[VoB2021] Patung Sesembahan di Depan Masjid


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-240

Topik: Pearls from Al Baqarah

Selasa, 16 Februari 2021 

Materi VoB Hari ke-240 Pagi | Patung Sesembahan di Depan Masjid

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek35Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Masih tentang pembahasan kata tufsiduu, kata ke-5 di surah Al-Baqarah ayat 11. Akar kata dari kata tufsiduu adalah fasad.

Ada dua sudut pandang tentang kata fasad. Yang pertama, sudah dibahas di tulisan sebelumnya. 

Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang golongan “tengah” yang menyaksikan adanya pertentangan antara sesama muslim sendiri. Bahkan siap berperang.

Padahal ada hal yang jauh lebih baik dari perang (war). Yakni, perdamaian (peace). Dan langkah menuju perdamaian adalah negosiasi. Mediasi. Jangan memutuskan hubungan kemanusiaan. Jangan berperang. Hindari konflik. 

Tapi jika tali hubungan kemanusiaan itu diputus. Jika persiapan-persiapan perang dilakukan. Itu berarti fasad.

“Kami berusaha untuk membuat perdamaian. Kalianlah yang ingin fasad. Kalianlah yang ingin berperang.”

Dari sudut pandang mereka, masalahnya adalah para sahabat. Masalahnya adalah orang-orang Mekah. Masalahnya adalah Al-Qur’an. Menurut mereka.

Jika kita mau melepaskannya sedikit. Maksudnya, melepaskan Al-Qur’an. Melepaskan keimanan. Sedikit saja. Mencoba sedikit berkompromi. Perdamaian akan bisa diusahakan. Lagi-lagi, ini menurut mereka.

By the way, ada juga orang-orang Mekah yang golongan “tengah” itu yang ingin sedikit berkompromi juga. “Benar, enggak?” Begitu mereka menggoda.

Orang-orang munafik pun mulai berpikir. Orang-orang “tengah” itu perlu dibujuk supaya mau diajak berunding dan “merumuskan perdamaian” bersama.

Maka ketika kepada mereka dikatakan, “Jangan bikin kerusakan di muka bumi,” mereka menyanggah, “Enggak bisa dong, justru kamilah yang mengusahakan perdamaian. Kamilah yang memperbaiki keadaan.”

Lalu dari mana kita tahu bahwa merekalah yang membuat kerusakan dari sudut pandang kita sebagai muslim?

Definisi sebenarnya dari fasad bukanlah peperangan atau perdamaian. Definisi sebenarnya dari fasad adalah ketidakadilan (injustice).

Seorang bayi perempuan dikubur hidup-hidup tanpa alasan yang jelas. Orang-orang dicurangi saat berbisnis. Waylul lil muthaffifiin.

Orang miskin ditekan. Makin susah hidupnya. Makin susah cari uangnya. Tidak ada yang peduli dengan mereka.

Fadzaalikalladzii yadu’ul yatiim. Anak yatim juga ditekan. Tidak ada yang peduli. Hidupnya makin menderita. 

Hak Allah pun tidak ditunaikan. Rumah Allah, tempat ibadah yang suci itu, dikelilingi patung-patung sesembahan. Bisakah kita bayangkan bahkan masjid dikelilingi patung-patung sesembahan?

Betapa mengganggunya sebuah pemikiran di benak kita tentang sebuah masjid yang ada patung sesembahannya persis di depan masjid.

Maka sekarang bayangkan ada patung-patung sesembahan di sekeliling Ka’bah. Bisakah Anda “damai” membayangkan hal itu?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa di part berikutnya.

***

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 05. Al-Baqarah (Ayah 9-12) – A Deeper Look

(44.58 – 46:55)


Materi VoB Hari ke-240 Siang | Moral First

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek35Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Susah sekali membayangkan jika kita saat ini misalnya, pergi umrah atau haji dengan Ka’bah dikelilingi oleh patung-patung sesembahan.

Rasanya menghinakan sekali bahwa rumah Allah, yang dibangun untuk secara eksklusif menyembah Allah dan hanya Allah, dikelilingi oleh patung-patung perlambang syirik.

Apakah yang begini ini bukan fasad? Yang begini ini justru puncaknya fasad. Kerusakan moral spiritual tingkat tinggi.

Saat kita tidak melakukan hal yang baik, maksudnya adalah hal yang “baik” sesuai kehendak Sang Pencipta, dan saat kita terus-menerus melakukan ketidakadilan terhadap orang-orang di sekitar kita, apakah itu bukan fasad?

Lalu pada saat yang sama, apa yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy? Mereka menghardik anak yatim, mereka menipu saat berbisnis, mereka memperlakukan wanita seperti sampah, mereka membunuh, mereka melakukan semua keburukan itu.

Tapi mereka juga melayani orang-orang yang datang untuk beribadah haji. Mereka memastikan bahwa orang-orang yang datang untuk beribadah haji itu benar-benar diperhatikan. Mereka sangat ramah dan bermurah hati untuk hal yang satu ini.

Orang-orang yang datang untuk beribadah haji, yang diperlakukan dengan baik itu, karena mereka merasakan segala sesuatunya oke, maka mereka berpikir segala sesuatu yang lainnya pasti juga oke.

Dan omong-omong, tidak pernah terjadi perkelahian antara mereka dengan orang-orang Quraisy. Tidak terdengar adu jotos dengan orang-orang Quraisy.

Mengapa tidak ada keributan dengan orang-orang Quraisy? Karena mereka adalah penjaga (custodian) Ka’bah. Nobody wanna mess with them anyway. Tidak ada yang mau main-main dengan mereka.

Jadi orang-orang Quraisy itu punya reputasi sebagai orang-orang yang peaceful, yang penuh kedamaian, yang selalu menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram.

Islam datang membawa kebenaran. Bahwa orang-orang Quraisy itu sesungguhnya tidak seperti itu. Bukan pencipta kedamaian. Tapi pelaku fasad.

Islam mengoreksi orang-orang Quraisy bahwa mereka tidak boleh memperlakukan anak-anak yatim secara tidak patut. Mereka tidak boleh memperlakukan wanita sesuka mereka. Mereka tidak boleh memperlakukan bayi perempuan seperti sebelum-sebelumnya.

Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wasallam diutus untuk menegakkan itu semua. Tidak boleh memperlakukan orang yang berbeda warna kulit secara berbeda.

Satu-satunya yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah ketakwaan kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Dan hanya Allah yang tahu ketakwaan kita.

Islam datang dengan menyuarakan, “Jika kalian semua tidak memperbaiki hal-hal itu, maka berarti kalian telah melakukan fasad.”

Tidak peduli apakah jalanan kotanya bersih dan mulus. Tidak peduli apakah semua penduduk kota itu tidak pernah kekurangan makanan. Fasad adalah tentang moral.

Jika kita masuk ke lokasi pabrik dan melihat berbagai spanduk bertuliskan “Safety First”, maka kita bisa membayangkan bahwa saat itu, saat Islam datang, ada berbagai “spanduk yang tak terlihat” yang bertuliskan “Moral First”.

Islam datang mempertanyakan fasad yang begitu banyak dan merajalela. 

Saat Islam datang ke Madinah, definisi fasad tidak berubah. Saling menghujat dan saling memfitnah (blasphemy) adalah fasad. Begitu juga dengan ketidakadilan, kebohongan, korupsi. Itu semua adalah fasad.

Itulah mengapa saat orang-orang munafik datang dan ingin melakukan kompromi, mereka tidak menyadarinya. Tidak sadar akan berurusan dengan orang-orang yang telah melakukan banyak ketidakadilan.

The truth is not gonna compromise with injustice. Kebenaran tidak akan berkompromi dengan ketidakadilan.

Truths cannot compromise with falsehood. Kebenaran tidak bisa berkompromi dengan kepalsuan.

Justice and injustice cannot sit in the same place. Keadilan dan ketidakadilan tidak bisa duduk berdampingan di tempat yang sama.

Hati ini tidak bisa diisi dengan dua hal yang bertentangan seperti itu. 

Tampak dari luarnya, mereka adalah pencipta kedamaian. Padahal secara spiritual mereka adalah penyebab segala bentuk kerusakan moral yang parah. 

Maka Allah menyatakan, alaa innahum humul-mufsiduuna walaakin laa yasy’uruun. Merekalah yang berbuat kerusakan tapi mereka tidak menyadarinya.

Agama ini begitu murni. Ada penambahan atau pengurangan dari itu, akan menghilangkan kemurniannya. 

Agama ini datang untuk membebaskan manusia dari kerusakan. 

Agama ini tidak butuh diperbaiki, agama inilah yang datang untuk memperbaiki. Mengapa kalimat ini penting? Apakah ada hubungannya dengan orang-orang munafik?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa di part berikutnya.

***

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 05. Al-Baqarah (Ayah 9-12) – A Deeper Look

(46.55 – 49:56)


Materi VoB Hari ke-240 Sore | Scheme Behind the Scene

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#TuesdayAlBaqarahWeek35Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ya, orang-orang munafik punya masalah. Yakni, ingin memperbaiki agama ini. Yang sebenarnya tidak perlu diperbaiki. Karena agama ini sendiri datang justru untuk memperbaiki.

Orang-orang munafik memperlakukan agama ini seperti setang sepeda atau setir mobil. Yang bisa diatur naik turun. Mereka ingin melakukan adjustment terhadap agama.

Padahal harusnya sebaliknya. Agama ini datang, maka kita melakukan adjustments. Terhadap pola pikir kita. Terhadap pola hidup kita. Terhadap pola perilaku kita.

Memangnya kita ini siapa, ingin mengajari Allah dengan agama ini?

Sekarang mari kita kembali ke komunitas Yahudi. Allah membuat pernyataan tentang mereka, yukhaadi’uunallaaha walladziina aamanuu

Mereka ingin menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Mengapa? Karena bilang ke muslim, “Kita kan tidak perlu beriman kepada Nabimu. Kita beriman kepada Allah dan hari akhir kok.”

Mereka juga punya konsep tentang hari akhir. Mereka juga beriman kepada Allah. Mereka mempertanyakan, kenapa mereka dibilang orang-orang yang kafir (disbelievers)?

Mereka mengaku bahwa mereka adalah bagian dari komunitas keimanan (faith community) seperti kaum muslimin juga.

Mereka mengajak kaum muslimin untuk bekerja sama. Saat ada di hadapan kaum muslimin. Tapi saat ada di kelompok mereka sendiri, mereka sangat membenci kaum muslimin. Dan justru ingin membunuh kaum muslimin.

Mereka merencanakan skema di belakang layar (scheme behind the scene). Tapi saat bertemu dengan kaum muslimin, mereka berjabat erat. Seakan penuh cinta dan kasih sayang.

Di antara komunitas Yahudi itu ada teman-teman sejati. Bahkan di masa itu. Tapi Allah tidak sedang berkomentar tentang keseluruhan komunitas Yahudi. Allah sedang berbicara tentang orang-orang yang tidak bisa dipercaya, yang penuh tipu daya, di antara komunitas Yahudi itu.

Yaitu orang-orang yang bermuka dua. Yang ingin menyingkirkan kaum muslimin di satu sisi. Tapi di sisi yang lain, menunjukkan “kesamaan” sebagai “sesama orang muslim”.

Maka Allah berfirman, wamaa yakhda’uuna illaa anfusahum wamaa yasy’uruun. Mereka tidak menipu siapa-siapa kecuali diri mereka sendiri. Tapi mereka tidak menyadarinya.

Fii quluubihim maradhun. Di dalam hati mereka ada penyakit. Bukan semua kaum Yahudi, tapi sebagian dari mereka. Dan bukan kali ini saja mereka “bermain kompromi” dengan seorang nabi.

Bahkan dengan “nabi mereka sendiri”, yaqtuluunannabiyyiina bighayril haqq. Mereka “santai” saja bahkan membunuh nabi-nabi mereka sendiri.

Jadi bukan kejutan lagi jika mereka bikin kekacauan dengan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wasallam.

Dan Allah menambah penyakit yang ada di hati mereka. Fazaadahumullaahu maradhan. Walahum ‘adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakdzibuun.

Mereka telah menyakiti nabi mereka. Lima tu’dzuunanii (QS Ash-Shaf, 61:5). Nabi Musa bertanya kepada kaumnya, mengapa mereka menyakiti Nabi Musa sebagai utusan Allah?

Dengan Nabi Musa, mereka begitu. Dengan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wasallam, mereka pun begitu.

Bahkan sebelum Nabi pindah ke Madinah, orang-orang Quraisy mengirim utusan ke Madinah yang bikin provokasi, “Hati-hati dengan orang yang akan datang ke sini nanti. Dia mengaku dirinya sebagai nabi. Dia terus-menerus menghancurkan kami dengan Al-Qur’an. Kalian adalah kaum yang religius. Kalian punya Kitab sendiri yang kalian yakini. Apakah kalian punya pertanyaan-pertanyaan yang sulit yang bisa kami tanyakan kepadanya?”

Pertanyaan-pertanyaan yang sulit itu tujuannya adalah supaya Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam tidak bisa menjawabnya. Untuk mengakhiri pergerakan Rasulullah.

Pertanyaan-pertanyaan itu ibarat “kartu truf” yang membuat Rasulullah tak berdaya.

Orang-orang Quraisy itu sendiri sebenarnya adalah kaum yang kurang terdidik. Tidak punya pengalaman berkutat dengan Kitab.

Maka mereka harus “meminjam” pertanyaan-pertanyaan dari pihak yang lebih terdidik. Dulu belum ada Google. Mereka akhirnya googling juga, tapi ke Madinah. Mereka mendapatkan pertanyaan-pertanyaan itu dari para rabi.

Bagaimana respons para rabi? 

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan

***

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 05. Al-Baqarah (Ayah 9-12) – A Deeper Look

(49.56 – 52:47)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2021] Patung Sesembahan di Depan Masjid

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s