[VoB2020] Demi Angin yang Menerbangkan dengan Kuat


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-243

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Jum’at, 19 Februari 2021

Materi VoB Hari ke-243 Pagi | Demi Angin yang Menerbangkan dengan Kuat

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa

#FridayAlKahfWeek35Part1

Part 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Hari ini kita akan melanjutkan pengalaman kita untuk mengenali ayat-ayat yang ada di sekeliling kita. Ayat-ayat itu ada untuk menjadi tanda, alat atau petunjuk yang kita butuhkan atau sarana untuk membimbing langkah kita.

Angin. Tentu masing-masing kita pernah merasakan bagaimana angin berhembus menyapu kulit-kulit kita, wajah kita, rambut-rambut kita. Dari yang berhembus semilir, sepoi-sepoi sampai yang berhembus kuat.

وَٱلذَّٰرِيَٰتِ ذَرۡوٗا  

Demi angin yang menerbangkan debu dengan kuat. Demi yang menerbangkan dengan menerbangkan sekuat-kuatnya. (Adz-Dzariyat 51:1)

Ketika angin itu berhembus kuat, kita bisa merasakannya secara fisik. Tapi di saat itu pula kita bisa merasakan tafsir dari ayat ini. Kita bisa merasakan tanda yang ingin Allah ﷻ tunjukkan melalui surat ini. Ayat yang terlihat dan yang tak terlihat. Masing-masing bisa kita rasakan menggunakan indera yang berbeda, mata dan hati kita.

Ini adalah kasus yang terjadi pada semua nabi. Para nabi diajarkan tentang ketauhidan bahwa Allah ﷻ itu Esa. Keesaan Allah ﷻ diajarkan melalui petunjuk Illahinya. Begitu juga petunjuk Illahi, wahyu, ayat-ayat-Nya juga memiliki karakteristik kesatuan itu. Ayat yang terlihat dan yang tak terlihat itu menjadi satu, saling terikat erat, ia bisa kita dapatkan melalui pengalaman material maupun immaterial.

Semua nabi membawa pesan risalah ini, ayat-ayat ini, termasuk nabi kita Isa a.s. Bahkan hadirnya nabi Isa a.s itu juga merupakan tanda yang Allah ﷻ berikan untuk umat bani Israel. Kelahiran nabi Isa a.s ditengah-tengah mereka sendiri sudah merupakan suatu ayat yang harus mereka sadari.

Ada hubungan yang bisa kita jelaskan antara nabi Isa a.s dengan ayat Allah ﷻ. Akan kita bahas di bagian kedua.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (09:44 – 12:20)


Materi VoB Hari ke-243 Siang | Prinsip dan Hukum

Ditulis oleh:  Muchamad Musyafa

#FridayAlKahfWeek35Part2

Part 2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Nabi Isa a.s diutus ditengah-tengah kaum bani Israil. Ia adalah nabi terakhir bagi mereka. Ia menyampaikan pesan yang sama seperti yang telah disampaikan nabi mereka sebelumnya, nabi Musa.

Bahkan di kitab umat Kristen sendiri dikatakan bahwa:

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matthew 5:17)

Jadi di dalam Injil sendiri disebutkan bahwa nabi Isa a.s datang kepada bangsa Israil bukan untuk menghapus ajaran nabi Musa a.s. Itulah mengapa di dalam kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa a.s tidak berisi hukum-hukum. Di dalam Injil hanya bisa kita temukan prinsip-prinsip ajaran moral, dan teks-teks spiritual lainnya. Tidak ada penghapusan hukum di sana.

Alasan dibalik itu adalah karena sebelumnya bani Israil telah menerima kitab Taurat lalu mereduksi kitab Taurat menjadi sekedar buku fikih. Ia hanya berisi fatwa-fatwa, pembahasannya hanya terbatas teknis hukum-hukum saja. Hal-hal yang sifatnya lebih mendasar, lebih pokok, lebih prinsipiel mereka hapuskan. Ajaran-ajaran prinsip seperti ajakan untuk berbuat jujur, sering mengingat Allah ﷻ , saling menyayangi antar sesama, itu semua telah mereka hapus.

Mereka sangat terobsesi dengan hukum-hukum, tetapi ruh dari hukum itu malah mereka lupakan. Sehingga yang ada pada tangan mereka hanya buku kompilasi fatwa yang kering.

Allah ﷻ menghadirkan nabi Isa a.s di antara mereka untuk mengembalikan apa yang telah mereka lepas. Nabi Isa a.s hadir untuk membasahi hukum-hukum Taurat yang sudah kering itu wahyu Illahi. Agar Taurat kembali memiliki ruhnya. Dan ruh itu bisa terhubung kembali dengan hukum-hukum yang ada di dalamnya.

Itulah mengapa kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa lebih fokus pada aspek yang pokok dan prinsip. Tidak lagi membahas hukum-hukum di sana. Karena hukum-hukum itu sudah ada di dalam Taurat. Dan nabi Isa datang tidak untuk mengubahnya.

Aktivitas fisik dan praktis dari agama yang tampak secara eksternal harus terhubung dengan ruh dari ajaran agama itu sendiri. Sehingga manifestasi ajaran agama yang berupa hukum-hukum fikih itu selayaknya terhubung erat dengan ajaran prinsip dari suatu agama.

Menurut Dr Akram Nadwi, agama Islam sangat mementingkan prinsip-prinsip dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip ini beberapa di antaranya meliputi ajakan kepada manusia untuk terus bersemangat, selalu mengingat-ingat Allah ﷻ, harus jujur, harus bertanggung jawab, dan harus bermurah hati. Itulah contoh beberapa prinsip-prinsip yang ingin Allah ﷻ lihat pada diri manusia di muka bumi.

Prinsip ini akan tampak pada mereka yang mendapatkan petunjuk Illahi. Prinsip ini akan tampak pada mereka yang sadar atas kehadiran Allah ﷻ. Prinsip ini akan tampak pada mereka yang sadar akan ciptaan-ciptaan Allah ﷻ ada di sekelilingnya. Langit, gunung-gunung, angin, burung-burung yang beterbangan dan juga ikan-ikan yang di laut.

Lalu Allah ﷻ menurunkan sejumlah hukum kepada kita. Adanya hukum dan aturan yang diturunkan itu tidak lain adalah bertujuan untuk mengokohkan dan memperkuat prinsip pokok ajaran yang kita bahas tadi.

Apa maksudnya?

Contoh saja, ajaran prinsip dalam Islam adalah manusia harus sering mengingat ingat Allah ﷻ. Ini adalah ajaran prinsipnya, yang pokoknya. Dengan terus mengingat Allah ﷻ kita berharap hidup kita terus dibimbing ke jalan yang benar. Lalu di dalam Islam ada kewajiban untuk Shalat. Kewajiban salat ini adalah bentuk hukum, karena sifatnya lebih memaksa seseorang untuk melakukannya. Ada aturan-aturan yang cukup detail dalam pelaksanaan salat ini. Lalu apa yang Allah ﷻ katakan terkait salat ini?

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ  

dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (QS Taha, 20:14)

Aturan hukum salat diadakan bagi manusia untuk menghidupkan praktik pengingatan kepada Allah ﷻ. Karena pada dasarnya prinsip mengingat Allah ﷻ tersebut abstrak. Dengan adanya hukum dan aturan-aturan Salat ini, maka aplikasi prinsip dalam mengingat Allah ini menjadi lebih konkret.

Begitu juga dengan berpuasa, apa yang Allah katakan tentang puasa ini.

لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  

agar kamu bertakwa, (QS Al-Baqarah, 2:183)

Islam menanamkan prinsip bahwa manusia itu harus senantiasa bertakwa kepada Allah ﷻ. Bentuk takwa ini abstrak. Perlu aktivitas lain yang dibakukan dan diatur dalam hukum untuk membantu manusia menjadi pribadi yang bertakwa.

Maka kewajiban puasa ada untuk mengisi kebutuhan ini. Dengan berpuasa seseorang dilatih untuk mengendalikan diri, menjauhi apa-apa yang biasanya dihalalkan baginya, tapi kini menjadi diharamkan sejak fajar sampai senja. Puasa adalah ibadah yang sifat nya personal, hanya Allah ﷻ yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.

Dengan berpuasa kita dilatih untuk melaksakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya walaupun tidak ada orang lain yang melihat kita. Puasa melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

Itulah beberapa contoh bagaimana hukum-hukum yang ada di dalam Islam selalu terkait dengan prinsip pokok yang menjiwai ajaran Islam itu sendiri.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (02:20 – 14:20)


Materi VoB Hari ke-243 Sore | Bagaimana Yesus Menjadi Tuhan

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa

#FridayAlKahfWeek35Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Itulah yang terjadi pada kitab Taurat. Hukum-hukum Taurat masih ada di sana, tetapi prinsip-prinsip ajaran Taurat telah dihapuskan. Jadi tujuan dari Injil adalah untuk menggenapi bagian Taurat yang hilang itu. Injil hadir untuk menghubungkan kembali hukum-hukum Taurat dengan ruh prinsipnya. Injil hadir untuk membenahi orang-orang bani Israil yang suka curang, tidak adil, tidak takut pada Allah ﷻ. Injil datang untuk mengingatkan kaum bani Israil untuk kembali menjadi pribadi yang berkata jujur dan tidak mengubah-ubah kitab Allah ﷻ.

Ada sejarah yang cukup kompleks terkait hubungan nabi Isa a.s dengan kekaisaran Romawi. Rabi-rabi Yahudi tidak menerima ajaran yang disampaikan nabi Isa a.s. Para rabi tersebut mencoba menuduh Isa sebagai ancaman bagi kekaisaran Romawi. Mereka membuat konspirasi yang membuat Isa terlihat sebagai seorang penghianat Romawi. Mereka berhasil dan akhirnya nabi Isa a.s dihukum salib.

Ada buku yang menarik untuk dibaca berjudul “How Jesus Became God”. Buku ini sudah tersedia di beberapa toko online jika ada yang berminat. Buku ini bagus untuk dibaca untuk sebagai tambahan informasi bagaimana kepercayaan kristiani dibentuk pada awal mulanya. Bagaimana orang-orang dahulu menggunakan istilah “anak Tuhan”. Julius Caesar sendiri juga mengklaim dirinya sebagai anak Tuhan. Ada alasan yang mirip juga mengapa ada orang yang berusaha mengklaim nabi Isa sebagai anak Tuhan. Ada alasan politik yang berkaitan dengan kekaisaran Romawi saat itu, tidak hanya karena alasan klaim spiritual saja.

Ketika nabi Isa hidup, orang-orang Romawi adalah kaum pagan. Mereka mempercayai dewa-dewi yang banyak jumlahnya, mereka menganut politeisme. Oleh karena itu, masyarakat di wilayah nabi Isa a.s terbagi atas para pengikutnya yang bertauhid dan orang-orang Romawi yang mempercayai politeisme. Kondisi ini saling mempengaruhi sehingga beberapa penganut ajaran Kristen itu mencampur adukkan ajaran agama mereka dengan pengaruh politeisme Romawi.

Jadi saat itu ada orang-orang yang mengikuti ajaran Tauhid yang lurus, ada juga mereka yang mencampur ajaran nabi Isa a.s tersebut dengan kepercayaan politeisme romawi, dan juga orang-orang romawi yang memusuhi ajaran Kristen. Konflik terus menerus terjadi di antara mereka. Sehingga menyebabkan pengikut nabi Isa a.s yang lurus tersebut lenyap beserta ajaran-ajaran yang diwariskan kepada mereka. Selama satu atau dua abad, akhirnya pengikut nabi Isa a.s yang lurus ini sudah tidak ada lagi, kalaupun ada jumlah mereka sangat sedikit sehingga sudah tidak berarti melawan suara mayoritas saat itu.

Kemudian, orang-orang Kristen yang menyimpang yang tersisa itu masih terus bergulat dengan kekaisaran Romawi. Hingga akhirnya konflik ini diakhiri dengan bangsa Romawi ikut menganut agama Kristen. Agama Kristen diresmikan menjadi agama resmi, sehingga seluruh warga Romawi diwajibkan mengikuti ajaran Kristen.

Mengapa orang Romawi menganut ajaran paganisme, mengapa seorang Julius Caesar mengklaim dirinya sebagai anak Tuhan. Itu karena ia menginginkan kekuasaan absolut. Dengan mengklaim diri sebagai anak Tuhan maka ia bisa memaksa rakyat mereka untuk mengikuti aturan-aturan yang mereka buat. Karena aturan yang mereka buat itu merupakan hukum Tuhan.

Begitu juga dengan klaim mereka bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Mereka mengatakan bahwa aturan-aturan Romawi adalah aturan yang dibuat oleh gereja. Dan gereja itu kepanjang-tanganan dari firman anak Tuhan. Sehingga tak seorang pun yang boleh mempertanyakan aturan-aturan gereja. Semua rakyat harus tunduk mengikuti aturan kerajaan Romawi sebagai manifestasi hukum Tuhan.

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 08. Al-Kahf and Dajjal Part 1 – A Deeper Look (14:20 – 19:20)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s