[VoB2021] Satu Hari di Bumi


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-281

Topik: Pearls from Juz ‘Amma

Hari, tanggal: Senin, 29 Maret 2021

Materi VoB Hari ke-281 Pagi | Satu Hari di Bumi

Oleh: Icha Farihah

#MondayAnNabaWeek41Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa surat An-Naba menggambarkan kehidupan seorang traveler.

Seorang traveler hanya berkelana beberapa waktu lalu ia akan kembali ke tempat asalnya. 

Saat waktu untuk pergi tiba, tidak hanya sang traveler yang akan menggulung tendanya, Allah juga akan “menggulung” gunung seakan-akan itu adalah tenda yang menjadi tempat bermalam bagi para traveler.

Wa suyyiratil jibaala fakanat saraaba

Gunung-gunung akan dijalankan sehingga akan menjadi khayalan belaka.

Gunung-gunung akan berlayar pergi. Kita pun akan berlayar pergi. Sehingga semua itu terasa hanya fatamorgana dan khayalan semata. 

Dengan perumpamaan traveler yang berkelana selama satu malam ini, Allah sebenarnya menggambarkan pengalaman kehidupan manusia yang hanya sesaat. Kehidupan yang sebenar-benarnya adalah kehidupan setelah bepergian. Yaitu kehidupan di hari kebangkitan dan seterusnya. Hari yang tidak bisa dihindari oleh semua pengelana di bumi-Nya.

Itulah sebabnya juga, kita bisa menemukan ayat dengan deskripsi serupa di dalam Al-Qur’an, 

Qaaluu labitnaa yaw man aw ba’dha yawmi

Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. (QS Al-Mu’minun, 23:113)

Selain itu, penjelasan dari surat An-Naba ini juga akan ditinjau dari segi koherensi Al-Qur’an yang tidak kalah menakjubkannya. Ustaz akan menjelaskan dengan lebih detail dan membutuhkan perhatian ekstra serta visualisasi dalam memahaminya.

InsyaAllah penjelasannya bersambung ba’da zhuhur.

Sumber: 

Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (09:20-10:25)


Materi VoB Hari ke-281 Siang | The Paired Creations

Oleh: Icha Farihah

#MondayAnNabaWeek41Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

“Alam naj’alil ardha mihaadaa”

Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan? (QS 78:6)

“Wal-jibaala awtaadaa”

Dan gunung-gunung sebagai pasak?  (QS 78:7)

Kata bumi di dalam ayat ini dideskripsikan sebagai bergeser. Sedangkan kata gunung berarti sesuatu yang tetap atau menahan. 

Kata bumi dalam grammar bahasa Arab merujuk pada bentuk feminim, sedangkan gunung merupakan bentuk maskulin.

Bumi diartikan juga sebagai  melahirkan karena mihada juga berarti dalam buaian ibu (the cradle of the mother). Sedangkan, gunung juga diidentikkan dengan laki-laki. Seorang laki-laki merupakan sosok penyokong keluarga, penjaga stabilitas rumah tangga, dan lain-lain.

Di sini, Allah memasangkan bumi dan gunung sebagai pasangan yang serasi, kemudian pada ayat berikutnya Allah membahas juga tentang laki-laki dan perempuan yang berpasangan.

“Wa khalaqnaakum azwajaa”

Dan kami menciptakan kamu berpasang-pasangan. (QS 78:8)

Untuk lebih mendalami makna ayat ini, Ustaz meminta kita untuk memvisualisasikan pemandangan alam dari bumi dan langit yang luas.

Pada hamparan tanah yang luas di atas bumi, kita akan melihat bagaimana gunung-gunung menjulang tinggi. Gunung menjadi bagian dari bumi yang paling menonjol.

Kemudian, jika kita melihat di akhir bagian surat ini, kita akan menemukan pemandangan langit yang luas. Dan dari pemandangan itu, terdapat cahaya matahari yang menjadi bagian paling menonjol.

Jadi, Allah memulai bagian ini dengan sebuah deskripsi dataran yang luas dan sesuatu yang menonjol dari dataran tersebut. Dan, Allah juga mengakhirinya dengan gambaran  langit yang luas dan sesuatu yang menonjol darinya. Diawali dengan berpasangan dan diakhiri pula dengan berpasangan.  

InsyaAllah bersambung ba’da ashar.

Sumber: 

Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (10:25-12:01)


Materi VoB Hari ke-281 Sore | Night and Day

Oleh: Icha Farihah

#MondayAnNabaWeek41Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hal kedua yang akan dibahas tentang koherensi di dalam surat An-Naba adalah tentang konsep malam dan siang. 

Jika kita perhatikan setelah Allah membicarakan penciptaan sepasang laki-laki dan perempuan di ayat 8, Allah melanjutkan pembahasan-Nya tentang penciptaan malam dan siang. 

“Wa ja’alnaal layla libaasaa”

Dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian. (QS 78:10)

“Wa ja’alnaan nahaara ma’aasyaa”

Dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS 78:11)

Allah menjadikan malam sebagai pakaian atau penutup tubuh dan menjadikan siang untuk mencari penghidupan.

Di satu sisi, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan yang saling berpasangan, dan di sisi yang lain, Allah menciptakan malam dan siang yang juga saling berpasangan.

Pada surat Al-Layl, kita juga akan menemukan koherensi yang serupa,

“Wa layli idza yaghsyaa”

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (QS 92:1)

“Wan nahaari idza tajallaa”

Demi siang apabila terang benderang. (QS 92:2)

“Wa maa khalaqadz dzakara wal unstaa”

Demi penciptaan laki-laki dan perempuan. (QS 92:3)

Berpasangannya malam dan siang serta laki-laki dan perempuan sangat berkaitan antara satu dengan yang lain.

Jika kita ingin mengetahui bagaimana hubungan yang baik antara laki-laki dan perempuan sebagai sepasang suami-istri maka pelajarilah di dalam Al-Qur’an tentang bagaimana konsep malam dan siang yang saling melengkapi.

Lalu, siapakah yang menjadi malam dan siapakah yang menjadi siang? Laki-laki adalah malam, perempuan adalah siang, atau sebaliknya?

Allah tidak menyebutkan identifikasi spesifik itu di dalam Al-Qur’an. Sehingga Allah pasti meletakkan hikmah dan alasan tersendiri untuk hal tersebut. 

Kita harus melihat konsep hubungannya secara menyeluruh.

*****

Allah menggambarkan malam sebagai libaasa, pakaian, penutup.

Prinsip dalam pernikahan adalah tentang saling menutupi, mencintai, memberikan perhatian, menjaga rahasia, dan menjadi pelindung satu sama lain.

Konsep libaasaa ini juga bisa diibaratkan seperti ketika seseorang terkena cipratan minyak panas, bagian kulit yang tertutupi pakaian akan baik-baik saja, sedangkan yang tidak tertutupi mungkin akan menjadi luka bakar.

Maka seperti itu juga pernikahan, ketika ada yang mencoba untuk menyakiti pasangan kita, kita harus melindunginya. Kita menggunakan peran kita sebagai libaasa bagi pasangan kita.

Libaasaa melingkupi cinta yang kita berikan kepada pasangan secara fisik dan emosional. Kita menjaga rahasia dan menjadi yang paling terdekat untuk pasangan kita.

Secara fisik, pakaian berfungsi untuk menutupi bagian tubuh yang indah dan yang buruk sekaligus. Setiap pasangan memiliki tingkah lucu, keindahan, keanehan, kekurangan, dan kelebihan yang hanya diketahui oleh pasangannya saja. 

Itulah wa ja’alnaal layla libaasaa, hubungan personal antara sepasang suami-istri yang harus dijaga, dilindungi, dan ditutupi seperti malam yang gelap yang menutupi riuhnya kehidupan.

Lalu bagaimana dengan siang?

InsyaaAllah bersambung minggu depan.

Sumber: 

Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 02. An-Naba (Ayah 14-37) – A Concise Commentary (12:01-14:41)


Penutup

Semoga Allah terangkan, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon do’akan kami agar bisa istiqomah untuk berbagi mutiara-mutiaraNya. 🙏

Jazakumullahu khairan 😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s