[VoB2021] Waktu Adalah Kunci


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-279

Topik: Parenting

Sabtu, 27 Maret 2021 

Materi VoB Hari ke-279 Pagi | Waktu Adalah Kunci

Oleh: Wina Wellyanna

#SaturdayParentingWeek40Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Anak-anak kita jarang sekali mendengar perkataan orang tuanya, terlebih setelah berbuat kesalahan, tidak akan terdengar omelan kita selama 20 menit.

🗣🗣🗣 

Bukan karena tidak mau mendengarkan, tapi anak-anak kita belum mampu memilah emosinya, perasaan takut dan rasa bersalahnya mendominasi, akibatnya mereka hanya bisa menangis atau membalas balik dengan berteriak sebagai reaksi.

Lalu bagaimana upaya kita agar bisa “masuk” ke anak-anak kita?.

Al-Qur’an memberikan jawabannya dalam surat An-Nisa ayat 63

Qul lahum fī anfusihim qaulam balīgā

“Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”

 💧 💧 💧

Tapi pilih saat yang tepat, kesempatan yang pas dengan kata-kata yang tepat sasaran, juga situasi yang mendukung untuk menasihati anak-anak kita.

Sebetulnya, momen anak-anak berbuat kenakalan bukanlah saat yang tepat untuk menasihati mereka.

😢😭🥶😠

Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.

Setelah kita tenang dan emosi anak-anak stabil kemudian situasinya mendukung, ajak mereka bercanda, ceritakan kisah-kisah yang mengandung hikmah.

Dari sini akan terbentuk ikatan hati ke hati dengan anak-anak kita.

💕 💞

Al-Qur’an mengajak kita kepada kisah Luqman, a.s dan anaknya di surat Luqman ayat 13

Wa iż qāla luqmānu libnihī

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya”

Ustaz mengisahkan kembali tentang Yusuf kecil yang sedang menceritakan mimpinya pada sang Ayah tanpa memandang waktu, ia sebagai seorang anak kecil menganggap semua waktu adalah yang terbaik.

Tapi Ayahnya seseorang yang cerdas, ia tahu kapan harus memilh waktu yang tepat untuk menasihati anaknya.

Kembali ke kisah Luqman

Wa huwa ya’iẓuhụ

“Di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:”

Luqman menyadari selain dirinya sebagai Ayah tidak akan ada yang menasihati anaknya.

Jangan pernah berasumsi anak kita akan mengerti dengan sendirinya apabila kita tidak menasihati mereka.

Tidak mungkin dengan sendirinya mereka akan menjadi manusia yang sabar, tidak mungkin tanpa diajari mereka akan menjadi penyayang, penuh perhatian, dermawan.

Harus ada yang memberi pelajaran kepada anak-anak kita, tidak mungkin mendadak anak-anak kita menjadi penyabar, penyayang, dan yang mengajari mereka haruslah kita, anda sebagai orang tua mereka.

Itu sebabnya ada huwa di surat Lukman ayat 13, alih-alih wa ya’iẓuhụ (memberi pelajaran kepadanya) tapi Al-Qur’an menceritakan wa huwa ya’iẓuhụ (di waktu ia memberi pelajaran kepadanya).

Luqman sendiri yang menasihati anaknya, karena sebagai orang tua adalah bagian dari tanggung jawabnya untuk menasihati anak-anak kita.

Memang bisa saja anak-anak kita mendapatkan pesan yang sama dari sekolah, atau guru ngaji, atau masjid, tapi penting sekali pesan tersebut juga mereka dapatkan dari orang tuanya.

👩 🧑 👨

Waktu yang tepat adalah kuncinya.

⌛⌛⌛

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da Zhuhur.

Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Courses / Parenting / 19. Verbal Abuse – Parenting (09.45-12.30)


Materi VoB Hari ke-279 Siang | Kata-Kata yang Memeluk

Oleh: Wina Wellyanna

#SaturdayParentingWeek40Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ada hal lain selain timing atau waktu yang tepat, yaitu memilih kata-kata yang lembut ketika memberikan nasihat, karena jangankan anak-anak, orang dewasa pun lebih menyukai kata-kata yang lembut jika diberi nasihat atau kritik.

“Ayah senang sekali kalau kamu melakukan itu”

“Ibu bangga sekali padamu”

“Ayah teringat waktu kamu masih bayi dan mengatakan ‘ga ga gu gu’, menggemaskan sekali”

Kemudian setelah membuka dengan pujian, masuk dengan tujuan utama

“Kamu kesal ya dengan adikmu? Ayah sedih kalau kamu marah, Ayah bangga sekali loh dengan kamu, seorang kakak yang menjadi pemimpin adiknya. Apa pemimpin yang baik membenci adiknya?”

Mungkin mereka tanpa sadar akan menjawab

“Tidak, aku tidak benci adik.  Kadang-kadang aja sih kalau lagi libur 🙄”

😅😅😅

Paling tidak kita sebagai orang tua sudah menanamkan ke dalam bawah sadar anak kita dengan pujian sebelum masuk ke nasihat.

Jangan pernah memulai dengan kritikan.

“Kamu jadi kakak kok ga mau ngalah dengan adiknya sih” 

“Kenapa sih teriak-teriak mulu sama adiknya? Kakak benci ya sama adiknya?”

Enggak akan “masuk” ke dalam jiwa mereka. 😊

Terkadang, si Kakak atau si Adik terpicu kemarahan kepada saudaranya karena merasa orang tuanya lebih menyayangi saudaranya dibanding dirinya.

Jadi ketika jelas-jelas kita langsung mengkritik mereka dengan kalimat

“Sayang dong sama kakaknya”

“Mengalah dong sama adiknya”

Hanya membuktikan kalau dugaannya benar.

“Tuh kan, Ibu lebih sayang Kakak”

“Ayah lebih sayang Adik!”

😢😢😢

Seorang anak bisa merasakan hal seperti itu hanya karena kita sebagai orang tua tidak cukup memberikan pujian dan menyampaikan nasihat saat emosi.

Jadi, tahan sedikit emosi kita, dan baru sampaikan saat emosi kita sudah turun, nasihat ustaz yang keempat.

🤐🤐🤐

Yang kelima, contoh yang datang dari Rasulullah ﷺ.

Beliau ﷺ adalah Nabi dan Rasul yang mulia, tapi beliau juga adalah sosok “Ayah” bagi umatnya, sebagaimana Nabi Ibrahim, a.s yang dalam surat Al-Hajj ayat 78 dijuluki millata abikum Ibrahiim ikutilah agama Ayahmu Ibrahim.

Dan istri-istri Rasulullah ﷺ diberi julukan “Ibu umat ini”, berarti Rasulullah juga jelas adalah figur seorang “Ayah” bagi umatnya.

Artinya lagi, umat Islam adalah “anak-anaknya.”

Dalam peperangan Badar, Al-Qur’an menggambarkan figur Ayah seorang Rasulullah ﷺ, seperti apa? 

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da Ashar.

Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Courses / Parenting / 19. Verbal Abuse – Parenting (12.30-14.50)


Materi VoB Hari ke-279 Sore | Bertakwa dan Memperbaiki Hubungan

Oleh: Wina Wellyanna

#SaturdayParentingWeek40Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Perang Badar adalah perang yang pertama bagi kaum muslim, dan setelah memenangkan pertempuran, banyak harta yang ditinggalkan kaum Quraisy, seperti: perisai, pedang, kuda, dan lain lain.

🗡 ⚔️ 🛡🐎🐪

Harta ini kemudian dikumpulkan.

Seperti pertandingan sepak bola, dalam peperangan biasanya akan dibagi beberapa pos seperti pos penyerang yang berada di garis depan, bagian pertahanan yang tugasnya berjaga di belakang dan melindungi garis belakang juga pos pemanah yang ada di sisi lain.

🤺🏹🏇

Para sahabat yang ada di garis depan mengumpulkan semua yang ditinggalkan kafir Quraisy, sementara para sahabat yang bertugas di belakang, yang menjaga kuda, yang menjaga logistik, tidak mungkin bisa turun dan ikut mengambil harta yang kebanyakan berada di garis depan.

Pada hukum di masa jahiliyah, semua harta tak bertuan yang kemudian diambil oleh mereka menjadi milik mereka. Finders keepers.

❗❗❗

Para sahabat yang ada di garis depan tentu saja mengambil semua yang bisa diambil, sementara para sahabat selain di garis depan tidak terima, toh mereka ada di posisinya karena mengikuti perintah Rasulullah ﷺ.

Terjadi kericuhan.

Bayangkan seperti ini, membawa pulang 20 hadiah tanpa diberi label nama, kemudian bagikan kepada 10 anak. Bisa-bisa terjadi cakar-cakaran antara mereka karena berebut 😂.

Hal ini juga bisa terjadi di orang dewasa, dan para sahabat.  Perlu kita ingat, tahun-tahun awal setelah Rasulullah ﷺ dan para sahabat hijrah ke Madinah adalah tahun-tahun tersulit dari segi ekonomi.

Para sahabat ricuh memperebutkan harta rampasan perang. 

Kemudian turun surat al-Anfal ayat 1

Yas`alụnaka ‘anil-anfāl, qulil-anfālu lillāhi war-rasụl,

“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.

Katakanlah: ‘Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul,’”

Pesan Allah jelas, semua harta rampasan perang harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Titik. Habis perkara.

Fattaqullāha wa aṣliḥụ żāta bainikum

“Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah.”

Perbaiki diri kalian, bertakwa kepada Allah.

Wa aṭī’ullāha wa rasụlahū

“Dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu”

Para sahabat berebutan harta rampasan perang, tapi Allah mengatakan tidak ada yang mendapatkan barang sesuatu pun. 

Surat Al-Anfal diawali dengan pertanyaan para sahabat mengenai kepemilikan harta rampasan perang, mereka menunggu-nunggu siapa mendapatkan apa.

Tapi selanjutnya Allah menegaskan tidak ada seorang pun mendapatkan harta, selain Allah dan Rasulullah ﷺ.

❌❌❌

Kemudian 40 ayat selanjutnya Allah mengkhotbahi para sahabat.

Padahal di awal surat, Allah mengatakan tidak ada yang mendapatkan apa-apa.

Pernahkah kita mengancam anak-anak kita untuk membuang mainan yang sedang mereka perebutkan? Pasti pernah.  😅 

“Mama buang ya mainannya biar ga pada berantem 😤”

Ancaman kosong sebetulnya, ya kan?. 😆

Tapi berhasil.

Allah memberikan ancaman yang sama.  

Tidak ada yang mendapatkan harta ini. Jelas?

Sekarang dengarkan tentang ketakwaan, dan kesalahan yang kalian lakukan, jika kalian benar-benar orang yang mengaku beriman.

Allah benar-benar mengubah arah “pembicaraan”.

Setelah para sahabat sudah tenang, dan menyadari kesalahannya, masih di surat yang sama dan di ayat selanjutnya, akhirnya Allah menetapkan pembagian harta rampasan perang tersebut kepada semua sahabat baik yang di garis depan, garis belakang, penjaga kuda, penjaga logistik, pasukan memanah.

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan.

Sumber : Bayyinah TV / Home / Quran / Courses / Parenting / 19. Verbal Abuse – Parenting (14.50-18.50)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahaya-Nya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiara-Nya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s