[VoB2021] Fokus Dajjal: Membuat Anda Terpesona!


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-285

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Jum’at, 02 April 2021

Materi VoB Hari ke-285 Pagi | Fokus Dajjal: Membuat Anda Terpesona!

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#FridayAlKahfWeek41Part1

Part 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Dajjal itu majas. Dajjal itu kiasan saja. Dajjal itu tidak sungguhan ada. Ini adalah pendapat Bukhari. Bukan Bukhari perawi yang masyhur itu. Tapi seseorang bernama Bukhari dari golongan Mu’tazilah.

“Itu hanya imajinasi belaka,” katanya. “Kalaulah dia memang ‘manusia biasa’, mengapa Dajjal itu punya mukjizat seperti mukjizat seorang nabi?”

Dia menambahkan, “Itulah kesalahan yang mereka lakukan.” Dia menyalahkan “mereka” yang berpendapat bahwa Dajjal itu ada beneran.

Dajjal tidak pernah menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi. Tapi Dajjal menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. 

Tapi sebenarnya Dajjal nggak pede amat untuk jadi Tuhan. Karena wajahnya yang buruk. 

Tuhan itu tidak mungkin tidak indah. Tuhan adalah pencipta keindahan dan sumber keindahan. Jadi mana mungkin Dajjal yang buruk rupa dan tidak indah sama sekali, mengaku sebagai Tuhan?

Jika Allah mengaruniai kita kekuatan untuk melawan Dajjal, mungkin kita akan bilang di depan Dajjal, “Kamu? Kamu bilang kamu itu Tuhan? Ngaca dong, ngaca. Lihatlah wajahmu. Lihatlah matamu. Bisa nggak sih kamu operasi dulu matamu itu. Biar agak keren dikit sebelum ngaku-ngaku jadi Tuhan!”

Ada juga yang menganggap bahwa Dajjal itu ilusi belaka karena mereka tidak berani membayangkan dahsyatnya kerusakan yang diakibatkan oleh keberadaan Dajjal. 

Mereka tidak berani membayangkan keberadaan Dajjal yang akan mengguncang pikiran dan mengubrak-abrik tatanan.

Mereka tidak berani membayangkan keberadaan Dajjal yang akan membuat orang-orang dengan pikiran yang sehat bahkan terpesona.

Mereka tidak berani membayangkan situasi di mana segala sesuatu berubah begitu cepat bersama Dajjal.

Gagasan apa yang sebenarnya ingin diseberangkan oleh Ustaz kepada kita, sampai sejauh ini?

The person of Dajjal is very specific. Orang yang kita kenal dengan Dajjal ini benar-benar sangat spesifik.

Kesimpulannya adalah bahwa apa yang disampaikan dalam narasi ilahiah tentang Dajjal saat itu, tidak begitu mengejutkan lagi buat kita yang hidup di zaman now.

Dunia tampak lebih indah. Glitter and glowing. Lebih berkilau. Lebih gemerlap. Pemandangan malam hari di kota lebih indah dibandingkan pemandangan di kota yang sama berabad-abad yang lalu. Sejarah kota itu sendiri menjadi saksinya.

Dengan apa yang sudah kita pelajari sampai sejauh ini, insya Allah kita akan lebih mudah mengapresiasi surah Al-Kahfi. Lebih menjiwai pesan dan nasihat yang Allah sampaikan kepada kita di surah ini.

Ringkasan dari apa yang sudah kita pelajari adalah sebagai berikut.

Pertama adalah narasi terkait People of the Cave atau para pemuda Ash-habul Kahfi menurut versi kristiani.

Kedua adalah tentang fitnah Al-Masih Ad-Dajjal yang bermata satu itu. Terutama dari sudut pandang pemikiran Barat maupun pemikiran global.

Dari berbagai narasi hadis tentang Dajjal, kita belajar bahwa fokus Dajjal adalah untuk membuat kita terpesona dengan gemerlapnya dunia.

Seharusnya kita hidup dalam keseimbangan. Tapi Dajjal membuat hidup kita terayun dan terombang-ambing.

Berita baiknya, keseimbangan hidup kita itu akan tetap terjaga jika kita berpegang kuat-kuat kepada Al-Qur’an. 

Apalagi Al-Qur’an mengajarkan kepada kita cara berpikir tertentu. Cara berpikir ala Al-Qur’an. Yang insya Allah akan menyelamatkan kita dari goyangan dan guncangan Dajjal.

Yang tentu saja berbahaya adalah jika kita menjauh dari Al-Qur’an. Jika seperti itu keadaannya, maka kita akan menjauh dari cara berpikir yang Al-Qur’an ajarkan.

Contoh cara berpikir yang menjauh dari Al-Qur’an itu yang seperti apa sih?

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 09. Al Kahf and Dajjal Part 2 (13:20 – 16:27) 


Materi VoB Hari ke-285 Siang | Cara Pandang yang Menjauh dari Al-Qur’an

Ditulis oleh:  Ayu S Larasaty

#FridayAlKahfWeek41Part2

Part 2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Cara berpikir yang menjauh dari Al-Qur’an itu misalnya adalah pandangan hidup di mana kehidupan manusia bersandar pada alam kebendaan semata.

Segala sesuatu yang di luar itu, segala sesuatu yang di luar alam indra, tidak dianggap sama sekali. 

Cara pandang seperti ini biasa kita kenal dengan istilah extreme materialism.

Di sisi yang lain, kita juga mengenal cara pandang di mana semua hal yang baru, yang mewah, yang gemerlapan, yang indah, termasuk juga teknologi baru apa pun yang berhasil ditemukan, itu semuanya adalah haram. Itu semuanya adalah fitnah. Itu semuanya adalah kufur.

Maka kita harus menjauhkan diri kita dan keluarga kita dari semua itu. Cara pandang yang ini biasa kita kenal dengan istilah taqwa-based reaction

Penganut taqwa-based reaction menganggap bahwa kemajuan teknologi, misalnya, mengingatkan kita pada fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal.

Kita mengamati bahwa semakin konservatif seorang muslim, mereka cenderung berpikir bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi dan kemewahan adalah something evil. Buruk dan jahat. Harus dihindari seratus persen. 

Cara pandang seperti ini menarik untuk kita bahas lebih jauh. Apalagi kita tahu bahwa surah ini, surah Al-Kahfi, berfungsi sebagai proteksi untuk umat Islam.

Sebagaimana kita ketahui, Ustaz telah mengajarkan Al-Qur’an dan bahasa Arab di hampir semua belahan dunia. 

Dari perjalanan mengajar keliling dunianya itu, Ustaz mendapatkan “kemewahan” untuk mengamati apa yang sedang dialami umat Islam dewasa ini.

Ada kemiripan dari permasalahan umat di berbagai belahan dunia itu. 

Dan karena di perjalanannya itu Ustaz bertemu dengan anak-anak muda, Ustaz pun lantas teringat dengan surah ini. Surah Al-Kahfi.

Mengapa? Karena di surah ini, kita belajar dari anak-anak muda. Para penghuni gua itu. 

Nahnu naqushshu ‘alayka naba-ahum bil haqq. “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.”

Innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaa. “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”

(QS Al-Kahfi, 18:13)

Mayoritas umat saat ini, lebih dari 65 persen, usianya di bawah 35. Jadi bisa dibilang bahwa kita adalah umat “pemuda” (an ummah of youth).

Jadi, apa masalah umat Islam di berbagai belahan dunia itu, dalam pengamatan Ustaz?

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 09. Al Kahf and Dajjal Part 2 (16:27 – 18:27)


Materi VoB Hari ke-285 Sore | Dalam Bayang-Bayang Kolonialisme

Ditulis oleh:  Heru Wibowo

#FridayAlKahfWeek41Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Masalah umat Islam, menurut Ustaz, adalah bahwa umat Islam telah “dijajah” (colonized) selama kurun waktu tertentu.

Muslim harus tunduk pada aturan kolonial itu. Apakah itu Deutsches Kolonialreich atau Empire Colonial Français. Bergantung apakah negaranya dijajah Jerman atau Perancis.

Bergantung apakah negaranya dulunya dijajah Italia atau Spanyol. Terutama sebenarnya adalah penjajahan Inggris karena negara-negara jajahan Inggris ada di mana-mana.

Agak mengejutkan sebenarnya menyaksikan bahwa Inggris hanyalah sebuah negara “berukuran kecil” di Eropa saat ini.

Maksudnya adalah jika kita membandingkan mereka dulu yang ada di mana-mana dengan mereka saat ini yang “cuma ada di situ”.

Dulu Inggris ada dan berjaya di berbagai belahan dunia. Saat ini luas daratan Inggris adalah 130 ribu km persegi. Sedangkan luas daratan Eropa saja 10,18 juta km persegi.

Artinya, hanya satu persen. Luas daratan Inggris hanya satu persen dari luas daratan Eropa. Itu baru Eropa, belum dunia.

Jadi Inggris saat ini benar-benar “kecil” dibandingkan luas wilayahnya saat menjajah dunia di masa lalu. Seakan-akan Inggris mengalami penyusutan (shrunk).

Ada lelucon soal Inggris yang “menyusut” ini. Saat itu Ustaz sedang menjelaskan tentang surah Asy-Syu’ara.

Di surah Asy-Syu’ara dikisahkan tentang suatu hari ketika orang-orang berkumpul. Saat Nabi Musa ’alayhis salaam menantang para pesulap Fir’aun. 

Di surah Thaha hari itu disebut sebagai yawmuz ziinati atau yawmuz ziinah (QS Thaha, 20:59).

Qaala maw’idukum yawmuz ziinati wa-an yuhsyaran naasu dhuhan

Dia (Musa) berkata, “(Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari.”

Yawmuz ziinah atau the day of the festival

Apakah itu seperti hari kemerdekaan? 

Kalau yang dimaksud adalah “kemerdekaan Inggris”, bukan. Bukan itu. Justru yang dimaksud adalah seperti kemerdekaan Pakistan dari jajahan Inggris.

Tentu saja ini adalah cara bercanda ala orang Pakistan yang terbebas dari penjajahan Inggris. Dan pada saat yang sama, wilayah Inggris menjadi menyusut.

Begitu juga dengan Indonesia. Yang pernah merdeka dari negara-negara yang menjajahnya.

Kita juga berhak merasa heran. Yang paling lama menjajah kita adalah Belanda. Dan saat ini, Belanda adalah negara dengan luas hanya 41 ribu km persegi. Tidak ada sepertiga daratan Inggris.

Negara-negara yang dijajah itu berpikir bahwa mereka harus “melawan”. Tapi apakah upaya perlawanan itu berhasil?

Tidak. Negara-negara yang melawan balik itu justru “dibantai”. Para ulama dan imam di negara-negara itu menjadi korban.

Pembantaian (massacre) terjadi di mana-mana. Di seluruh negara muslim yang lain juga seperti itu. Ceritanya sama saja.

Akhirnya mereka “sadar” bahwa mereka tidak bisa melawan balik. Mereka harus bermain lebih cantik. Mereka harus menjadi bagian dari proses politik.

Di India, ada masyarakat yang beragama Hindu yang tekun mempelajari bahasa Inggris dan akhirnya mendapatkan pekerjaan.

Saat itu masyarakat muslim di India tidak mau mempelajari bahasa Inggris karena berpikir bahwa bahasa Inggris adalah bahasa orang kafir (the language of the kuffar).

Tapi akhirnya populasi umat Islam di India menjumpai sebuah titik kesadaran bahwa mereka juga harus mempelajari bahasa Inggris.

Mereka akhirnya berasimilasi, berbaur dengan umat yang lain yang sama-sama belajar bahasa Inggris.

Sementara itu beberapa ulama menyayangkan kejadian ini. “Masalahnya bukan belajar bahasa Inggrisnya. Tapi belajar bahasa Inggris itu berarti kita menerima sistem nilai mereka. Sistem nilai orang kafir.”

“Masalahnya adalah kita mengaku bahwa sistem pendidikan mereka lebih hebat dari sistem pendidikan muslim. Sebagai muslim, nilai-nilai kita menjadi semakin layu. Jadi kita harus memisahkan diri kita dari semua hal yang berbau ‘mereka’. Apa pun itu!”

Para ulama itu akhirnya mendirikan lembaga pendidikan sebagai sebuah institusi dengan pagar dinding melingkar yang menjulang tinggi.

Maksudnya, mereka ingin “menyelamatkan” pendidikan Islam supaya tidak terkena pengaruh sekecil apa pun dari nilai-nilai Barat.

Mereka berpikir bahwa karena mereka tidak mungkin melawan penjajah, setidaknya mereka masih bisa “melindungi” Islam.

Dengan sistem pendidikan Islam dalam “karantina” seperti itu, pakaian yang dipakai adalah pakaian seperti yang dipakai para sahabat zaman dulu. Bahasa yang digunakan adalah “bahasa muslim”. Kalender yang digunakan adalah kalender hijriah. Makannya di lapar dengan tangan, tanpa sendok tanpa garpu. “Tradisi zaman dulu” benar-benar dijaga.

Tapi saat umat Islam keluar dari “karantina” itu, apa yang terjadi?

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 09. Al Kahf and Dajjal Part 2 (18:27 – 21:21)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s