298 Pagi | Dari Allah Kita Belajar

Oleh: Ayu S Larasaty

#ThursdayDivineSpeechWeek43Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Di pembahasan kali ini, Ustaz Nouman mengungkapkan upaya orientalis yang tidak mempelajari Bahasa Arab dan Islam di Arab, tetapi di peradaban Barat.

Para orientalis tersebut seringkali belajar Islam di Barat namun hasilnya adalah untuk mengkritik ayat-ayat Al-Qur’an secara linguistik untuk kemudian menuduh bahwa Al-Qur’an memiliki kecacatan pola/grammar yang sekaligus menjadikan arti Al-Qur’an tidak relevan, tidak humanis dan menindas perempuan.

Ustaz juga sudah pernah menyampaikan bahwa bahasa Arab itu ada tiga jenis yaitu spoken (bahasa bicara/sehari-hari), formal (bahasa baku) dan old (bahasa Al-Qur’an). Jelas bahasa Al-Qur’an lebih memiliki makna yang sesuai dengan Al-Qur’an dan memiliki akar kata. 

Namun yang orientalis tersebut lakukan adalah melakukan kritik linguistik bahasa Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Arab yang formal.

Jadi meskipun penulis karya ilmiah tersebut adalah seorang yang bergelar Ph.D, yang karya tulisnya tidak akan kita baca juga karena siapa di sini yang baca tulisan Ph.D??? Hehe

Meskipun penulis bergelar Ph.D, karya tulisnya hanya membuktikan bahwa dia tidak memahami linguistik bahasa Al-Qur’an.

Terlebih ayat yang dikritik termasuk ayat yang paling mencerahkan dan menjadi “AHA! moment” bagi Ustaz Nouman.

Ayat tersebut adalah QS. Al-Baqarah:177

Laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wal-malā`ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn, wa ātal-māla ‘alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīli was-sā`ilīna wa fir-riqāb, wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh, wal-mụfụna bi’ahdihim iżā ‘āhadụ, waṣ-ṣābirīna fil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i wa ḥīnal-ba`s, ulā`ikallażīna ṣadaqụ, wa ulā`ika humul-muttaqụn

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Nah! Orientalis yang mengkritik ayat ini keukeuh bahwa ayat tersebut haruslah Laisal-birru an tuwallụ bukannya Laisal-birra an tuwallụ.

Tapi sebelum menjawab kenapa-nya, Ustaz ingin kita memahami makna Laisal-birra an tuwallụ terlebih dahulu.

InsyaaAllaah kita bahas di tulisan berikutnya yha!

Wallahu’alam bish-shawwab

Sumber: 

Bayyinah TV – Quran – Course – Divine Speech – 07. Sequencing in The Qur’an (45:20 – 47:30)


Materi VoB Hari ke-298 Siang | Allah Mengajarkan Kita

Oleh: Ayu S Larasaty

#ThursdayDivineSpeechWeek43Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Masih dalam pembahasan ayat yang sama yakni QS. Al Baqarah:177

Laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wal-malā`ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn, wa ātal-māla ‘alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīli was-sā`ilīna wa fir-riqāb, wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh, wal-mụfụna bi’ahdihim iżā ‘āhadụ, waṣ-ṣābirīna fil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i wa ḥīnal-ba`s, ulā`ikallażīna ṣadaqụ, wa ulā`ika humul-muttaqụn

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Nah perhatikan kalimat Laisal-birra an tuwallụ yang memiliki arti Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan.

Kalau diparafrasekan ke bahasa yang lebih populis artinya serupa dengan “Kebajikan itu bukan hanya menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat.”

Nah, di sini serunya!

Perhatikan yha, ini juicy bangeeeet!

Ustaz Nouman menjelaskan bagaimana cara Allah men-ta’dib kita.

Jika ada sebuah kalimat yang berbunyi “Kebenaran itu bukan mengarahkan wajah kita ke timur atau barat.” maka kalimat tersebut berarti kebenaran bukan mengarahkan wajah ke timur atau barat.

Tapi jika kalimatnya ditambah satu kata menjadi “Kebenaran itu bukan hanya mengarahkan wajah kita ke timur atau barat.” maka kalimat tersebut mengindikasikan atau mengisyaratkan bahwa selain mengarahkan wajah ke timur atau barat ada kebenaran yang lain lagi….

Jadinya beda banget yha, Kawan?

Padahal hanya ditambahkan satu kata yakni hanya.

Nah, normalnya orang yang disampaikan kalimat yang kedua akan langsung bertanya, “Apa lagi yha?”

Dialog seperti inilah yang Allah stimulasi pada ‘aql kita saat membaca ayat QS Al-Baqarah ini. 

Allah: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan (Kebajikan itu bukan hanya menghadapkan wajah ke arah timur atau barat)

Hamba Allah: “Hmmm kalau kebajikan itu tidak hanya menghadapkan wajah ke arah timur dan barat, apalagi yha yang termasuk kebajikan itu??”

Nah, lanjutan ayat tersebut adalah jawaban dari respon kita terhadap pernyataan tersebut.

Tapi gimana kita mau merespon ayat itu, yha?

Banyak dari kita yang bahkan enggak paham maksud dari ayat-ayat yang Allah turunkan.

Bagaimana bisa berkomunikasi kepada Allah?

Kita masih saja terus menikmati menjadi ‘turis’ di agama sendiri, kita enggak paham Allah menyampaikan apa kepada kita.

Well, itu untuk muhasabah saja, mungkin kali ini kita perlu bersungguh-sungguh dalam belajar bahasa Arab. Bukankah kita seringkali kita terharu akan indahnya pesan yang Allah sampaikan melalui guru-guru kita?

Kita seringkali tersentuh, namun tak kunjung tertarik kah kita untuk memahami Al-Qur’an sebagaimana kita memahami orang-orang yang kita cinta berbicara?

Sebelum ayat ini turun ada banyak ayat lainnya yang menyatakan agar orang-orang beriman terus menghadapkan wajahnya pada Ka’bah dan kiblat. 

Namun setelah ayat ini turun, Laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi para sahabat menanti-nanti lanjutan ayat berikutnya sambil bertanya-tanya selayaknya seorang yang ingin memenuhi keinginan agar dicintai oleh orang yang dia cinta.

Setelah turun ayat lanjutannya, mereka berlomba-lomba untuk membenarkan iman dan menjadi orang bertakwa.

Wallahu’alam bish-shawwab

Sumber: 

Bayyinah TV – Quran – Course – Divine Speech – 07. Sequencing in The Qur’an (47:30 – 52:15)


Materi VoB Hari ke-298 Sore | Allah adalah Guru Kita

Oleh: Ayu S Larasaty

#ThursdayDivineSpeechWeek43Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Guru yang baik adalah guru yang mampu menjadikan murid-muridnya pandai mengajarkan apa yang telah diajarkan olehnya.

Nah, lalu bagaimana jika Allah mengajar hamba-Nya?

Allah tentu Maha Mengetahui bagaimana cara untuk membuat suatu materi dan pembahasan menjadi menarik untuk hamba-Nya, menstimulasi agar ada interaksi antara guru dan murid hingga sampai makna suatu hal kepada jiwa si murid.

Selain itu, cara berkomunikasi guru juga sangat menentukan sampainya makna kepada jiwa si murid. Bagaimana caranya yha?

Tentu saja dengan membuat pembahasan dimana si murid jadi bertanya-tanya tentang suatu pertanyaan yang akan menjadi pembahasan berikutnya, metode semacam ini terbukti ampuh untuk melekatkan ilmu yang disampaikan guru kepada murid.

Selain itu Allah juga memahami bahwa murid-Nya alias kita semua, gampang ngantuk, gampang ke-distract, gampang teralihkan perhatiannya, cepet banget lupa, sedikit-sedikit ngecek gawai lihat sosmed, update status.

Hal ini diamini oleh Ustaz Nouman, beliau mengatakan beliau bisa saja menulis buku tentang tafsir. Tapi dengan pasar yang krisis literasi sekarang ini, siapa yang akan membaca tulisan beliau?

Itulah sebabnya Ustaz berfokus pada menjadikan pesan yang disampaikan Allah lewat Al-Qur’an menjadi mudah dipahami. Beliau adalah guru yang baik, bukan?

Nah, cara Allah agar murid-murid-Nya tidak ke-distract adalah dengan mengurutkan pembahasan. Seperti pembahasan kali ini, sebelumnya bahasannya adalah tentang pergantian arah kiblat, sehingga terjadi perubahan arah saat melakukan shalat, lalu bahasan berikutnya adalah kebajikan itu tidak hanya mengarahkan wajah ke timur atau barat (arah kiblat).

Allah secara tidak langsung mengarahkan murid-murid-Nya agar menjadi hamba yang bertakwa, seperti yang tertulis di akhir surat Al Baqarah:177.

MasyaaAllah

Wallahu’alam bish-shawwab

Sumber: 

Bayyinah TV – Quran – Course – Divine Speech – 07. Sequencing in The Qur’an (52:15 – 54:00)


Penutup

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s