بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-284
Topik: Divine Speech
Kamis, 1 April 2021
Materi VoB Hari ke-284 Pagi | Imam Salat Supersonik
💎💎💎💎💎
Imam Salat Supersonik
Oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek41Part1
Part 1
Al-Qur’an memang bahasa Allah. Bukan bahasa manusia. Pantas saja sempurna. Tidak akan ada manusia yang sanggup menghasilkan bahasa sesempurna dan seindah itu.
Benar-benar di luar batas kemampuan manusia.
Para penghafal Al-Qur’an diyakini akan mengambil manfaat dari pelajaran-pelajaran di materi Divine Speech ini.
Kadang-kadang para penghafal Al-Qur’an itu seperti kereta api yang masuk ke lintasan yang salah. Saat memimpin salat tarawih, misalnya, yang dibaca adalah ayat di surah Al-Baqarah, tapi tiba-tiba nyambung ke sebuah ayat di surah Al-An’am 😊😊.
Mungkin ada di antara kita yang pernah mengalami hal itu. Entah sebagai imam salat, entah sebagai makmum di belakang imam.
Seorang imam salat mungkin pernah mengalami hal ini: dia memulai dengan membaca Alif Lam Mim. Tapi setelah itu tiba-tiba nge-hang seperti komputer. Karena terlalu banyak pilihan yang bisa dibaca setelah Alif Lam Mim. Dan dia tiba-tiba dilanda kebingungan harus memilih yang mana 😊😊.
Ada ayat-ayat Al-Qur’an yang memang mirip-mirip. Bahkan sama persis. Tapi setelah ayat yang sama persis itu, lanjutannya berbeda.
Misalnya ayat kursi. Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum. Lanjutannya seharusnya adalah laa ta’khudzuhuu sinatun walaa nawm. Tapi seorang imam salat mungkin malah melanjutkannya dengan nazzala ‘alaykal kitaaba bil haqqi mushaddiqan limaa bayna yadayh.
Mengapa bisa begitu?
Karena bagian awal ayat kursi juga ada di surah yang lain. Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum adalah ayat ke-2 dari surah Ali ‘Imran. Ayat ke-3, atau ayat selanjutnya adalah nazzala ‘alaykal kitaaba bil haqqi mushaddiqan limaa bayna yadayh.
Jadi ini dari Al-Baqarah 255, baru di bagian awal ayat, sudah langsung “menyeberang” ke Ali ‘Imran ayat ketiga.
Ada juga ayat-ayat Al-Quran yang mirip-mirip.
Di Amerika Serikat, karena banyak anak kecil dari keluarga muslim yang menghafalkan Al-Qur’an, ada lelucon tersendiri terkait hal ini.
Mereka biasanya diberi kesempatan untuk berlatih menjadi imam saat salat tarawih. Tentu saja mereka gugup saat melangkahkan kaki menuju posisi imam salat.
Bacaan mereka ternyata super cepat. Ada yang komen, bacaan mereka itu supersonik. Lebih cepat dari kecepatan suara. Satu-satunya kata yang “terdengar” adalah kata terakhir tepat sebelum ruku’.
Mirip dengan mobil yang melaju kencang tapi tiba-tiba dari kejauhan terlihat lampu traffic lights berubah warnanya dari kuning menjadi merah.
Mobil pun melaju dengan kecepatan yang makin berkurang dan benar-benar melaju pelan, bahkan sangat pelan, dan berhenti tepat di depan nyala warna lampu merah.
Saking cepatnya bacaannya, ayat-ayat itu tidak terdengar jelas. Kecuali di ujung akhirnya. Mirip dengan mobil tadi yang tiba-tiba berjalan pelan tepat sebelum berhenti karena lampu merah.
Wdzql lhmmnw kmmns qlwnwmn kmmn sfhl nnhmhm sfhwlknl ya’lamuun. Tepat setelah kata ya’lamuun ini, anak itu pun berganti posisi. Dari posisi berdiri dan bersedekap menjadi posisi ruku’ sambil meneriakkan Allaahu Akbar.
😊😊
Itu adalah contoh seorang anak yang belajar menjadi imam salat tarawih. Yang membaca surah Al-Baqarah ayat 13 yang dibaca super cepat. Kecuali di ujung akhirnya.
Di Amerika Serikat, anak-anak seperti itu dipanggil dengan istilah Hufaz Ya’lamun Ta’lamun. Artinya, hufaz atau para penghafal Al-Qur’an yang bacaannya jelas di bagian akhir ayatnya saja 😊😊.
Wdzql lhmmnw kmmns qlwnwmn kmmn sfhl nnhmhm sfhwlknl ya’lamuun. Allaahu Akbar.
Alldzjl lkmlrdh frsywsm bnwnzl mnsm mfkhrj bhmn tsmrtrzqlkm fltjl llhndd wntm ta’lamuun. Allaahu Akbar.
😊😊
Begitulah anak-anak penghafal Al-Qur’an itu.
Tidak saja mereka punya kebiasaan “ngebut” saat baca, tapi mereka juga menghadapi masalah “ayat yang tertukar”.
Mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an lebih dalam seperti yang kita lakukan saat ini dengan belajar Divine Speech, bisa membantu kita untuk memiliki kualitas hafalan yang lebih baik.
Ustaz berpikir bahwa contoh-contoh yang diberikan terkait “Sequencing in the Quran” sudah memadai.
Tapi Ustaz berubah pikiran. Karena masih cukup waktu tersedia untuk membahas satu atau dua contoh lagi.
Kita lanjutkan insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da zhuhur.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 07. Sequencing in the Quran (32:14 – 34:06)
Materi VoB Hari ke-284 Siang | Ketika Mereka Melihat Bisnis atau Hiburan
💎💎💎💎💎
Ketika Mereka Melihat Bisnis atau Hiburan
Oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek41Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ustaz memutuskan untuk memberi dua contoh lagi.
Wa idzaa ra-aw tijaaratan. Ketika mereka melihat perniagaan. Ketika mereka melihat bisnis. Ayat ini ada di surah Al-Jumu’ah. Surah ke-62, ayat 11.
Wa idzaa ra-aw tijaaratan. Ketika mereka melihat bisnis atau perdagangan. Aw lahwan. Atau hiburan (entertainment).
Infadhdhuu ilayhaa. Mereka memisahkan diri dari kelompok. Dan mereka pergi ke arah bisnis atau hiburan tadi.
Watarakuuka qaa-iman. Dan mereka meninggalkanmu dalam keadaan kamu masih tetap berdiri di sana. Maksudnya, mereka meninggalkan Rasulullah SAW yang sedang memberikan khotbah Jumat.
Ayat ini adalah ayat tentang etika awal dari seorang muslim untuk mengikuti khotbah Jumat. Ada di antara para sahabat yang tetap duduk saat khotbah, ada yang tidak.
Mereka yang berdiri dan meninggalkan Rasulullah SAW, mereka berpikir bahwa duduk saat khotbah bukan bagian dari salat. Mereka berpikir bahwa salatnya baru dimulai setelah iqamah.
Dan pada saat itu, ekonomi di Arab sedang sulit. Jika ada kafilah perdagangan yang memasuki kota, maka kesempatan itu tidak boleh disia-siakan. Karena kafilah itu hanya mampir sebentar.
Kafilah itu selalu bergerak.
Jadi para sahabat melihat kafilah perdagangan yang bergerak. Dengan berbagai kesempatan bisnis yang datang bersama kafilah itu.
Para sahabat melihat rombongan unta yang berjalan beriringan. Sebagian dari mereka berpikir bahwa rombongan ini tidak lama berada di kota. Rombongan ini akan segera meninggalkan kota.
Beberapa dari mereka ingin membeli sesuatu. Atau ingin melihat peluang bisnis yang ada. Tidak ingin melewatkan kesempatan dengan hadirnya kafilah perdagangan yang biasanya hanya mampir sebentar itu.
Jadi mereka berpikir, nggak papa kali ya, keluar sebentar, cuma sebentar kok, ntar langsung kembali sebelum salat Jumat dimulai.
Begitulah situasinya. Mereka sedang berada di tengah-tengah khotbah Jumat. Lalu mereka melihat rombongan kafilah itu. Lalu mereka meninggalkan khotbah, bergegas menuju rombongan itu untuk berbelanja.
“Toh aku juga udah balik lagi nanti sebelum salat Jumat dimulai,” begitu pikir mereka.
Maka turunlah ayat ini. Wa idzaa ra-aw tijaaratan. Aw lahwan. Infadhdhuu ilayhaa. Watarakuuka qaa-iman. (QS Al-Jumu’ah, 62:11)
“Dan ketika mereka melihat perdagangan atau hiburan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri memberikan khotbah.”
Ini adalah cara Allah untuk mengajarkan kita, supaya apa? Supaya kita tidak meninggalkan khotbah Jumat.
Allah melanjutkan, qul maa ‘indallaahii khayrun minal-lahwi waminattijaarah. Wallaahu khayrurraaziqiin.
Itu semua ada di ayat ke-11. Yang menarik, perubahan urutan (the change of sequence) terjadi di ayat itu sendiri.
“Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik daripada hiburan (entertainment) maupun perniagaan.”
Oke, mari kita perhatikan lebih cermat sekarang. Yang disebutkan di awal ayat ke-11 ini adalah “ketika mereka melihat bisnis atau hiburan”. Jadi yang disebut pertama adalah “bisnis” dulu, baru “hiburan”.
Lalu sebelum ujung akhir ayat ini, apa yang Allah katakan? “Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari hiburan. Dan apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari perniagaan.” Jadi yang disebut pertama adalah “hiburan” dulu, baru setelah itu “bisnis” atau “perniagaan”.
Jadi ada peralihan (switch) di ayat ini.
Mengapa bisnis disebut dulu di bagian awal, lalu disebut belakangan di bagian akhir ayat ini?
Kita lanjutkan insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da ‘ashar.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 07. Sequencing in the Quran (34:06 – 36:13)
Materi VoB Hari ke-284 Sore | Minal Khash Ilal ‘Amm
💎💎💎💎💎
Minal Khash Ilal ‘Amm
Oleh: Heru Wibowo
#ThursdayDivineSpeechWeek41Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kita masih di surah Al-Jumu’ah, surah ke-62, ayat 11. Mengapa bisnis disebut dulu di bagian awal ayat ini, lalu disebut belakangan di bagian akhir ayat ini?
Awal ayat 11: bisnis dulu baru hiburan.
Akhir ayat 11: hiburan dulu baru bisnis.
Ada apa dengan peralihan ini?
Di ayat ini, Allah sedang memberi kita sebuah pelajaran yang dahsyat. Al-Qur’an sebagai literatur bersifat sensitif terhadap hal ini. Ada konteks yang spesifik, dan ada pelajaran yang bersifat universal.
Sekali lagi: ada konteks yang spesifik (specific context) atau kisah yang spesifik (a specific story), dan dari situ kita mendapatkan pelajaran yang bersifat universal (a universal lesson).
Pola seperti ini tidak terjadi di ayat ini saja. Tidak di Al-Jumu’ah ayat 11 ini saja. Tapi juga di surah dan ayat yang lain di Al-Qur’an.
Allah memulai dengan sesuatu yang spesifik. Lalu dari situ Allah akan menarik sebuah pelajaran yang bersifat universal. Minal khash ilal ‘amm. Dari spesifik menjadi universal.
Sekarang, mari kita masuk ke pembahasannya.
Apa kisah yang spesifik dari ayat ke-11 ini? Tentang apa? Tentang kejadian apa? Dalam kisah yang spesifik tersebut, apa yang terjadi?
Ada kafilah perniagaan (trade caravan) yang datang. Kafilah itu mengalihkan perhatian orang-orang yang sedang duduk mendengarkan khotbah.
Beberapa dari mereka yang duduk mendengarkan khotbah adalah orang-orang bisnis. Mereka langsung menangkap kesempatan bisnis.
Maka mereka langsung “berhamburan keluar” karena “kesempatan tidak datang dua kali”. Itu adalah motto duniawi untuk para pebisnis. Mereka takut kehilangan kesempatan itu. Mereka takut kehilangan peluang emas itu.
Maka mereka “tega” meninggalkan Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam sebentar, untuk tujuan bisnis.
Omong-omong, jika Anda sedang mengikuti seminar atau konferensi atau pameran dagang atau Jakarta Fair atau yang serupa itu, sebagian besar mereka ada di situ karena mereka ada urusan bisnis.
Ada yang punya kebutuhan untuk menjual sesuatu, ada juga yang kebutuhannya justru membeli sesuatu.
Ada urusan bisnis di situ. Ada juga mungkin aktivitas untuk memperluas jaringan bisnis. Ada juga yang sedang menjajaki sebuah peluang bisnis yang baru.
Tapi selain itu, ada juga orang-orang yang berada di situ untuk tujuan yang lain. Mereka ingin bersenang-senang. Tujuan mereka ada di situ bukan untuk menjual, bukan untuk membeli.
Mereka ingin melihat pameran teknologi (technology expo) yang biasanya juga digelar di acara seperti itu.
Mungkin juga ada pameran mobil (car show) dengan fitur terbaru atau bahkan teknologi terbaru.
Jadi ada yang mendatanginya untuk kepentingan bisnis, dan ada juga yang mendatanginya karena butuh hiburan.
Bayangkan di area parkir para pebisnis berkumpul untuk membicarakan bisnis. Lalu ada seorang mahasiswa yang ikut nimbrung di situ.
Mahasiswa ini tidak punya uang, bukan anak pengusaha, tidak datang untuk urusan bisnis, tapi ada di situ untuk mencari hiburan.
Daya tarik utama dari acara semacam itu adalah memang urusan bisnis. Urusan perniagaan. Tapi ada daya tarik kedua, yakni hiburan.
Itu adalah fenomena yang normal dalam psikologi sosial. Ada yang datang untuk urusan utama, yakni bisnis. Dan ada yang datang karena tertarik dengan keramaiannya.
Itulah cerita spesifiknya.
Sekali lagi, terkait cerita spesifik ini, yang perlu kita pahami adalah bahwa ada tujuan primer dan ada tujuan sekunder.
Tujuan primernya adalah untuk berbisnis atau berdagang. Tujuan sekundernya adalah untuk mencari hiburan.
Sekarang kita lanjutkan dengan qul maa ‘indallaahii khayrun minal-lahwi waminattijaarah.
“Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari hiburan (entertainment). Dan apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari perniagaan.”
Sekarang, yang disebut pertama adalah “hiburan”, baru setelah itu “bisnis” atau “perniagaan”.
Artinya apa? Allah “menyerang” hiburan lebih dulu. Mengapa begitu? Karena di kisah yang spesifik tadi, pelaku utamanya adalah para pebisnis.
Tapi mayoritas umat manusia itu, apa yang biasanya membuat mereka teralihkan dari mengingat Allah? Bisnis atau hiburan? Jawabannya jelas: hiburan.
Dengan kata lain, bahkan para pebisnis pun akan terkena hiburan juga. Tidak semua orang terlibat dengan urusan bisnis, tapi semua orang akan terpapar oleh hiburan.
Maka Allah perlu mengingatkan bahwa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari hiburan.
Dan karena orang-orang juga bisa teralihkan perhatiannya dari mengingat Allah gara-gara mereka disibukkan oleh bisnis atau perniagaan, maka Allah perlu menambahkan bagian keduanya.
Yakni, Allah selanjutnya mengingatkan bahwa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dari bisnis atau perniagaan duniawi.
Terjadi transisi di ayat ini, dan sekaligus Allah memberi kita sebuah pelajaran yang universal.
Qul maa ‘indallaahii khayrun minal-lahwi waminattijaarah. Wallaahu khayrurraaziqiin.
Kita lanjutkan bagian berikutnya insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 07. Sequencing in the Quran (36:13 – 40:05)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah