Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-271
Topik: Pearls from Al-Kahfi
Jum’at, 19 Maret 2021
Materi VoB Hari ke-271 Pagi | Ilmu Pengetahuan dari Dua Dimensi
Ditulis oleh: Icha Farihah
#FridayAlKahfWeek39Part1
Part 1
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui tentang sejarah munculnya banyak pemikiran (-isme) di Barat.
Aneka ragam pemikiran itu intinya adalah tentang mengesampingkan hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan, ruh atau jiwa, kehidupan setelah kematian, dan segala bentuk metafisik yang mereka pikir tidak membawa manfaat sama sekali untuk kehidupan mereka di bumi.
Gagasan seperti itu muncul salah satunya akibat peran agama Kristen Ortodoks. Saat itu, agama seolah-olah hanya melingkupi kebutuhan “gaib” yang dijalankan dengan penuh penderitaan, penyiksaan, dan kemelaratan.
Pada zaman itu, doktrin dari gereja membuat kehidupan manusia menjadi tidak seimbang. Jika ingin menjadi seorang yang taat, kita harus hidup melarat dan penuh nestapa.
Ketidakseimbangan seperti ini tidak diajarkan di dalam Islam.
Islam adalah tentang keseimbangan. Kita tidak memiliki prinsip hidup yang berat sebelah. Kita tidak diajarkan bahwa kalau ingin menjadi taat maka hiduplah dengan melarat, tidak perlu menikah, dan anggaplah kehidupan ini sebagai kutukan.
Keseimbangan yang diajarkan Islam berjalan harmoni dengan nilai-nilai kehidupan secara universal.
Dan keseimbangan seperti itulah yang tidak ditemukan pada ajaran Kristen Ortodoks di masa itu.
Perubahan pandangan dan fokus hidup, dari hal gaib menjadi materialistik, orang-orang Barat pada masa renaisans itu seolah-olah membuat dinding terpisah antara hal gaib dan fisik.
Padahal, manusia pertama yang diciptakan Allah diajarkan keduanya secara bersamaan.
Allah mendokumentasikan hal tersebut di Surat Al-Baqarah ayat 31,
“Wa ‘allama aadamal asmaa’a kullahaa.” “Allah mengajarkan kepada Adam ‘alayhis salam nama semuanya”.
Apa maknanya?
Di ayat ini, Adam ‘alayhis salam menjadi orang pertama yang mengeksplorasi alam semesta. “Itu pohon, itu gunung, itu api, itu batu.” Begitulah kurang lebih eksplorasi yang ia ‘alayhis salam lakukan.
Kalau membaca terjemahan Al-Qur’an, asmaa berarti nama. Seolah-olah tidak ada yang spesial. Padahal pada ayat ini, asmaa memiliki makna yang luas dan menarik.
Ketika kita mempelajari sebuah cabang ilmu, entah itu kedokteran, akuntansi, biologi, kimia, antropologi, dan ilmu lainnya, kita akan mengenal banyak istilah atau terminologi. Masing-masing terminologi akan berbeda-beda dan terasa asing jika kita tidak berada pada bidang tersebut.
Setiap terminologi memiliki makna yang spesifik sesuai bidang keilmuan. Seorang dokter mungkin tidak mengerti istilah-istilah finance, begitu juga seorang akuntan mungkin tidak paham istilah-istilah medis. Setiap bidang keahlian punya terminologi masing-masing.
Jadi, semua cabang ilmu pengetahuan atau sains dengan terminologi-terminologi tersebut merujuk pada satu kata yaitu asmaa.
Sains adalah tentang mendefinisikan alam semesta ke dalam sebuah terminologi atau istilah. Lewat sains kita mencoba untuk mendefinisikan kejadian alam di sekitar kita. Dari mana kita tahu bahwa benda persegi panjang di depan kita saat ini bernama ponsel? Apa definisi ponsel? Secara singkat dan sederhana, itulah terminologi dan definisi yang dilakukan sains.
Dan pada hakikatnya, manusia memang selalu bertanya tentang definisi. Sama seperti anak kecil yang baru mengenal berbagai macam barang. Ia pasti akan bertanya, “Ini apa? Itu apa?” Dan orang tuanya pasti akan menjawab dengan mendefinisikan setiap benda yang ditunjuk anaknya.
Di surat dan kisah yang sama, Allah mengatakan selanjutnya,
“Faimmaa ya’tiyannakum mminnii hudaan famann tabi’a hudaaya falaa khaufun ‘alayhim wa laa hum yahzanuun”
“Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Al-Baqarah, 2: 38)
Di sini, Allah ta’ala mengatakan kepada nabi Adam ‘alayhis salam dan Siti Hawa bahwa Allah akan memberikan semua nama benda yang bisa mereka lihat dan amati dalam bentuk fisik (QS Al-Baqarah, 2: 31), tapi ketika hidayah (guidance) datang kepada mereka, siapapun yang mengikuti hidayah tersebut, mereka tidak merasa takut dan tidak bersedih hati. (QS Al-Baqarah, 2:38)
Seperti yang kita ketahui, hidayah bukan sesuatu yang Allah berikan dalam bentuk fisik. Kita tidak bisa mengamati hidayah dengan panca indera kita.
Hidayah datang dari Allah dalam bentuk yang tidak terlihat atau gaib (unseen).
Jadi, di sini, Allah mengajarkan kepada nabi Adam ‘alayhis salam dan kita semua bahwa ada dua dimensi ilmu pengetahuan. Yaitu, ilmu pengetahuan dalam bentuk fisik dan dalam bentuk gaib.
Ketika seseorang hanya melihat dari satu dimensi maka orang itu berada dalam masalah yang serius. Kita tidak bisa melihat pengetahuan hanya dari dimensi fisik atau dimensi spiritual saja. Kita harus melihatnya dengan dua dimensi.
Kondisi inilah yang disebut bashiraah, yaitu melihat dengan kedua mata.
“Ad’uu ilaallaahi ‘alaa bashiraah”
“Aku mengajakmu kepada Allah dengan kedua mata terbuka.” (QS Yusuf, 12:108)
Apa yang terjadi pada peradaban Barat post modern adalah mereka hanya menggunakan dimensi fisik dan mengesampingkan dimensi spiritual.
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (45:50 – 48:10)
Materi VoB Hari ke-271 Siang | Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
Ditulis oleh: Icha Farihah
#FridayAlKahfWeek39Part2
Part 2
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Setelah membaca panjang tentang sejarah dan dimensi ilmu pengetahuan, akhirnya kita memasuki inti pembicaraan kita yaitu mengenai hikmah membaca Al-Kahfi agar terhindar dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.
Di dalam hadis Al-Bukhari no. 3089, Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam mendeskripsikan bagaimana sosok Dajjal.
”Ta’lamuuna annahu a’waru wa annallaha laysa bi a’wara.”
“Kalian mengetahui bahwa dia (Dajjal) bermata satu, sedangkan
Allah tidaklah bermata satu.”
Dajjal adalah sosok yang buta dengan mata satu.
Lalu, apa hubungannya dengan bahasan kita sebelumnya?
Semuanya berhubungan tentang pandangan kita terhadap realitas.
Ketika kita memiliki dua mata terbuka, kita akan memandang realitas dengan benar. Kita dapat melihat sesuatu dari dimensi fisik sekaligus dimensi spiritual. Bashiraah.
Sedangkan bagaimana jika hanya satu mata saja yang terbuka? Tentu itu bukan bashiraah, melainkan Al-Masih Ad-Dajjal.
Secara ringkas, deskripsi fisik dari Dajjal yang terwujud dengan satu mata berkaitan erat dengan pandangannya dalam melihat seluruh dunia.
Fitnah Dajjal pada hakikatnya merupakan fitnah tentang dunia materialistik yang terjadi saat ini. Bagaimana manusia hanya terpaku pada satu dimensi fisik semata.
Orientasi materialistik ini merupakan hasil dari pergerakan sejarah yang telah kita bahas sebelumnya. Dan ini adalah satu-satunya sejarah yang belum pernah terjadi di masa lalu.
Kita tahu bahwa peristiwa sejarah itu berulang dari satu peradaban ke peradaban berikutnya. Tapi, khusus untuk kasus ini, belum ada pengulangannya.
Jika kita mempelajari lebih dalam beserta narasi tentang tanda-tanda kedatangannya, maka kita akan melihat benang merahnya.
Ada banyak hadis yang menyebutkan kemampuan-kemampuan Dajjal dalam melakukan sesuatu.
Jika hadis itu dibacakan oleh orang 500 tahun yang lalu mungkin mereka akan terpukau tentang kehebatan Dajjal. Tapi, bagi manusia abad 21, semua itu terlihat sangat normal.
Dajjal bisa mengelilingi bumi hanya dalam waktu sehari atau dua hari. Bagi kita, itu sah-sah saja. Tidak ada yang hebat atau keren. Pesawat dengan kecepatan tinggi telah tersedia sehingga sangat mungkin berpetualang ke seluruh dunia dalam waktu yang singkat.
Dajjal bisa berbicara ke seluruh orang di dunia dan milyaran orang akan mendengarnya. Lagi-lagi, itu juga biasa saja. Ada sistem live streaming maupun YouTube yang bisa diunggah lewat internet.
Dajjal bisa memotong manusia dan menggabungkannya kembali. Itu juga hal yang mungkin terjadi. Ilmu kedokteran modern juga bisa melakukan hal yang demikian.
Dajjal bisa membuat tanah yang tandus menjadi subur kembali. Tentu bisa, ada artificial irrigation yang bisa diaplikasikan pada tanah tandus.
Selain itu, ada juga hadis tentang tanda-tanda kiamat sudah dekat. Salah satunya adalah tentang bangunan yang akan lebih tinggi dari gunung di Makkah. Hmm, apakah yang dimaksud adalah clock tower di Makkah?
Jadi, semua yang terlihat hebat dan bahkan mustahil di zaman dahulu saat Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam menyampaikan hadis ini menjadi biasa dan normal bagi kita.
Semua fitnah itu sudah terlihat nyata di hadapan kita. Semuanya dikelilingi fitnah Dajjal dan bisa jadi itu pun ada di dekat kita saat ini.
Sampai di sini, apakah kita sudah mengerti di waktu macam apa kita sekarang berada?
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (48:10 – 51:45)
Materi VoB Hari ke-271 Sore | Moralitas Modern vs Al-Qur’an
Ditulis oleh: Icha Farihah
#FridayAlKahfWeek39Part3
Part 3
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Salah satu ciri transisi bangsa Eropa dari ajaran gereja Ortodoks menjadi ajaran yang mengesampingkan hal-hal gaib adalah tentang moralitas.
Moralitas mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hukum dan aturan yang berlaku menjadi tidak tetap. Contohnya tentang homoseksualitas, dari yang dianggap salah satu penyakit mental menjadi suatu hal yang normal.
Mengenai hal ini, Allah ta’ala menyampaikan di awal surat Al-Kahfi,
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ. قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur`ān) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. (QS Al-Kahfi, 18: 1-2)
Allah menurunkan kitab Al-Qur’an yang di dalamnya tidak ada kemungkinan untuk menyimpang atau bengkok. Qayyiman berarti berdiri tegak.
Ketika kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang memiliki nilai moral yang berubah-ubah, kita menjadi bingung dan membutuhkan sesuatu yang bisa berdiri tegak, tetap pada tempatnya, tidak bengkok, dan tetap lurus. Dan kebutuhan itu kita dapatkan melalui Al-Qur’an.
Dalam Hadis Riwayat Muslim, Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam bersabda, “barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (menyaksikan fitnah Dajjal) hendaknya membacakan ayat-ayat permulaan surah Al-Kahfi.”
Ucapan ini tentunya disampaikan oleh Rasul shalallaahu ‘alayhi wa salam bukan tanpa alasan, pasti ada sesuatu yang membuat kita membutuhkan perlindungan yang serius dari fitnah Dajjal. Dengan membaca surat ini, in syaa Allah kita akan mendapatkan manfaat dan keutamaannya.
Ustaz Nouman menyampaikan bagian ini supaya kita dapat mengapresiasi surat Al-Kahfi lebih dalam dan supaya memudahkan kita dalam menyelami ayat-ayat berikutnya dari surat ini.
Semoga Allah melindungi kita dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal dan memberikan hidayah-Nya melalui Al-Qur’an.
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (51:45 – 53:13)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah