[MFA2021] Kebahagiaan Menyaksikan Hujan – Mutia Faridah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kebahagiaan Menyaksikan Hujan

oleh Mutia Faridah

Turunnya hujan seringkali meninggalkan kesan yang indah buat saya. Ini berkaitan dengan rutinitas pulang kampung tiap akhir pekan ketika kuliah di Surabaya Jawa Timur dulu. Kalau akhir pekan saya pulang kampung ke Jombang Jawa Timur dengan jarak tempuh dua jam lebih dengan transportasi umum.

Saya biasa menggunakan bus ekonomi tanpa AC. Jadi sensasi gerah disertai bau asap rokok dan bisingnya suara pengamen adalah hal yang biasa. Dan lagi semua itu tidak bisa mengalahkan rasa bahagia saya karena perjalanan pulang ke kampung halaman. Berkumpul dengan keluarga, ngobrol apa saja dengan (Alm) bapak dan terutama dengan (Alm) Ibu.

Dan perjalanan itu terasa lebih indah lagi ketika hujan turun. Udara yang sejuk, tetesan air hujan yang mengenai jendela bus. Masyaallah itu perasaan bahagia yang dengan tenang dan pelan meresap di hati ini. Dan tiap kali melihat hujan saya mengingat dan merasakan perasaan bahagia tersebut.

Ketika saya menyimak video Ustaz Nouman Ali Khan tentang kemiripan Al-Qur’an dan Air Hujan, untuk pertama kalinya saya melihat air hujan itu tidak hanya bahagia tapi juga menangis terharu. Inilah cuplikan penjelasan beliau.

Pada Surat An-Nahl: 65 Allah menjelaskan tentang manfaat hujan yang dengan air itu dihidupkan­nya bumi sesudah matinya. 

وَٱللَّهُ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَآ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (QS An-Nahl, 16:65)

Tapi yang sungguh luar biasa adalah ayat ke-65 tersebut bukan hanya membahas air (hujan) yang turun dari langit. Hal itu tujuan kedua. Tujuan utama ayat ke-65 adalah perumpamaan yang dibuat untuk menjelaskan ayat sebelumnya yakni ayat ke-64 yang berbunyi, ” Allah menurunkan kitab dari langit”.

Seakan-akan ayat ini mengatakan bahwa jika Anda ingin memahami pengaruh kitab ini di bumi, Anda harus memahami dulu manfaat air (hujan) bagi bumi. 

Apakah air sangat penting? Ya. Jadi jika air itu sangat penting bagi kelangsungan hidup di bumi maka kitab Allah (Al-Qur’an) ini jika disampaikan dengan benar kepada orang-orang yang moralitas atau jiwanya mati, hujan pun ketika diturunkan terutama ke tempat-tempat yang tandus maka akan memberi kehidupan kembali. Begitupun dengan Al-Qur’an. Maka seburuk apapun kondisi hati seseorang, kitab ini memiliki kekuatan untuk kembali menghidupkan hati seseorang.

Saya teringat bagaimana perjalanan saya bersama Al-Qur’an. Dimana saya pernah memiliki anggapan bahwa Al-Qur’an itu hanya berisi siksa neraka dan kenikmatan surga. Bahkan pernah dalam suatu titik dimana untuk mulai membaca Al-Qur’an saja bukan hanya berat tapi juga ketakutan. Takut menemukan ayat yang berisi siksaan dan hal-hal menakutkan lainnya. Hingga berakhir dalam masa tertentu gak pernah membaca Al-Qur’an sama sekali. 

Saya sempat mengkritik diri saya sendiri juga dengan kalimat ini, 

“Ketika ayat Al Qur’an yang berisi siksaan itu hanya membuatmu takut tapi tidak membuatmu tergerak untuk memperbaiki diri malah menjauhi Al-Qur’an maka ada yang salah dengan rasa takut itu. Jangan-jangan rasa takut itu berasal dari syetan agar kamu jauh dari Al-Qur’an”

Meskipun demikian saat itu saya belum menemukan cara mengatasi hal tersebut. Lebih tepatnya saya menganggap itu bukan masalah besar yang harus diselesaikan.

Mungkin seperti penjelasan Ustaz Nouman di atas, perumpamaan kondisi hati saya menurut Al-Qur’an saat itu adalah hati yang mati.

Alhamdulillah Allah memberikan hidayah pada saya untuk hijrah. Dan pada saat yang bersamaan Allah menggerakkan hati saya untuk mengambil jalan bersama Al-Qur’an. Salah satunya dengan menghafal Al-Qur’an. Ini jalan yang cukup ekstrim mengingat kondisi saya sebelumnya. Saya sempat ragu pada awalnya. Tapi surprise-nya, Allah kasih kebahagiaan yang luar biasa justru saat bersama Al-Qur’an. 

Dan sekarang ketika melihat hujan, kemudian mengingat perjalanan hijrah saya bersama Al-Qur’an saya menangis terharu. Betapa Maha Baik dan Maha Hebatnya Allah menghidupkan kembali hati yang pernah mati ini dengan Al-Qur’an seperti ketika Dia menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan. 

Allahummarhamnaa bil Quran. Aamiin.

Sumber :

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s