بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Oleh: Putri Salfiani
Sebagai hamba dari Dzat yang Maha Mulia, Allah Subhana wa ta’ala, kita diberikan misi untuk menjalankan segala perintah-Nya, menjalani setiap ujian-Nya dengan kelapangan hati. Karena di setiap ujian yang kita hadapi, Allah sedang mengajarkan suatu ilmu, ilmu yang kita butuhkan untuk mengenal Rabb kita, mengenal diri kita sehingga menjadikan akhlak kita semakin baik.
Ujian dari Allah itu istimewa, karena bila kita ikhlas dan rida, maka surga menanti. Itulah janji Allah.
Dan layaknya ujian kenaikan tingkat, maka ujian yang dihadapi tidak akan semakin ringan. Surga itu mahal, sudah tentu kita harus memasukinya dengan memasuki pintu-pintu ujian yang semakin berat terlebih dahulu.
Di awal tahun 2021 ini, Allah mengujiku dengan menjadikan seorang sahabat yang aku sayangi menjadi seorang yang sangat aniaya. Penganiayaan yang saya alami mengakibatkan saya mengalami gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan pascatrauma. Berminggu-minggu saya mengalami gejala PTSD seperti gelisah, mual, sesak nafas, tremor di beberapa bagian tubuh serta mengalami gangguan tidur. Dalam hati saya berkata, “I need a professional help, I need to see a psychiatrist”.
Niat untuk menemui psikiater akhirnya didiskusikan dengan orang tua. Namun, mama menyarankan “Coba deh baca dulu ayat Al-Qur’an yang biasa dipakai untuk ruqyah. Siapa tau kamu ‘diguna-guna’ sama temen kamu”
Jujur, saat itu saya masih sangat asing dengan sistem pengobatan seperti ruqyah. Ruqyah yang saya tahu bertujuan untuk mengusir sihir atau jin yang bersemayam di dalam tubuh. Bukan untuk mengobati kesakitan psikologis yang saat itu saya alami. Namun bismillah, saya mencoba melakukan ruqyah mandiri untuk pertama kalinya dengan bersungguh-sungguh memohon pertolongan dan kesembuhan dari Allah.
Ketenangan… Itulah yang saya rasakan ketika membaca ayat-ayat ruqyah. Ayat-ayat yang semuanya bersumber dari Al-Qur’an.
Sesak nafas yang saya alami mulai mereda, tremor yang di tangan dan kaki menghilang dan rasa kantuk pun datang. Melalui ruqyah mandiri, Allah perkenankan doa saya agar diberikan kesembuhan dari rasa sakit, baik di dalam tubuh, pikiran maupun dan rasa sakit yang masih membekas di hati. Alhamdulillah.
Seorang guru saya berpesan, “Jangan lalai dari zikir pagi dan petang, itulah benteng diri kita agar selalu dijaga oleh Allah”
Setelah berusaha merutinkan untuk melakukan zikir pagi dan petang, rasanya ketenangan bukan lagi sesuatu yang saya anggap ‘mahal’. Dulu saya melakukan beberapa macam hal untuk bisa merasakan ‘ketenangan’ batin , seperti menghindari sosial media, membatasi membaca berita atau menghindari orang-orang yang menurut saya membawa vibrasi yang negatif. Dan di saat sudah terlalu down, dan ingin menangis, saya sering mengeluh “Coba Allah punya Whatsapp, pengen deh bisa curhat dan dibalas langsung sama Allah. I need Allah that much”.
Dan ternyata, baru kali ini saya sadar, saya ga perlu aplikasi buatan manusia untuk bisa selalu keep in touch dengan Allah. Ada sebuah aplikasi yang lebih hebat, yaitu zikir. Ga perlu download dan gratis berlangganan seumur hidup.
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah Kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS Al Baqarah [2] : 152)
Semakin kurenungi ayat ini, semakin kurasakan kehangatan di dalam hati. Ayat yang begitu romantis, bahwa aku akan diingat Allah. Bahwa Allah mengingatku. Bukan sekedar diingat presiden, bukan selebriti, tapi Allah! Dzat di atas segalanya.
“Remember Me, and I will remember you”.
Allah tidak mungkin bisa lupa, karena itu bukan sifatnya Allah. Namun Allah bisa saja abai, ketika kita lupa mengingat Allah. Dan Allah tidak mungkin mengabaikan seorang hamba yang senantiasa mengingat-Nya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Nouman Ali Khan menjelaskan, “The best of dzikr is Al-Qur’an itself”
Al-Qur’an adalah bentuk dzikir yang terbaik. Maka jika kita ingin mengingat Allah, ingatlah Allah melalui Al Quran. Allah menyebut kita di dalamnya. Di dalam Al-Qur’an, kita tidak hanya mempelajari tentang Allah, tetapi juga tentang diri kita. Allah berbicara dengan kita dan memberikan bimbingan-Nya melalui Al-Qur’an.
Ujian dan persoalan yang terjadi dalam hidup kita merupakan cara Allah mengingatkan kita. Pengingat bahwa, “Ada Aku Rabb-mu yang jarang kamu ingat. Kamu terlalu sibuk dengan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan mengingat-Ku. Padahal di setiap permasalahanmu, Ada Aku yang mampu mengatasi segala masalahmu”.
Saat saya curiga saya mengalami PTSD, karena merasakan gejala sebelum didiagnosis oleh dokter/psikiater, saya merasa butuh mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menenangkan syaraf. Butuh konseling atau bahkan psikoterapi yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Namun bi-idznillah, gejala PTSD itu hilang hanya dengan membaca ayat Al-Qur’an.
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah Kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”
Ustadz Nouman juga menambahkan agar jangan hanya melafazkan zikir secara berulang tanpa penghayatan. Hadirkan rasa syukur kepada Allah, ingat-ingat apa saja nikmat dan kemudahan yang telah Allah berikan. Ingat-ingat juga kasih sayang-Nya kepada kita sebagai hamba-Nya. Kita akan mudah mengingat Allah jika mengingat itu semua dan mengapresiasinya. Jika kita lupa bersyukur, maka kita juga mudah luput dalam mengingat Allah.
Ingat Allah, maka ingatlah Al Quran. Di sana, Allah senantiasa menyebutmu dan mengingatmu.
Sumber:
[…] [MFA2021] Remember Me, and I will Remember You – Putri Salfiani […]
LikeLike