بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-280
Topik: Heavenly Order
Ahad, 28 Maret 2021
Materi VoB Hari ke-280 Pagi | Argumen yang Mendukung Heavenly Order
Oleh: Heru Wibowo
#SundayHeavenlyOrderWeek40Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sekarang Ustaz ingin menjelaskan tentang argumen historis, bukan yang melawan, tapi yang mendukung konsep heavenly order. Yakni konsep bahwa urutan mush-haf adalah urutan yang Allah kehendaki.
Abu Ja’far An-Nuhas, seorang ulama ahli tata bahasa Arab dan tafsir Al-Qur’an, di bagian pendahuluan tulisannya menjelaskan bahwa urutan surah-surah dalam Al-Qur’an berasa dari Rasulullah SAW.
Begitu banyak hadis, misalnya, yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW telah diberi tujuh surah yang panjang.
Abu Bakar Al-Anbari juga berpendapat senada. Yakni bahwa Allah mengirimkan Al-Qur’an ke langit pertama yang terendah. Lalu Allah menurunkan lagi dari situ, sedikit demi sedikit. Selama 23 tahun.
Surah demi surah turun ke bumi sesuai dengan isu yang muncul. Atau, sebuah ayat diturunkan untuk menjawab sebuah pertanyaan.
Dan Jibril ’alayhis salaam juga berkomitmen untuk memastikan bahwa surah dan ayatnya turun hingga sampai ke ketelitian hurufnya: qaaf, nuun, alif laam miin. Huruf-huruf ini harus diletakkan pada tempatnya.
Jibril ’alayhis salaam bertugas untuk memastikan bahwa urutannya sesuai dengan urutan surah yang ada di surga. Bukan urutan saat surah atau ayat itu turun untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia.
Urutan itu adalah urutan yang sudah tetap seperti yang ada di surga dan siapa pun yang mempertukarkan posisi surah-surah Al-Qur’an, yang seharusnya di belakang ditaruh di depan atau sebaliknya, maka dia telah melakukan perusakan terhadap susunan Al-Qur’an.
Rabi’ah bertanya, “Kalau Al-Fatihah ditempatkan di awal, saya sudah oke. Tapi mengapa Al-Baqarah ditempatkan sebelum Ali ‘Imran? Yang ini saya belum bisa paham. Karena Al-Baqarah kan diturunkan di Madinah, harusnya diletakkan di belakang, dong?”
Dari pertanyaan seperti ini, kita bisa menyimpulkan bahwa yang ditanyakan para sahabat sebenarnya adalah: mengapa surah-surah itu tidak disusun berdasarkan urutan kronologis?
Jawabannya adalah: Al-Baqarah ditempatkan sebelum Ali ‘Imran, dan urutannya seperti itu disesuaikan dengan ilmu dari Sang Penulis Kalam Ilahi. Artinya, Allah-lah yang mengatur urutannya seperti itu.
Insya Allah kita lanjutkan ba’da zhuhur.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 01_ Historical Arguments (35:35 – 37:34)
Materi VoB Hari ke-280 Siang | Pendapat Hamiduddin Farahi
Oleh: Heru Wibowo
#SundayHeavenlyOrderWeek40Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Jawabannya adalah: Al-Baqarah ditempatkan sebelum Ali ‘Imran, dan urutannya seperti itu karena disesuaikan dengan ilmu dari Sang Penulis Kalam Ilahi. Artinya, Allah-lah yang mengatur urutannya seperti itu.
Bahkan argumen selanjutnya menyebutkan bahwa urutan surah itu tidak perlu didiskusikan. Mengapa Al-Fatihah dulu, lalu Al-Baqarah kedua, Ali ‘Imran ketiga, An-Nisa’ keempat, Al-Ma’idah kelima, itu tidak untuk didiskusikan.
Mengapa Al-Kahfi nomor 18, Maryam nomor 19, mengapa tidak Maryam duluan karena ladies first, bukan itu alasannya. Urutan itu tidak untuk didiskusikan.
Argumen ini menyatakan bahwa urutan surah itu tidak bisa didiskusikan seperti halnya kita tidak mendiskusikan mengapa alhamdulillaahirabbil’aalamiin diletakkan sebelum arrahmaanirrahiim di surah Al-Fatihah.
Allah sudah memutuskannya. Urutan surah itu sudah Allah putuskan, sebagaimana Allah sudah memutuskan urutan ayat dalam satu surah.
Argumen seperti itu, mana buktinya?
Belum, Ustaz memang belum menunjukkan buktinya. Di tahap ini, Ustaz hanya menjelaskan pendirian (sentiment atau stance) yang ada.
Imam Hamiduddin Farahi juga punya pendapat yang menarik. Ustaz nge-fans sama beliau karena wawasan beliau yang sangat baik. Tapi Ustaz juga sekaligus agak berseberangan dengan beliau karena kadang-kadang beliau kalau berpendapat cenderung “menyerang”.
Tapi itu oke, kata Ustaz karena beliau adalah “bos”. Ustaz tidak akan menyampaikan penjelasan dengan “gaya menyerang” karena Ustaz mengaku bukan bos 😃😃.
Hamiduddin berpendapat bahwa urutan surah yang sudah diatur oleh Allah itu seharusnya diterima apa adanya, tidak untuk didebat “kecuali bagi mereka yang tidak paham sejarah”. Atau, “kecuali bagi mereka yang mengabaikan sejarah”. Tuh kan, kerasa kan nada menyerangnya 😃😃.
Semua surah, dengan susunan atau urutan seperti itu, sudah biasa dibaca urut seperti itu di Al-Qur’an, juga di dalam salat, dalam kurun waktu kehidupan Rasulullah ’alayhishshalaatuwassalaam, dan informasi tentang urutan itu sampai kepada kita melalui berbagai jalur periwayatan.
Saat kita mempelajari argumen yang sebaliknya, yang tidak mendukung heavenly order, ada sahabat yang punya catatan Al-Qur’an dengan urutan seperti ini, ada sahabat yang lain yang punya catatan Al-Qur’an dengan urutan yang lain lagi.
Padahal faktanya, saat itu Al-Qur’an sudah biasa dibaca baik di dalam salat maupun di luar salat dengan urutan seperti urutan yang dikehendaki Allah, urutan yang suci.
Insya Allah kita lanjutkan ba’da ‘ashar.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 01_ Historical Arguments (37:34 – 39:36)
Materi VoB Hari ke-280 Sore | Argumen yang Pertama
Oleh: Heru Wibowo
#SundayHeavenlyOrderWeek40Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Begitulah faktanya. Saat itu Al-Qur’an sudah biasa dibaca baik di dalam salat maupun di luar salat dengan urutan seperti urutan yang dikehendaki Allah, urutan yang suci.
Yang punya keraguan, dia hanya ragu dengan urutan surahnya saja. Tapi tidak pernah ada keraguan tentang urutan ayat-ayatnya.
Susunan surah di Al-Qur’an sudah diatur oleh Allah SWT. Urutan yang suci itulah yang dibawa oleh Jibril ’alayhis salaam. Urutan yang suci itulah yang diajarkan Jibril kepada Rasululllah SAW.
Selanjutnya Rasulullah _’alayhishshalaatuwassalaam_ mengajarkan urutan itu kepada para sahabat sesuai dengan apa yang beliau pelajari dari Jibril ’alayhis salaam.
Itu semua baru cara pandangnya saja. Bagaimana dengan argumennya sendiri?
Argumen pertama menyatakan, jika kita percaya bahwa urutan Al-Qur’an yang suci yang diatur oleh Allah, urutannya berbeda. Menurut Allah, urutannya berbeda, katakanlah seperti itu.
Maka saat Utsman radhiyallaahu ‘anhu menempatkan urutan surah dengan susunan seperti itu, apakah itu adalah masalah yang kecil atau masalah yang besar?
Tentu saja itu adalah masalah yang besar.
Orang-orang ini adalah mereka yang tidak mengerjakan sesuatu pun yang mereka tidak yakin akan hal itu.
Jika urusannya berhubungan dengan kemaslahatan agama Islam, mereka akan memastikan bahwa urutan itu berasal dari Allah, dan dari Nabi shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Mereka sangat teliti soal ini. Mereka sangat berhati-hati dengan masalah yang besar ini.
Bahkan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi “gugup” untuk menuliskan apa pun tentang Al-Qur’an, karena “bentuk buku” bukan berasal dari kurun waktu Rasulullah SAW.
Bahkan ketika para penghafal Al-Qur’an dibunuh, Abu Bakar Ash-Shiddiq “tidak berani” menuliskan Al-Qur’an karena di zaman Rasulullah SAW, Al-Qur’an tidak ditulis di atas kertas.
Tidak dituliskannya Al-Qur’an di atas kertas adalah sebuah bentuk kehati-hatian dari seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu.
Para sahabat yang lain juga rata-rata seperti itu. Mereka memiliki level sensitivitas yang tinggi, dan kehati-hatian yang tinggi terkait Al-Qur’an.
Insya Allah kita lanjutkan minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / Heavenly Order – Lesson 01_ Historical Arguments (39:36 – 41:44)
Penutup
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah